41

5.8K 717 160
                                    

Saat malam mereka hanya diam. Pada akhirnya hanya ada keheningan malam.

Arsen menarik tubuh kekasihnya agar bisa tidur dengan berpelukan. Kemudian mereka hanya berdiam hingga masuk ke dalam alam mimpi.

Namun, hanya Arsen yang tertidur. Sebenarnya Lino masih belum tidur. Ia menyingkirkan tangan Arsen dengan perlahan.

Akhirnya ia melangkahkan kakinya ke arah balkon dengan tersenyum tipis. Ia menatap bintang yang bertabur di langit malam.

Sebuah tangan mulai melingkar pinggangnya. Ia terkejut lalu menatap ke samping dengan tersenyum manis.

"Kenapa nggak tidur, hmm?" tanya Arsen dengan tersenyum manis.

Lino hanya menggelengkan kepalanya dengan tersenyum manis. "Nggak bisa tidur."

Cup

Arsen mengecup leher Lino sekilas. Ia mulai mengelus rambut Lino dengan lembut.

"Kamu gugup? Jangan berpikiran negatif kamu itu pasti menang kayak dulu," ucap Arsen dengan tersenyum.

Darah Lino seketika mendesir. Arsen yang soft sangat tidak baik bagi kesehatan jantungnya.

Lino mulai menghadap ke arah Arsen. Jika di lihat dari kejauhan pose mereka tampak ambigu.

Lino yang bersandar di pembatas balkon. Kemudian tangan Arsen yang berada di pembatas balkon.

Ia mencoba sebisa mungkin mengontrol ekspresi wajahnya. Ia berdehem dengan menatap mata Arsen untuk membuat lelaki itu yakin dirinya dalam keadaan baik-baik saja.

"Darimana kamu tau aku dulu pernah menang. Ah, bukan menang tapi lebih tepatnya masuk 3 besar," ucap Lino dengan cengengesan.

"Bukannya juara 3 juga bagus?" tanya Arsen dengan mengerutkan keningnya.

"Iya, bagus. Tapi aku hanya ingin merasakan di atas juara 3," ucap Lino dengan cengengesan.

Arsen hanya mengangguk kepalanya. "Mami yang cerita tentang prestasi kamu dulu."

"Oh, pantas!" seru Lino dengan tertawa kecil.

Mereka kembali diam dengan menatap langit-langit malam. Arsen menatap ke arah Lino yang tampak mengelus lengannya.

"Kita masuk sekarang, ya. Aku nggak mau kamu sakit," ajak Arsen dengan menarik tangan Lino.

Lino mengangguk pelan. Lalu kembali ke atas kasur dengan mencoba memejamkan matanya. Ia juga memeluk tubuh Arsen dengan tersenyum tipis.

"Good night," bisik Arsen dengan mengecup kening Lino.

***

Lino membuka matanya dengan napas tersengal-sengal. Ia menatap ke samping yang menunjukkan pukul 7 pagi sedangkan pertandingan di lakukan pukul 9 pagi.

Ia menatap wajah damai Arsen yang masih tidur dengan nyenyak. Ia menyingkirkan tangan Arsen yang berada pada tubuhnya.

Ia menuliskan sesuatu di atas kertas dengan tersenyum lebar. Setelah itu ia tempel di jam.

Ia tanpa mengganti pakaian maupun mandi segera pergi dari kamar. Ia hanya membawa dompet dan ponsel dengan bersiul kecil.

Ia juga keluar dari bangunan lalu menuju tempat gym. Ia harus melakukan pemanasan sebelum melakukan pertandingan.

Ia menatap ke penjuru tempat gym dengan tersenyum lebar. Akhirnya ia bisa melakukan latihan pada ototnya.

"Kenapa banyak orang yang ngeliat gue?" batin Lino dengan mencoba biasa-biasa saja.

Ardian S2 (END)Where stories live. Discover now