12

8.5K 1.1K 277
                                    

Semua orang mulai menatap Lino dengan raut wajah heran. Namun, berbeda dengan Nicho yang hanya diam dengan duduk di lantai.

"Cok, ceritanya lo mau ngemis batu?" ledek Lino dengan tertawa mengejek.

Nicho bangkit dari duduknya. Ia membenarkan kaos olahraga sebelum tersenyum masam.

"Lo ngapain di sini? Ayang bebeb lo nggak bisa main basket," celetuk Nicho dengan berdecak.

"Lah, lo malah ngejek pacar gue? Gue tendang aja nyawa lo bakal melayang," gerutu Lino dengan muka masam.

"Ah, jangan bilang lo itu iri kan?! Sebagaimana gue itu cakep, banyak uang, pintar plus punya pacar yang perfect. Lo jangan iri dengan keberuntungan yang nggak berarti ini. Hal yang paling penting ... lo udah punya orang perfect kayak gue," lanjut Lino dengan bersedekap dada.

"Cuih! Nggak sudi gue!" sanggah Nicho dengan menatap tajam.

"Dih, anak sulung keluarga kaya nih, Bos!" seru Lino dengan membusungkan dadanya.

"Cuih, dasar merak! Ayo kita berdua tanding kalau kalah harus lari keliling lapangan dengan teriak gue orang gila," seru Nicho dengan menyeringai kecil.

Lino menyeringai kecil. Ia menyambut tangan Nicho sebagai tanda persetujuan.

"Of course, gue pastikan lo kalah kayak dulu!" seru Lino dengan tertawa puas.

Lino dan Nicho berdiri di tempat masing-masing. Kemudian berebut kendali bola basket.

Awalnya bola di pimpin oleh Nicho. Namun, Lino bukan orang yang menyerah begitu saja.

Lino memutar tubuhnya lalu merebut kembali bola. Ia menggiring bola dengan beberapa kali pantulan.

Beberapa murid yang awalnya ingin pulang justru ikut bergabung menatap pertandingan sengit antara anak beasiswa dan anak berandal. Namun, lebih banyak yang mendukung Nicho.

Begitu juga dengan Arsen dan teman-temannya. Dean dan Ryan juga tidak ingin ketinggalan pertandingan sengit walaupun cuman berdua suara mereka cukup menghebohkan.

"Lino! Sayangku ayo semangat kamu pasti bisa!" teriak Dean dengan suara di buat-buat layaknya seorang cewek. Namun, nyatanya suara itu mirip tikus terjepit.

Namun, Ryan hanya menatap dengan tenang. Kenyataannya tidak ada yang normal di antara Lino dan teman-temannya. Lelaki itu mulai mengangkat ponselnya yang berisi tulisan 'I love u ayangku! Kamu pasti bisa!' membuat orang lain pangling.

Arsen mulai membuka jalan kerumunan murid-murid. Ia tersenyum manis melihat Lino yang tampak bersenang-senang. Jika begini ia juga selalu ingin melihat Lino terus bahagia.

Lino mulai mengelap keringat di keningnya. Ia juga melonggarkan dasi lalu membuka 2 kancing baju di atas hingga terlihat dada bidang lelaki itu.

Para siswi yang melihat sontak berteriak histeris. Di antara dari mereka mulai mendukung Lino dengan segala ketampanan lelaki itu.

"Anjing, seksi bener Lino!"

"Mau gue gebet, ah!"

Plak!

"Jangan gila lo! Apa lo nggak denger tuh cowok udah punya pacar?!"

"Dih, siapa? Mending juga gue ke mana-mana!"

"Pacar dia itu ketua MPK sekolah kita, asu! Lalu penguasa jalanan dengan memimpin satu geng!"

"Apa?! Anjir, nyerah aja gue daripada nanti nyawa hilang!"

"Takut juga kan lo! Makanya jangan ngeyel jadi orang."

Arsen yang melihat sontak menggeram kesal. Tangannya mulai mengepal seiring waktu. Namun, pada akhirnya hanya bisa menghela napas takutnya emosinya akan menyakiti lelaki itu.

"Yey, gue menang! Sekarang lo lari 3 kali keliling lapangan sambil teriak gue orang gila!" teriak Lino dengan tertawa puas.

