12

39.3K 5.1K 277
                                    

Saat ini Lino dkk sedang berada didalam UKS. Lino hanya diam saat menatap pisau juga jarum suntik yang berada di UKS. Apakah dia harus jujur? Sebenarnya ia takut dengan jarum suntik!

Lalu sebenarnya ia juga tidak ingin berada di UKS. Namun, beberapa orang memaksanya untuk pergi menuju UKS.

Flashback

"ANJING!"

Setelah mengumpat secara massal mereka berjalan memasuki sekolah. Saat didalam ternyata banyak murid-murid yang menatap mereka bahkan ada beberapa yang memuji.

"Arghhhh! Arsen ganteng banget!"

"Jadikan aku istrimu, Mas!

"Elio kok tambah cakep, ya! Apalagi keringat itu, loh?!"

"Ayang Elio sini keringatnya aku lap."

Lino yang mendengar itu sesekali tersenyum juga mengedipkan matanya yang membuat murid-murid cewek berteriak histeris. Semua itu tidak luput dari pandangan Arsen dkk juga Adya.

"Anjir! Gue nggak nyangka kalau Lo itu playboy! Dulu yang gue lihat Lo sering musuhan sama geng kakak Lo," seru Adya dengan menggelengkan kepalanya.

"Ah, yang benar? Tapi kali ini kayaknya gue mau fokus cari jodoh aja, deh. Dulu itu gue nyerang mereka karena Ziel selalu melarang berteman sama mereka jadi beranggapan kalau Arsen penyebab semua ini," jelas Lino dengan mengangkat bahunya.

"Cih, Lo pasti nggak kehilangan ingatan! Buktinya Lo bisa jelasin!" tuding Ravy dengan menatap sinis.

"Sinis mulu Lo nggak punya pacar mampus Lo! Gue punya buku harian jadi tahulah!" seru Lino dengan memutar matanya.

Semuanya kembali terdiam tiba-tiba saja Arsen menariknya hingga tubuhnya hampir terjengkang ke depan. Ia menatap tajam lalu mencubit pipi Arsen dengan kencang hingga memerah.

"Sakit," ucap Arsen dengan muka datar.

"Lo itu kenapa? Gue hampir terjengkang ke depan loh," geram Lino dengan tersenyum dibuat-buat.

"UKS," ucap Arsen dengan memegang tangan Lino.

"LINO! GUE BARU INGAT TANGAN LO TERLUKA!" pekik Adya dengan nada heboh.

"Lino ayo ke UKS," ajak Ziel dengan memegang tangan Lino yang satunya.

Lino menggelengkan kepalanya dengan melotot tajam menyanggah, "Nggak! Gue nggak mau! Nanti sembuh sendiri!"

Arsen menatap Ziel lalu segera menarik tangan Lino tanpa memperdulikan teriakan lelaki itu. Para murid-murid yang melihat itu hanya bisa menahan tawa.

Flashback off

Lino menghela nafas panjang sembari memainkan boneka UKS. Ia menarik-narik boneka itu hingga tidak sadar isi boneka keluar hingga berjatuhan di lantai.

"ASTAGA! NO! LO BUAT HANCUR TUH BONEKA!" pekik Adya dengan nada tinggi.

Lino yang terkejut mendengar suara lengkingan Adya segera melemparkan boneka itu kearah lelaki itu. Namun, kebetulan yang sial boneka itu memasuki mulut Adya yang sedang asyik menggerutu.

"Aduh! No! Anjir lah! Mulut gue kemasukan boneka! Syukur nih boneka ukurannya sedang jika nggak bisa ke makan," gerutu Adya dengan menatap tajam.

"Itu salah Lo juga yang teriak-teriak membuat gue kaget! Hey! Itu nggak salah gue Lo nya aja punya mulut kegedean mana banyak bacot! Kena karma itu namanya buat orang kaget!" sahut Lino dengan berkacak pinggang.

"Bacot bener Lo pada! Sakit nih telinga gue! Ini juga Ziel sama Arsen lama banget ambil obat! Tahu nggak sih tentang obat! Nanti malah mati Lo!" gerutu Ravy dengan muka masam.

"Cie ... khawatir ya," ledek Lino dengan tertawa terbahak-bahak.

Tidak lama setelah dicari itu disebut Arsen dan Ziel datang membawa obat juga baskom yang berisi air. Arsen hanya menatap datar ketiga orang itu.

