39. Budak Cinta

925 70 1
                                    

Bab 39. Budak Cinta

Nisa gelisah, tak tenang dalam tidurnya. Keringat dingin berembun berjejak di sepanjang garis pelipisnya. Setengah mengigau mirip tangisan, seolah tengah tersiksa mimpi buruk hingga akhirnya dia tersentak terbangun dan terjaga, tertarik dari alam lelapnya. 

Napasnya tersengal. Wanita berbibir tipis itu beringsut mendudukkan diri. Bersandar ke kepala ranjang dan melirik ke sebelahnya di mana Fahri tergolek pulas bertelanjang dada setelah beberapa jam lalu menggagahinya kasar tanpa ampun, hingga Nisa menjerit menyerah meminta dihentikan.

Sekujur tubuhnya dipenuhi jejak-jejak kekasaran Fahri. Sebagian masih memerah karena baru, sedangkan sebagian lagi sudah mulai membiru. Lembah di antara kedua kakinya pun terasa begitu nyeri nyaris mati rasa. Perih luar biasa. 

Semenjak hari pernikahan Fatih berlangsung dan Tania kabur ke Bandung, perangai mengerikan Fahri makin tak terkendali. Nisa jadi bulan-bulanan pelampiasan setiap kali Fahri terbakar amarah, tersulut ambisi gilanya yang ingin menguasai seluruh aset warisan Wisesa di ambang kehancuran.

Saat mendengar Wisesa akan mewariskan peternakan sapi jika Fatih sudah menikah saja sudah membuatnya naik pitam. Terlebih lagi ketika Wisesa mengatakan akan memberikan sebagian lahan kebun karet jika Fatih memiliki anak nantinya, padahal Fahri juga sudah diberi hak yang sama, separuh kebun yang luasnya hektaran itu sudah menjadi miliknya saat Rio lahir.

Fahri selalu berusaha membangun image humble untuk meraih simpati keluarga besar Wisesa dengan niat terselubung ingin menjadi pewaris satu-satunya. Baginya, Fatih sama sekali tidak memiliki hak karena mereka hanya saudara seayah. Adiknya itu di matanya hanya benalu. Dianggap ranjau yang menghalangi keserakahannya akan harta dan kekuasaan. 

Sarah adalah ibu sambung Fahri, bukan ibu kandung. Ibu kandung Fahri meninggal dunia ketika terjadi bencana alam saat usia Fahri masih balita. Sarah muda yang merupakan salah satu tim penanggulangan bencana waktu itu, mendapati Fahri meraung-raung kehilangan ibunya dan hanya Sarah yang bisa mendiamkannya.

Singkat cerita Wisesa dan Sarah semakin dekat. Wisesa butuh seseorang di sisinya juga butuh sosok ibu pengganti untuk Fahri. Pada akhirnya mereka pun menikah dan memiliki Fatih lima tahun kemudian tepat ketika usia Fahri menginjak sembilan tahun.

Tidak ada satu pun yang tahu, Fahri menaruh benci pada adiknya itu sejak Fatih lahir. Menganggap kehadiran Fatih adalah ancaman yang akan merenggut kasih sayang Wisesa juga Sarah termasuk kekayaan yang dimiliki. Terlebih Fahri makin muak saat orang-orang mulai mengatakan bahwa seorang kakak itu harus sayang pada adiknya, padahal dia sangat membenci bayi yang disebut adik itu.

Fahri tidak ingin memiliki saingan, dia hanya ingin menjadi satu-satunya  Sejak kecil tanpa Sarah dan Wisesa sadari, Fahri sering sengaja membuat Fatih balita menangis, seperti membuang mainan kesukaan sang adik atau merusaknya diam-diam.

Fahri benci jika Fatih bahagia. Untuk itu dia berusaha begitu keras menggagalkan pernikahan Fatih dan Freya dengan memperalat istrinya sendiri. Tidak suka melihat adiknya bahagia, dia justru ingin Fatih jatuh frustrasi akan cinta, lebih bagus lagi kalau jadi gila.

Rencana gilanya menggagalkan pernikahan sang adik kacau balau. Tak patah arang, Fahri kini menyerang adik iparnya secara halus yaitu dengan berusaha mencegah Freya supaya tidak hamil. Karena jika Freya mengandung, maka batu sandungan dalam mencapai ambisinya menguasai seluruh warisan bertambah lagi. Selain itu, dia juga ingin menyingkirkan dan merusak hal yang disayangi Fatih agar hidup adiknya itu menderita.

Lain cerita jika Tania yang hamil, karena seluruh kendali Tania akan berada di bawah kakinya, lewat Nisa sebagai alat tentunya. Nisa yang teramat memujanya akan selalu menurutinya, patuh padanya, mengemis cintanya.

Double F (END) New VersionWhere stories live. Discover now