"Seorang cowok harus tepatin janji, Bro!" lanjut Lino dengan menepuk pundak Nicho.

"Iya, nyet!" geram Nicho yang tidak lama langsung berlari dengan menggerutu.

Sebuah air mengenai wajahnya. Ia menatap ke samping dengan muka datar. Ia sudah bilang ada hati yang harus di jaga.

"Nih, minum. Jangan nolak itu sebagai hadiah sambutan buat lo. Kalau pacar lo marah nanti gue urus," celetuk Stela dengan duduk di samping Lino.

Namun, tidak tahu saja emosi Arsen sudah sampai di puncak. Teman-temannya yang melihat hanya bisa meringis kecil membayangkan hal terjadi nanti. Dean dan Ryan yang berani melawan Arsen bahkan hanya diam dalam ketakutan.

"Wah, udah punya pacar kayak kakak masih aja cari yang lain," ucap Ray yang tampak ingin memanasi Arsen.

Bruk!

"Ya! Kak Arsen kok aku di dorong!" teriak Ray dengan menatap tidak percaya.

Semua perhatian mulai tertuju kepada Arsen dan teman-temannya. Lino bahkan terkejut melihat keberadaan Arsen bukannya lelaki itu mengatakan ingin melakukan pertemuan dengan pengurus MPK dan OSIS.

Arsen berjalan dengan muka dingin. Di belakang di ikuti oleh teman-temannya. Jika seperti ini aura dominan Arsen sangat mengancam keberadaan dirinya.

"Kamu kayaknya suka banget bikin aku cemburu, hmm?" ucap Arsen dengan raut wajah tidak terbaca.

Lino yang mendengar hanya bisa meringis kecil. Ia tahu jika mereka itu sama-sama posesif dengan pasangan masing-masing.

"Iya ... tadi aku cuman nerima minuman dia ..."

Cup!

Lino tertegun dengan memegang bibirnya yang baru saja mendapatkan sengatan listrik. Ia menatap ke arah Arsen yang tidak merasa bersalah sama sekali.

Arsen justru memeluk tubuh Lino dengan meletakkan wajahnya di pundak lelaki itu. Hal ini tidak luput dari pandangan para murid-murid.

"Maaf Kak Arsen gue nggak punya maksud khusus ke Lino. Gue hanya teman club aja," ungkap Stela dengan meringis kecil. Ia hanya takut terkena pukulan telak dari lelaki itu walaupun selama ini tidak pernah mendengar Arsen memukul cewek kecuali yang tadi.

"Cih, dia pasti bohong!" cibir Ray dengan menatap remeh Stela.

Bruk!

Mika datang menggunakan seragam basket. Tatapannya terlihat sangat tajam membuktikan rasa tidak sukanya kepada gadis itu.

"Lo itu kayaknya emang harus di beri pelajaran," desis Mika berjongkok menghadap Ray. Kemudian ia menarik rambut gadis itu dengan menyeringai kecil.

"Gue ... nggak ... suka lo deket sama kakak ipar gue!" lanjut Mika mendorong tubuh Ray hingga terjengkang.

Murid-murid yang melihat sontak hanya bisa menonton saja. Jika berurusan para penguasa sekolah hanya bisa diam.

Geng Lino di kenal bengis kepada siapapun itu. Lalu Geng Arsen juga terkenal dengan bengis juga tidak pernah main-main. Kemudian Mika terkenal sebagai cewek yang tidak pernah takut dengan apapun bisa di bilang mirip Lino.

"Dih, cara lo masih nggak asik. Seharusnya gunting aja tuh rambut yang dia bangga," ucap Lino dengan memainkan rambut Ray.

"Anjing, bisanya keroyokan!" protes Ray dengan menatap tajam.

Lino yang mendengar hanya tertawa kecil. Ia menatap Arsen yang juga ikut menatap dirinya.

"Kenapa?" tanya Lino dengan tersenyum manis.

"Urusan kita belum selesai kamu harus ke apartemen ..."

Cup!

"Iya, sayang ..."

Arsen hanya mengalihkan pandangannya dengan tersenyum tipis. "Ayo kita pergi!"

***

Jangan lupa vote dan komen :)
Duo suka makan cuka🤣
Lanjut!!

Ardian S2 (END)Место, где живут истории. Откройте их для себя