49

6K 696 181
                                    

"Seharusnya yang jadi penerus perusahaan itu bokap gue! Kenapa harus bokap lo?!" teriak Arkan dengan mendorong tubuh Arsen.

"Koruptor jadi CEO? Mungkinkah," ucap Arsen dengan tenang. Lelaki itu mulai membenarkan seragam.

Semua orang mulai berbisik menatap Arkan. Cemooh itu seperti pisau belati yang bisa membunuh orang kapan saja.

"Heh, awalnya gue sengaja mau buat hubungan kalian retak tapi ... kayaknya kakak gue udah cukup buat hubungan kalian retak," ucap Tia dengan menyeringai.

Stela berlari lalu menendang tubuh Tia hingga gadis itu tersungkur. Anak simpanan bisa-bisanya mengakui mereka bersaudara.

"Gue nggak sudi jadi kakak lo!" teriak Stela dengan menatap sinis.

Tia tertegun dengan menundukkan wajahnya. Semuanya merasa ada yang salah.

"Gue ada ganggu lo, Kak?" tanya Tia dengan menatap wajah Stela.

Stela hanya diam dengan menatap tajam Tia. Gadis itu kemungkinan besar hanya berpura-pura.

"Dengan bilang gue anggap lo kayak kakak sendiri gimana?!" teriak Tia dengan menatap tajam.

"Bunda gue emang jalang! Gue emang anak haram tapi nggak pernah mau rebut apapun dari lo! Gue berlaku jahat hanya di depan tapi lo nggak tau ... gue selalu bujuk Bunda nggak nyakitin lo karna gue sadar diri. Anak sah di keluarga hanya lo!" lanjut Tia dengan menatap tajam.

Semuanya tertegun dari sini mereka tidak bisa menebak hati manusia sesungguhnya. Lino hanya bisa mendengus dengan menatap ke arah Stela.

"Queen! Maksud lo apa?! Bukannya lo ingin hancurin keluarga mereka bertiga!" teriak Arkan menatap Tia dengan tidak percaya.

Lino mengelus kupingnya dengan berdecak kesal. Ia memukul kepala lelaki itu dengan tersenyum lebar.

"Dasar anak nakal! Kuping gue rasanya mau pecah!" seru Lino dengan muka masam.

"Masih sakit, hmm?" tanya Arsen dengan mengelus kuping Lino.

Lino hanya menggelengkan kepalanya. Ia mulai menatap ke arah Stela yang terlihat bosan mendengarkan perkataan Tia.

"Gue emang sengaja ngejek lo di belakang! Jadi gue yang keliatan jahat!" teriak Tia dengan menatap tajam.

"Astaga masih aja bacot! Stela urus dulu adik lo!" perintah Lino dengan memutar matanya.

Akhirnya ke dua gadis itu pergi. Para murid menghela napas lega setelah bosan mendengar kicauan Tia.

Beberapa orang mulai mengelilingi Lino dan teman-temannya. Orang itu tampak bersenjata dengan bertubuh besar.

"Dih, itu banyak uang buat nyewa preman! Masa nggak jadi CEO ngambek. Syukuri ..."

"Apa yang ada! Hidup adalah anugerah!" teriak murid SMA Bintang.

"Bisa aja lo pada!" sahut Lino dengan tertawa terbahak-bahak.

"Sekarang sebagai King gue akan melantik Ray sebagai Queen dari K&Q ... sekarang serang mereka!" teriak Arkan dengan menyeringai kecil.

Mereka mulai melakukan penyerangan. Beberapa orang yang tidak bersalah juga menjadi korban.

Lino menggeram kesal. Ia terus melakukan penyerangan karena ini belum waktunya.

Mereka terlihat melakukan serangan hingga mengumpulkan musuh di tengah. Para musuh mulai terkepung, tetapi ada hal yang aneh mereka tampak tenang.

"Hanya segini kemampuan kalian?" tanya Arkan dengan tersenyum mengejek.

Tiba-tiba asap mulai menyusahkan penglihatan mereka. Lino segera bersiul dengan menyeringai.

Beberapa orang bertopeng dengan mengenakan jaket kebanggaan Night Devil. Orang-orang itu mulai melakukan penyerangan kepada musuh yang ingin kabur.

Kemudian tidak lama pertahanan musuh mulai lemah. Beberapa dari mereka ada yang terluka.

