16. Gadis Berponi

1K 82 1
                                    

Bab 16. Gadis berponi

Acara selamatan berlangsung meriah. Para abdi kelurahan, pekerja KUD, para pekerja peternakan dan perkebunan milik Wisesa, para sesepuh serta pejabat setempat, semuanya datang menghadiri undangan Wisesa dan Sarah. Memanjatkan do'a bersama-sama penuh khidmat, memohonkan yang terbaik bagi karir Fahri di ibukota nanti.

Malam harinya, Tania, yakni adik kandung Nisa juga turut hadir. Usianya sebaya dengan Freya. Acara malam diisi dengan ramah tamah dan makan malam bersama. Semenjak Fahri menikah dengan Nisa, Fatih dan Tania memang memiliki hubungan yang cukup dekat dan akrab. Tania sudah dianggap selayaknya adik sendiri oleh Fatih.

Tanpa sungkan, Tania menghambur merangkul Fatih begitu dia tiba. Freya yang melihat adegan di luar prediksi membulatkan mata sempurna, lantaran baru kali ini ada gadis lain yang berani berinteraksi seakrab ini dengan prianya. 

Freya mengamati waspada, Fatih terlihat santai saja saat gadis bernama Tania itu memeluknya. Tangan Freya mulai gatal, mengepal di sisi tubuh dengan ekspresi mirip banteng matador yang siap mengamuk.

"Bang Fatih, aku kangen," cicit Tania akrab kepada Fatih. Nada bicara dan bahasa tubuhnya begitu manja. "Ke mana aja sih, jarang banget pulang ke Kuningan?" sambungnya merajuk. 

"Hei dasar. Kamu itu sudah bukan anak kecil lagi. Sudah tidak cocok merajuk. Aku punya pekerjaan di Jakarta jadi jarang pulang. Oh iya, kenalin, ini calon istriku." Fatih melepas rangkulan Tania, menarik lembut lengan Freya yang sejak tadi berdiri di belakangnya.

"Frey, ini Tania, adiknya Kak Nisa. Dia ini sudah seperti adikku sendiri." Fatih mengacak rambut Tania dengan sengaja membuat gadis berponi itu mencebik sebal.

"Hai, aku Tania," sapa Tania ramah dan ceria seraya mengulurkan tangan mengajak bersalaman. "Kamu Freya kan? Aku sudah sering mendengar tentangmu dari Tante Sarah."

"Eh, h-hai juga. Salam kenal, aku Freya, calon istrinya Fatih." Freya menekankan untaian kalimat terakhirnya, tak sungkan bergelayut manja di lengan Fatih menyatakan kepemilikannya di depan umum kali ini.

Instingnya sebagai wanita membunyikan sirine tanda bahaya. Ada aura tak sedap menguar dari sosok yang bernama Tania ini. Mungkin Fatih memang benar tulus menganggapnya adik, tetapi sorot mata gadis berponi itu berbeda pada Fatih, ada kilatan penuh damba terhadap calon suaminya.

Fahri juga menyapa Tania, ikut bergabung menghampiri membawakan sepiring Kue Obi dan Kue Ali yang masih hangat dari dapur. Kue Obi adalah penganan tradisional yang terbuat dari ubi jalar yang dikukus, kemudian dihaluskan dengan campuran gula dan tepung sagu, lalu dibentuk bulat dan digoreng di minyak panas hingga matang. Sedangkan kue Ali dibuat dari campuran tepung beras dan gula aren. Sama-sama digoreng setelah adonan dibentuk menyerupai cincin. 

"Frey, coba kue-kue ini. Rasanya manis dan enak." Fahri mendekatkan piring ke depan Freya. Si tomboy mengambil satu Kue Obi dan langsung melahapnya.

"Mmm ... ini rasanya kayak bola ubi kopong. Enak, aku suka," kata Freya sambil sibuk mengunyah nikmat.

"Iya, di Jakarta ini memang bola-bola ubi kopong disebutnya. Kalau di sini namanya Obi," jawab Fahri menjelaskan, sambil menyumpalkan satu buah kue tersebut ke mulutnya.

"Frey, Fatih. Sebetulnya Tania juga akan ikut pindah ke Jakarta sama Abang dan Kak Nisa. Tania diterima sebagai perawat di Rumah Sakit tempat Fatih bekerja. Kabarnya mendadak, baru sekitar dua hari yang lalu. Iya kan, Tania?" Fahri berkata antusias, ia juga akrab dengan adik iparnya.

"Lho, kok kamu nggak bilang sih?" tanya Fatih dengan kening berkerut samar. Menuntut penjelasan. 

"Aku makasih banget sama Bang Fatih. CV yang kutitip beberapa bulan lalu akhirnya membuahkan hasil. Satya Medika akhirnya memanggilku untuk bekerja di sana." Tania adalah seorang perawat. Saat ini bekerja di sebuah klinik di Kuningan

Double F (END) New VersionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang