6. Masker Wajah

1.5K 113 1
                                    

Double F 6. Masker Wajah

"Ya udah. Yuk, sekarang kita pakai masker." Runi mengajak Freya keluar dari kamar mandi dan kembali ke ruang tengah sambil mengeringkan wajah menggunakan tisu.

"Nah, tahap berikutnya setelah wajah dibersihkan memakai scrub, kita aplikasikan masker. Pilih varian yang sesuai dengan jenis kulit dan permasalahannya. Khasiat masker bisa bikin kulit muka kita tambah halus, kencang dan bersinar. Dijamin, lalat pun kepeleset kalau coba-coba mampir," jelasnya bersemangat. 

Runi menunjukkan beberapa macam masker wajah berbentuk serbuk pada Freya. Menjelaskan satu persatu fungsinya. 

"Oke, oke." Freya manggut-manggut, mencoba memahami setiap detail penjelasan Runi sembari menggaruk-garuk kepalanya yang mendadak gatal. 

Runi juga mengambil piring kecil berisi irisan mentimun dari dalam kulkas. Menaruhnya di meja bergabung dengan printilan merawat wajah lainnya. 

"Tunggu sebentar. Mbak mau ambil dulu air mawar di kamar, cairan campuran buat masker sama mau ngambil kuas. Masker bubuk begini harus dicampur dengan air mawar baru diaplikasikan ke wajah," jelas Runi yang kemudian berlalu masuk ke kamarnya.

"Siap, Mbak. Lama juga enggak apa-apa," ujar Freya cengengesan yang dihadiahi pelototan dari kakak sepupunya itu. 

Selagi menunggu, Freya membaca tulisan yang tertera di belakang kemasan masker yang dipilih Runi untuk dipakai kali ini. Di sana tertulis terbuat dari bahan dasar ekstrak bengkoang dan ekstrak tepung beras. Freya menatap kemasan itu laksana makanan lezat, ia malah membayangkan renyah dan segarnya rasa bengkoang yang dicampur sambal rujak, juga lembutnya bubur tepung beras yang disiram sirup gula merah.

"Hei, tak kusangka. Ternyata produk perawatan cewek banyak menyalahgunakan fungsi makanan. Kenapa makanan enak malah dijadikan masker!" Ia berdecak kesal tak habis pikir. 

Freya menaruh kembali si masker setengah mencampakkannya ke atas meja. Mendarat jatuh tepat di samping sepiring kecil irisan mentimun yang sudah diiris bulat tipis-tipis, yang diambil Runi dari kulkas tadi. 

Menggosok hidung, Freya agak kurang paham kenapa Runi mengeluarkan makanan padahal mereka hendak merawat wajah. Mungkinkah mentimun ini disajikan sebagai camilan sehat untuknya? Pikir Freya. 

Mendadak saja, tenggorokan Freya mulai terasa kering kehausan, bahkan membuatnya meneguk ludah sendiri. Mentimun dingin nan segar itu seolah melambai dan menggodanya meminta dicicipi.

"Ini pasti disuguhin buat aku kan?" tanyanya pada si piring penuh damba. "Ya sudahlah, sikat saja."

Tanpa basa basi Freya mengambil piring kecil tersebut, memasukkan potongan mentimun ke dalam mulutnya dan mengunyahnya satu persatu kemudian menelannya penuh sukacita. Begitu renyah, begitu segar. Menghabiskan seluruhnya hingga tak tersisa. Kunyahan terakhirnya nyaris membuatnya tersedak, bertepatan dengan teriakan Runi yang menggelegar membahana. Mengagetkan Freya hingga berjengit dan hampir saja piring kosong yang dipegangnya terjatuh ke lantai. 

"Ya ampun Freya! Kenapa timunnya malah kamu makan sampai habis?" teriak Runi sengit. 

"Lho, timun kan memang buat dimakan. Terus Mbak kan suguhin ini buat aku. Ya aku makan lah, sebagai adab tata krama," tukas Freya sembari menepuk-nepuk dadanya meredakan batuk tersedaknya. 

"Suguhin palamu! Timun itu buat pelengkap maskeran, bukan buat dimakan!"

Sementara itu di rumah sakit. Fatih baru saja selesai mendampingi Wira mengunjungi bangsal pasien-pasien penyakit jantung. Ia berniat melanjutkan lagi kuliahnya menjadi spesialis jantung seperti Wira, hanya saja Fatih ingin menempuh jenjang spesialis memakai uang hasil jerih payahnya sendiri. Selain karena ingin belajar mandiri juga karena ada alasan lain. Untuk itu dia getol menyisihkan gajinya juga banyak bertanya pada Wira dan ikut mengekori belajar secara langsung dari senior idolanya itu demi meraih cita-citanya.

Double F (END) New VersionDove le storie prendono vita. Scoprilo ora