"Sama-sama banyak bacot," ketus Arsen dengan memutar matanya.

Jleb!

"Anjir Lo, mah! Sekali ngomong menusuk ke ulu hati!" seru Lino dengan memutar matanya.

Arsen tidak memperdulikan perkataan Lino yang lebih utama mengobati luka lelaki itu. Ia menatap luka yah masih mengeluarkan darah tapi tidak sebanyak tadi.

Arsen mengelap luka itu menggunakan kain yang sudah dibasahi. Ia melakukannya dengan lembut agar tidak menyakiti lelaki itu.

Brak!

"ARGHHHH! BANGSAT!" erang Lino dengan wajah memucat.

"Maaf," sesal Arsen saat mengobati ia tidak sengaja menekan luka itu karena terkejut mendengar dobrakan pintu.

Tiba-tiba sosok gadis dengan nafas tersengal-sengal. Gadis itu berjalan mendekati Arsen.

"Arsen kamu baik-baik aja, apa ada yang luka?" tanya Gina dengan raut wajah khawatir.

"Lo keluar dari sini jika hanya menjadi pengganggu," tekan Arsen dengan menatap tajam.

Lino terkesiap ia menatap wajah Arsen yang penuh emosi. Ia jadi kepikiran beberapa kali ini rasanya tidak pernah melihat Arsen dan Gina berduaan. Apa kehadirannya sudah mengubah alur cerita? Sepertinya iya karena tidak mungkin bukan protagonis pria menolak protagonis wanita begitu saja. Ia hanya diam dan tidak ingin melakukan apa-apa asal tidak menggangu kehidupannya.

"Ouch! Pelan-pelan," rengek Lino dengan mata berkaca-kaca.

Lino sekarang rasanya ingin menangis padahal dirinya bukan orang yang cengeng. Entah karena lagi trauma sama kecelakaan di dunia dulu atau emang pemilik tubuh ini sangat sensitif.

Arsen melanjutkan mengobati luka lelaki itu hingga selesai. Ia melihat muka Lino yang memerah dengan mata yang berkaca-kaca. Setelah itu dia segera membawa Lino kedalam pelukannya.

"Udah jangan nangis," bisik Arsen dengan mengelus rambut Lino.

Semua orang yang melihat itu terkejut seketika bahkan Ziel pemilik muka datar seketika membuka mulutnya lebar-lebar. Ravy yang melihat itu seketika menyemburkan minumannya ke wajah Adya. Lalu Gina hanya bisa menutup mulutnya dengan tatapan tidak percaya.

"Arsen ... Lino ..." Ziel secara spontan hanya bisa mengucapkan nama mereka berdua.

"ANJIR! LO SUKA BANGET SIH SEMBUR WAJAH ORANG! DASAR DUKUN ABAL-ABAL!" sembur Adya dengan menatap tajam.

"Ya, maaf. Gue kan refleks lihat hal yang nggak bisa ditelaah secara normal," ucap Ravy dengan memutar matanya.

"Orang Lo itu nggak normal! Gimana bisa mikir," cibir Adya dengan menatap sinis.

Ravy dan Adya saling menatap tajam jika dalam kartun mungkin akan mengeluarkan laser mematikan. Lalu Lino merasa yang dilakukannya adalah kesalahan hanya bisa berdehem kecil.

"Sudah sama-sama nggak normal nggak perlu banyak bacot," ledek Lino dengan tertawa terbahak-bahak.

"Lo juga sama," ketus Ziel dengan muka datar.

Jleb!

"Cih, ternyata sifat gilanya sudah balik. Tadi siapa ya yang merengek," sindir Ravy dengan tersenyum mengejek.

Jleb!

"Tadi siapa ya yang ingin menangis lalu dipeluk oleh Arsen," sindir Adya dengan mengangkat alisnya.

Jleb!

"Asu! Kalian masalah mengejek gue gini aja malah kompak banget! Dasar teman laknat!" gerutu Lino dengan melotot tajam.

Adya memegang kuping berkata, "Tadi siapa ya yang bicara? Kok gue nggak lihat orangnya."

Lino yang mendengar itu hanya bisa menggerutu saking kesalnya. Semua orang yang melihat itu hanya bisa tertawa terbahak-bahak kecuali Arsen, Ziel dan Gina yang menggelengkan kepalanya.

***

Jangan lupa vote dan komen :)
Arghhhh! Lino kok lucu banget😍
Lanjut!

Ardian S2 (END)Where stories live. Discover now