Beberapa dari mereka ada yang ketakutan karena menghadap iblis malam. Memang pada dasarnya Night Devil terkenal di kalangan para remaja.

"No ini udah di tangkap. Kemudian kita harus ngapain?"

"Lempar mereka ke penjara lagian ... mereka udah cukup umur untuk di kurung di tahanan," ucap Lino dengan menatap beberapa orang yang ketakutan.

Beberapa penonton sontak terkejut melihat interaksi dari Night Devil dan Lino. Dean, Ryan dan Mika berjalan menghampiri Lino dengan menggunakan topeng juga jaket kebanggaan.

"Kak," ucap Mika dengan memberikan jaket dan topeng berwarna hitam campur emas.

Arsen mengambil alih topeng Lino dengan tersenyum. Kemudian lelaki itu mulai membantu Lino memasang topengnya.

"Makasih," ucap Lino dengan tersenyum malu.

Kemudian Lino mulai meletakkan jaket di atas pundak. Ia berjongkok menghadap Ray dengan tersenyum lebar.

"Gimana rasanya? Terkejut atau takut? Lo tau gue nggak suka jika ada orang yang godain Arsen. Lalu lo masih aja godain dia," ucap Lino dengan tertawa kecil.

"Lalu lo sama keluarga sendiri dendam. Udah tau yang salah itu bokap lo masih aja nuduh orang lain," lanjut Lino dengan menatap sinis.

Lino berdiri dengan para anggota yang lain menatap ketua mereka. Ia mengambil topeng milik anggota K&Q lalu menghancurkan begitu saja.

"Mulai sekarang geng K&Q akan di basmi habis! Mereka tidak di izinkan untuk berbuat jahat dan sok berkuasa," teriak Lino dengan mengangkat tangannya.

"Lalu geng K&Q sudah membuat siswa SMA Bintang trauma karena penculikan maka kasus ini akan di bawa ke jalur hukum!" timpal Arsen dengan muka serius.

Semuanya terkejut mereka kira Arsen akan melepaskan Arkan yang notabene keluarganya. Namun, sepertinya itu tidak berlaku bagi lelaki itu.

Lino hanya tersenyum. Ia tahu jika Arsen akan bersifat tidak berat sebelah alias adil.

"Untuk Tia gue mohon ampuni dia. Karna gue tau dia nggak ikut masalah itu," pinta Stela dengan serius.

"Ada bukti?" tanya Mika dengan menatap sinis.

"Waktu itu dia ada di perpus dan kebetulan gue lewat," jawab Stela dengan yakin.

Ravy hanya tertawa kecil. Ia menuju Arsen dan Lino dengan mengeluarkan ponselnya.

"Lo yakin? Tapi waktu itu gue liat dia sama Ray bawa cat merah dari gudang sekolah. Kebetulan gue di suruh ambil bola di gudang waktu itu," ucap Mika dengan menatap sinis.

"Untuk teror berdarah memang benar tapi ... penculikan itu bukan rencana bahkan gue nggak tau sama sekali," ucap Tia dengan serius.

Arsen menatap ekspresi wajah terdakwa dengan sekilas. Ia mengeluarkan ponselnya dengan senyuman misterius.

"Waktu itu Ray ajak bicara Tini murid XI IPA 5," ucap Arsen dengan muka datar. Ia juga menunjukkan video yang jelas.

"Sekarang tetap bawa mereka ke jalur hukum. Biar pihak berwajib yang menentukan," lanjut Arsen dengan serius.

Para guru berjalan lalu memanggil pihak berwajib. Pada akhirnya penjahat sebenarnya sudah ketahuan dengan banyaknya saksi. Para pelaku tidak akan bisa mengelak lagi.

"Dari kapan kamu lacak mereka?" tanya Lino dengan cengengesan.

"Waktu teror di sekolah," jawab Arsen seadanya.

"Emang Arsen yang jenius," madah Lino dengan memberikan dua jempol.

Arsen hanya tersenyum tipis. Ia mengacak rambut Lino.

"Kamu juga," ucap Arsen dengan merangkul pundak Lino.

"Anjir jadi selama ini lo udah tau pelaku sebenarnya! Dari kapan lo tau!" pekik Adya dengan mulut terbuka lebar.

***

Jangan lupa vote dan komen :)
Emang pasangan jenius 😬
Nanti malam up juga🥳
Lanjut!

Ardian S2 (END)Where stories live. Discover now