8

46.4K 5.3K 68
                                    

Sosok remaja masih saja bergelut dengan selimutnya rasa dingin membuatnya terlalu malas untuk bangun dari tidurnya. Ia mengerjapkan matanya saat cahaya mulai menerangi wajahnya dengan malas-malasan ia membuka matanya.

Ia menatap ke samping terlihat seorang pria dengan badan penuh air juga rambut masih basah. Wajahnya mulai memerah disaat lelaki itu tidak memakai baju hanya menggunakan handuk sepinggang yang memperlihatkan perut six pack. Ia mengalihkan pandangannya ke arah jendela membuat lelaki itu tertawa kecil melihat akan tingkahnya.

“Hey, wajah lo kenapa memerah?” tanya Arsen dengan tersenyum tipis.

Orang tadi adalah Arsen sang protagonis pria yang mungkin sehabis mandi karena tubuh lelaki itu masih basah. Ia menyadari lelaki itu melangkahkan kakinya berjalan ke tempatnya tapi dia hanya berpura-pura tidak mengetahuinya.

Lino terkesiap saat dagunya dicengkeram oleh lelaki itu mata mereka saling bertautan. Ia segera memutuskan pandangan mereka dengan menepis tangan lelaki itu. Ia jadi mengetahui apa ini yang dinamakan pesona protagonis utama bahkan dirinya juga ikut mengagumi pesona lelaki itu. Ia memegang dadanya yang mulai berdetak dengan kencang lalu mulai menetralkan ekspresi wajahnya.

“Kenapa lo harus malu kita ini sama-sama cowok, bukannya lo seharusnya juga sering melihat tubuh teman lo,” ucap Arsen dengan terkekeh kecil.

Lino hanya diam menatap keluar jendela karena mereka sesama pria dia juga ikut bingung kenapa dirinya menjadi malu. Ia menatap Arsen tapi sialnya entah kenapa dia masih malu saat melihat keadaan Arsen yang sekarang.

"Gue nggak suka sama orang asing walaupun amnesia tapi masih bisa merasakannya seharusnya Lo tahu hal ini karena kita rival," ucap Lino dengan mengangkat bahunya.

Ia bersyukur karena sering membaca buku harian Elio jadi dia bisa mengetahui keseharian lelaki itu. Ia jadi heran Elio itu sangat rajin mencatat kesehariannya didalam buku tapi kalau masalah belajar saja susahnya minta ampun, tetapi dirinya juga begitu walaupun tidak rajin seperti Elio. Elio memiliki buku harian dari dia sekolah dasar jika dijadikan novel mungkin sudah banyak volume.

"Hmm," sahut Arsen dengan muka dingin.

Lino mengerutkan keningnya baru saja tadi orang itu tersenyum sekarang sudah dingin lagi. Ia mengangkat bahunya lalu pergi mandi untuk bersiap-siap sekolah.

Saat keluar dari kamar mandi ia mengerutkan keningnya. Kenapa Arsen belum memakai baju jika begini nanti akan jatuh sakit.

"Ehm ... Lino apa boleh gue pinjam seragam Lo?" tanya Arsen dengan mengalihkan pandangannya.

Lino tersenyum kecil kemudian mengambil seragam sekolahnya. Tubuh mereka itu sepantaran jadi Arsen juga cocok memakai seragam miliknya. Ia segera memberikannya kepada Arsen karena tidak mungkin bukan nanti bisa-bisa malah masuk angin.

"Apa Lo nggak masalah seragamnya ada nama gue?" tanya Lino dengan mengangkat alisnya.

"Nggak, asal ada baju," jawab Arsen dengan muka datar.

Lino hanya mengangguk pelan tapi seketika teringat sesuatu. Ia menatap kearah selangkangan lelaki itu membuat Arsen juga ikut menatap kearah tatapan Lino. Arsen segera menutup miliknya menggunakan seragam dengan menundukkan wajahnya yang kian memerah.

"Ehem! Lalu pakaian dalam apa Lo mau pinjam?" tanya Lino dengan mengalihkan pandangannya.

"Uhm," sahut Arsen dengan menundukkan wajahnya.

Lino segera kembali membawa pakaian dalam yang langsung direbut oleh Arsen. Ia yang melihat itu hanya menggelengkan kepalanya dengan terkekeh kecil.

***

Lino berjalan menelusuri koridor sekolah sembari mendengarkan musik. Ia bersiul kecil dengan tersenyum cerah yang membuat siapapun melihatnya bergidik ngeri.

"DORR!" teriak Adya dengan keras.

"Fuck!" umpat Lino dengan mengelus dadanya karena hampir saja jantungnya copot dari tempatnya.

Lino menatap sinis saat mendengar suara tawa dari sahabat laknatnya. Ia ingin menendang Adya sampai sungai Amazon tapi kasihan nanti malah nangis. Alhasil ia hanya mengelus-elus dada sembari menghirup udara berkali-kali.

"Dadanya gatal, Bu?" ledek Adya dengan tertawa terbahak-bahak.

Lino yang sudah tidak bisa menahan amarah akhirnya melepaskan salah satu sepatunya. Lalu berlari mengejar Adya tanpa memperdulikan tatapan orang lain.

"ADYA BABI! ANAK ANJING!" teriak Lino bak orang kesetanan.

Lino yang sudah lelah mengejar akhirnya melemparkan sepatunya. Namun, naas bukannya tepat sasaran malah mengenai sarang burung.

"LINO! ADYA!"

"Kalian itu seharusnya bisa-bisa menjaga nama baik sekolah! Ini kalian pelajar atau bukan! Baju tidak dikancing lalu dasi diikat di kepala! Kalian itu mau sekolah atau ngerock!"

Lino sesekali mengangguk mendengarkan omelan dari sang guru. Ia juga menatap tajam kearah Adya lalu hanya diberikan muka cengengesan. Ia menatap kearah lain lalu menemukan ide yang bagus.

"PAK! ITU ARSEN DAN KAWAN-KAWANNYA BOLOS!" teriak Lino dengan menunjuk kearah gerbang belakang.

Setelah mengatakan itu dia berlari kencang diiringi oleh Adya dibelakangnya. Ia tertawa puas bisa menipu sang guru juga lolos dari hukumannya.

"LINO! ADYA! DASAR MURID KURANG AJAR! KALAU SAMPAI DAPAT BAPAK TENDANG KALIAN SATU-SATU!"

***

Lino menatap kearah langit biru dengan tersenyum tipis. Ia tiba-tiba hanya kepikiran bagaimana kabar adik manisnya juga para sahabatnya.

"Lino," panggil Adya dengan memegang ponsel.

"Hmm," sahut Lino karena saat ini sangat malas berbicara.

"Ini anggota geng kita katanya ada yang mau mereka bahas," ucap Adya dengan muka datar.

Lino berbalik lalu menatap Adya dengan muka datar. Ia mengambil alih ponsel Adya kemudian mengembalikan kepada pemiliknya.

"Sekarang kita pergi ke markas," ucap Lino dengan muka dingin tak tersentuh.

Adya menyeringai kecil berkata, "Ini baru ketua geng Red Devil."

Lino dan Adya berjalan dengan mengendap-endap melalui gerbang belakang. Setelah itu mereka segera meluncur menuju markas besar Geng Red Devil.

Lino memasuki ruangan yang disambut baik oleh anggotanya. Mereka menyambut kembalinya ketua mereka dengan penuh hormat juga semangat.

"Kalian kenalkan diri masing-masing seperti yang kalian tahu gue hilang ingatan," perintah Lino dengan muka dingin.

Setelah mendengar instruksi dari ketua mereka segera memperkenalkan diri masing-masing beserta jawabannya. Lino mencoba menghapal wajah-wajah orang yang menjadi anggotanya.

"Baiklah, lalu apa kalian bisa jelaskan Geng Bloody Night itu seperti apa?" tanya Lino dengan mengerutkan keningnya.

"Bloody Night dulunya merupakan bagian dari geng kita. Awalnya hubungan kita dengan ketua geng mereka baik-baik saja. Tapi karena prinsip kita berbeda akhirnya dia membuat geng sendiri. Geng mereka selalu membuat masyarakat resah karena sering melakukan hal yang kriminal seperti memalak juga membully orang," jelas Adya dengan mengepalkan tangannya menahan marah.

"Lalu malam ini mereka akan bertanding di balapan motor karena menyangkut nama Geng Red Devil kita harus menjaga agar mereka tidak membuat nama Geng kita tercemar cukup dulu mereka selalu membuat Geng kita dalam masalah," lanjut Adya.

Lino tertegun mendengar penjelasan dari Adya bukannya selama ini yang antagonis hanya Geng Red Devil, tetapi sekarang malah Geng Bloody Night. Apa sekarang alurnya sudah berubah semenjak kehadirannya atau ada sesuatu yang tidak diketahui oleh mereka?

***

Jangan lupa vote dan komen :)
Ada apa dengan mereka ya?
Nantikan kelanjutannya!

Ardian S2 (END)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant