54. Kenyataan Pahit

641 42 0
                                    

Bab 54. Kenyataan Pahit 

Pagi ini Fatih lebih bersemangat dibanding sebelumnya. Siumannya Freya sungguh berefek besar. Freya bukan hanya istrinya, tetapi juga separuh napas hidupnya. 

Namun, tentang kondisi Freya yang sudah siuman ini, Fatih meminta semua orang yang sudah mengetahuinya merahasiakannya dulu. Dokter Jefry pun setuju, setelah Fatih menjelaskan duduk perkaranya secara gamblang. Bahwasanya sosok yang membuat Freya celaka bukanlah orang lain, melainkan saudara seayah dengannya. Sehingga keselamatan Freya masih terancam karena Fahri masihlah berkeliaran bebas di luar sana. 

Pagi-pagi sekali Fatih sudah mandi dan berganti pakaian. Duduk di dekat ranjang sang istri mengucap selamat pagi disusul kecupan sayang.

"Selamat pagi, Istriku," sapa Fatih manis dan mesra. Tatapannya tetap penuh puja meski kondisi fisik Freya saat ini jauh dari kata cantik dan rapi, tetapi tak mengurangi rasa cinta Fatih pada Freya, justru semakin menggebu.

"Ayang, aku pasti jelek ya? Belum mandi dan banyak perbannya," cicit Freya yang masih lemah, mengulas senyum tipis di bibirnya yang tidak sepucat kemarin-kemarin. 

"Namanya orang terluka ya pasti banyak perbannya. Sabar ya, Sayang. Kamu belum boleh mandi dulu untuk sekarang. Mungkin enggak lama lagi. Kondisimu masih lemah," hibur Fatih sembari merapatkan punggung tangan Freya yang terbebas dari perban supaya menempel menggesek  di pipinya. Merasakan kehangatan kehidupan yang kembali mengalir di kulit wanita tercintanya. 

Perawat mengantar sarapan. Fatih detail sigap dan telaten menyuapi Freya. Membujuk sembari sesekali bercanda manis sebelum Dokter Jefry melakukan visit pagi.

"Sayang, boleh aku tanya sesuatu? Tolong jawab yang jujur, sejak kapan Bang Fahri memberikan jamu yang kamu serahkan padaku di hari kecelakaan?" 

*****

Matahari semakin tinggi, mulai merayap condong ke Barat. Di saat Freya tidur siang, Sarah, Wisesa dan Fatih duduk bertiga pada sofa yang terdapat di ruang perawatan VVIP tersebut. Letaknya bersisian dengan ranjang dengan jarak sekitar tiga meter dari ranjang di mana Freya terlelap. 

Fatih merasa sudah saatnya kedua orang tuanya tahu tentang kebusukan Fahri, khawatir jika dibiarkan terlalu lama maka nyawa Freya lah taruhannya, terancam bahaya. 

Sementara itu, Sarah tergugu dalam tangisnya. Di depan Wisesa juga Fatih akhirnya dia membuka mulut tentang urutan runut kejadian di hari itu. Bahwa dirinya sempat bersitegang dengan Freya. Bukan tanpa alasan, kemurkaan Sarah hari itu tentu saja ada alasannya, yaitu setelah menemukan pil jamu dengan komposisi yang sungguh mencengangkan. Jamu pengering rahim. 

"Ibu tersulut emosi siang itu, makanya langsung datang menemuimu ke rumah sakit. Maksud kedatangan Ibu tempo hari adalah untuk menyampaikan penemuan ibu. Tapi, tak disangka hal buruk terjadi pada Freya selang beberapa saat saja. Terlanjur kecewa, siang itu ibu tancap gas dari rumahmu tanpa bersedia mendengarkan penjelasan Freya. Padahal sebelum mobil melaju, Freya memohon untuk bicara dengan ibu sambil menggedor- gedor kaca mobil." 

Fatih tertunduk dalam. Antara marah juga dilema. Ibunya memang salah, tetapi orang tua manapun pasti akan berpikir buruk saat menemukan menantunya menyimpan Jamu semacam itu. Juga, musibah ini sudah terjadi dan waktu tak bisa diputar kembali. Yang terpenting sekarang adalah mengupayakan kesembuhan Freya semaksimal mungkin juga mengumpulkan bukti-bukti kejahatan Fahri. Karena ibunya terseret amarah pun disebabkan oleh ulah kakaknya sendiri. 

"Jadi, Ibu tidak sempat bertanya dari mana Freya mendapatkan jamu semacam ini? Bahan-bahan utamanya meski alami, di ibukota sangat sulit didapatkan." Fatih bertanya pada ibunya sembari menaruh dua butir pil jamu yang pernah diberikan Freya pada Fatih di hari kecelakaan. Semuanya ada tiga butir. Yang satu diteliti sedangkan di luar sisanya dikembalikan lagi pada Fatih. Mungkin saja diperlukan sebagai barang bukti tambahan kejahatan kakaknya. 

"Belum sempat. Ibu keburu terbakar amarah. Mengingat Freya tak kunjung hamil belum lagi Nisa sering bercerita sisi negatif Freya pada ibu sejak lama." 

Fatih mengangguk-angguk sedangkan Wisesa mengusap wajahnya penuh beban. Beban tanggung jawab pada besannya saat mengetahui istrinya memiliki andil dalam musibah yang menimpa Freya meski tidak sepenuhnya salah Sarah, mengingat Nyonya Camelia si saksi mata yang pernah berbincang dengannya menyatakan, kemungkinan besar Freya ditabrak dengan sengaja dalam arti terencana. 

"Pak, Bu. Sudah saatnya aku membuka semua fakta yang kutemukan. Ini pasti berat. Tapi dibiarkan berlarut pun bukan pilihan. Ini adalah hasil pemeriksaan zat yang terdapat di dalam jamu." Fatih menyodorkan selembar kertas berisi hasil uji jamu ke hadapan kedua orang tuanya. 

Menghela napas panjang, Fatih menyambung kalimatnya lagi.  "Dari keterangan Freya, jamu tersebut diberikan Bang Fahri pada Freya tanpa sepengetahuanku. Diberikan pertama kali sewaktu kami akan berangkat berbulan madu lalu ditambah lagi secara kontinyu. Botol-botol berikutnya diberikan Bang Fahri di sekolah, beberapa guru lah saksinya setelah ditelusuri oleh jasa terpercaya yang kusewa. Bahkan Desti sempat melihat isi jamu tersebut. Dan Bang Fahri meminta Freya untuk merahasiakannya dariku. Maaf, Pak, Bu. Aku pun berat menyampaikan ini, tapi harus." 

"Kakakmu?" Wisesa tercengang, membulatkan mata. Begitu pula Sarah yang, wanita mungil itu membekap mulutnya sendiri, terkesiap. 

"Iya, Pak. Bang Fahri." Fatih menjawab lirih disusul anggukan kepala. 

"Fahri? Untuk apa Fahri memberikan jamu semacam itu pada Freya? Ini tidak mungkin!" Sarah menggeleng cepat, suaranya bergetar, sulit percaya. 

Fatih menarik napas panjang. "Aku pun tidak mau mempercayai itu. Tapi Kenyataannya memang demikian. Dan kejadian tabrak lari Freya yang mengindikasikan kesengajaan, sosok Bang Fahri juga lah dalang di baliknya," tutur Fatih dengan bias mata penuh luka. 

Sarah nyaris pingsan mendengar hal itu. Sedangkan air muka Wisesa muram seketika. Kalut, masih tak percaya juga sulit percaya berkecamuk menjadi satu. 

"Ibu ingat insiden hilangnya kebaya dan baju pengantin Freya yang hilang di saat tanggal pernikahan tinggal menghitung hari? Kejadian itu pun Bang Fahri lah otak pelakunya dengan menggunakan Kak Nisa sebagai kaki tangannya."

"Ada apa dengan anak sulungku? Fahri yang ibu kenal adalah sosok yang berbudi. Kenapa dia seperti ingin menyingkirkan Freya? Apa salah Freya pada Fahri. Kenapa begini? Kenapa jadi begini." Sarah meracau berurai air mata. Sedih bukan kepalang. Meski Fahri putra sambung, tetapi kasih sayang Sarah tak perlu diragukan. 

Wisesa yang duduk di sebelah Sarah terlihat syok. Sebagai seorang ayah dia sangat terpukul mendengar hal ini. 

"Sebentar lagi Nyonya Camelia juga perwakilan agen detektif akan datang ke sini untuk mengumpulkan bukti menjadi satu. Beberapa menit lagi rekanku, Dokter Aditya dan salah satu perawat akan menjaga Freya. Kita akan bicara di ruangan lain, di sebelah ruangan dokter Wira. Dokter Wira sendiri yang menyarankan memakai ruangan itu. Karena kita masih harus berbincang secara rahasia. Jangan sampai ada yang menguping. Untuk mengatur siasat dan berkoordinasi mengambil langkah melaporkan Bang Fahri ke pihak berwajib. Sekali lagi maaf, Pak, Bu. Bang Fahri memang kakakku. Walaupun ini berar, tapi hukum harus ditegakkan. Terlebih lagi perbuatannya sudah melewati batas. Hampir merenggut kehidupan istri yang sangat kucintai." 

Bersambung. 


Double F (END) New VersionМесто, где живут истории. Откройте их для себя