6

10.7K 1.2K 200
                                    

Lino menatap tiang bendera dengan mengelus keningnya. Bagaimana mungkin para anggota Paskibra dan pramuka tahan berjemur di terik matahari.

"Eh, Babi. Lo punya air minum nggak?" tanya Lino dengan mengipas-ngipas wajahnya.

Adya yang mendengar seketika memutar matanya. "Sungguh lo itu bego atau gimana? Gue mana ada air, anjir!"

Ke duanya hanya bisa meratapi nasib. Di hukum di tengah lapangan dengan terik matahari seolah bisa membakar tubuh mereka. Lalu para murid dari kelas lain menatap mereka dengan bisik-bisik tetangga.

"Sungguh terlalu lo semua! Suka banget liat orang ke siksa. Gue sumpahin tuh mulut nggak bisa ngomong! Doa orang tersakiti ... aww, dingin!"

Lino membalikkan tubuhnya dengan tersenyum lebar. Ia segera memeluk tubuh Arsen dengan cengengesan.

"Hehe, aku kira siapa," ucap Lino dengan tersenyum cerah. Siapa yang tidak berbunga-bunga jika pasangan begitu perhatian dengannya.

Arsen yang mendengar hanya tersenyum lebar. Lino yang melihat seketika hatinya menjadi meleleh.

"Aduh, manis kali pacar aku!" seru Lino dengan mencubit pipi Arsen.

Sosok yang di perlakuan seperti itu menjadi malu sendiri. Arsen sebisanya menyembunyikan wajahnya yang tampak memerah.

Namun, namanya mata netizen yang sangat tajam. Mereka menyadari hal itu hingga melupakan jika ada sosok guru yang mengawasi mereka.

"Farellino Bramasta! Hukuman kamu bertambah hingga jam istirahat ke dua!"

"Anjir, mampus lo! Mesra-mesraan nggak tau tempat, sih!" ledek Adya dengan tertawa terbahak-bahak.

Lino yang melihat hanya bisa tersenyum masam. Ia mulai melepaskan sepatutnya. Kemudian melempar ke arah punggung lelaki itu.

Bugh!

"Eh, asu! Bekas sepatu lo nempel di baju gue! Bisa kena amuk sama emak!" pekik Adya dengan mencoba menjangkau baju bagian belakang.

Arsen hanya diam dengan mengelus rambut Lino. Ia memberikan botol minuman kepada kekasihnya.

"Jangan lupa di minum," bisik Arsen dengan tersenyum.

Cup

"Iya, sayangnya Lino! Udah aku tau kamu ke sini pasti bilangnya ke toilet. Nanti di cariin sama guru, loh!" seru Lino dengan mengangkat alisnya untuk menggoda sang kekasih.

"Sembrono," ucap Arsen dengan tersenyum tipis. Setelah itu berjalan pergi meninggalkan sebuah keheningan.

Adya yang melihat menatap Lino dengan senyuman lebar. Ia mengangkat alisnya terlihat mengejek lelaki di depannya.

"Cie, deg-degan nggak ketemu ayang!" ledek Adya dengan tertawa mengejek.

"Cie, iri, ya?" ledek Lino dengan mengangkat alisnya.

Adya yang mendengar seketika menjadi kesal. Mulutnya mulai berkomat-kamit dengan muka masam.

"Cepat hormat ke bendera! Jangan banyak bicara!"

"Iya, sabar ngapa, Bu! Nggak sabar mulu nanti wajah keriput malah nuduh produk skincare itu abal-abal!" gerutu Lino dengan mulai mengangkat tangan kanannya.

***

Lino mulai merenggangkan ototnya. Ia sungguh sangat lelah karena berdiri menghormati bendera. Kakinya seketika tidak bisa bergerak karena terlalu lama berdiri.

"Babi bantu gue! Perasaan gue masih muda kok badan suka sakit!" gerutu Lino dengan melempar tubuhnya ke arah Adya.

Adya merasa seperti ketiban buto ijo. Lelaki itu justru mendorong tubuh Lino hingga jatuh telentang di lapangan sekolah.

Ardian S2 (END)Where stories live. Discover now