Prolog

130K 8.6K 530
                                    

Farellino Bramasta sosok cowok bengis yang ditakuti seantero sekolah bukan karena apa-apa. Namun, lelaki itu memiliki kekuasaan sehingga tidak ada yang berani macam-macam dengannya.

Sekarang Lino sedang berada diarea balapan motor. Ia terlihat putus asa dengan cara balapan lah yang membuatnya menjadi tenang. Di rumah ia tidak bisa menikmati apapun kecuali harta juga kesepian.

"No, Lo yakin mau balapan dalam keadaan Lo yang seperti ini?"

"Lo nggak perlu khawatir gue ini racing king dan tidak ada yang bisa membuat gue gentar sedikitpun," ucap Lino dengan menepuk pundak sahabatnya.

"Ye, sombong Lo!"

"Lah, memang bener ogeb!" umpat Lino dengan mendengus kesal.

"Misalnya Lo kenapa-kenapa gue nggak mau tanggung jawab, ye!"

Lino tertawa terbahak-bahak dengan memukuli lengan sahabatnya. Ini menurutnya hal yang cukup lucu baginya.

"Lawak Lo! Paling nanti Lo nangis kejer lihat gue kenapa-kenapa," ledek Lino dengan memegang perutnya yang agak sakit karena terlalu lama tertawa.

"LINO! CEPAT WOY! GUE SUDAH NUNGGUIN BANGSAT!"

Lion menarik nafas panjang berteriak, "SABAR BABI! LO KIRA JALAN NGGAK PERLU MENGGOSIP!"

"APA HUBUNGANNYA ANJING?! CEPETAN EMAK GUE SUDAH MARAH INI! NANTI GUE DIPUKUL SAMA PANCI EMAK!"

Semua orang terkejut lalu tertawa terbahak-bahak menurutnya kali ini agak lucu, masa anak berandal takut pukulan panci. Lino berjalan dengan santai dengan memegang helm hitam. Ia menaiki motor kesayangannya lalu menyalakan motornya.

"Tiga! Dua! Satu! Go!"

Lino mengegas motornya dengan kecepatan tinggi tanpa menyadari bahwa jalanan terlalu curam untuk dilalui olehnya. Ia melihat seekor kucing hitam melintas setelah itu ia membelokkan motornya dadakan hingga tidak menyadari sudah mengenai pembatas jalan.

Lino tidak bisa menjaga keseimbangannya lalu terjatuh kedalam dasar sungai. Ia mencoba berenang ke atas tapi kakinya sudah keram dan tidak bisa digerakkan. Terakhir kali ia melihat bayangan hitam dan nafasnya terhenti.

"Gue masih ingin melihat adik tumbuh besar. Ia sendirian hanya gue yang selalu menjaganya. Lalu bodo amat sama bonyok yang hanya gila kerja!"

***

Dilain tempat sosok laki-laki yang tengah koma akibat kecelakaan motor terbaring di kasur. Tidak ada tanda-tanda orang itu ingin bangun dan nyenyak akan tidur lamanya.

"Elio! Kapan kamu akan balik, Nak! Apa kamu nggak capek tidur terus?!"

Namun, sosok lelaki itu hanya diam dengan wajah tenangnya. Tiba-tiba jari dari sosok itu bergerak yang membuat wanita paruh baya itu tersenyum bahagia.

"MAS! ANAK KITA BANGUN! PANGGIL DOKTER, MAS!"

Setelah teriakan menggelar itu seseorang dokter datang didampingi dua perawat. Dokter segera memeriksa keadaan orang yang disebut Elio dengan seksama.

"Haus ... lapar ..."

Pertama kali kata yang diucapkannya adalah makanan karena ini sumber keharusan sebelum berdebat panjang. Ia menatap sekeliling kenapa rasanya orang-orang didepan ini sangatlah asing.

"Kalian ... siapa ya?"

"Sayang, kenapa kamu bilang begitu? Ini bunda, Nak."

Ia mengerutkan keningnya karena ia tidak pernah memiliki bunda yang cantik alami seperti ini. Bundanya orang yang menjaga fashion juga makeup tebal.

"Maaf, Tante. Kayaknya Tante salah orang, deh.  Nama saya itu Farellino Bramasta alias Lino bukan Elio."

"Bukan, Nak. Nama kamu itu Ardian Darelio Maheswari dan nama panggilan kamu Elio. Dokter ini ada apa dengan anak saya? Apakah otaknya sedikit geser akibat kecelakaan?"

Lino hanya bisa tercengang orang tua mana yang bilang anaknya geser memangnya dia papan geser. Lalu, hey! Mereka itu siapa?!

"Sepertinya anak kalian terkena amnesia ringan dan tidak mempengaruhi otaknya geser atau bukan."

Lino melotot tajam melihat sang dokter yang juga ikut-ikutan meledeknya. Hey! Tempat macam apa ini?! Bagaimana bisa mereka lupa wajah putranya sendiri?!

"Baiklah, terima kasih dokter."

Lion menatap mereka dengan penasaran apa yang sebenarnya terjadi. Ia menunggu apa yang dijelaskan kedua orang tua ini.

"Kamu Ardian Darelio Maheswari anak dari saya Satria Maheswari juga Aluna Maheswari. Kamu berumur 16 tahun dan bersekolah di SMA Mawar. Kamu memiliki hobi tawuran ..."

"Stop! Tunggu bentar! Gue pusing!" seru Lino dengan memegang kepalanya.

Ardian Darelio Maheswari dan SMA Mawar, ia tiba-tiba saja teringat bukannya itu novel yang selalu dibaca adiknya. Bagaimana mungkin?!

***

Hey! Ini cerita pertama saya :)
Padahal sering buat cerita tapi kenapa baru berani sekarang ya :(
Dah lah! Lanjut!

Ardian S2 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang