26

6.9K 848 184
                                    

Lino berjalan di koridor sekolah untuk menemui Arsen yang sedang latihan panahan. Namun, saking semangat ia sampai melupakan jalanan.

Bruk!

Lino menabrak seseorang sehingga kertas berterbangan. Ia segera meminta maaf dengan membantu lelaki itu.

"Ini barang bawaan lo," ucap Lino dengan menyerahkan beberapa lembar kertas.

"Makasih."

Lino mengangkat wajahnya. Ia mengerutkan keningnya ternyata hanya ketua osis sekolahnya.

"Lo ngapain masih di sini?" tanya Lino dengan tersenyum tipis.

"Rapat," jawab Tia seadanya.

Gadis itu mencoba berdiri, tetapi agak susah sehingga terpeleset. Namun, ada untungnya Lino yang sigap menyambut tubuh gadis itu.

Lino tercengang lalu melepaskan pegangan tangannya. Ia meringis kecil saat gadis itu tersungkur di lantai.

"Hehe, maaf Bu ketos gue nggak bisa lama megang lo. Soalnya tangan gue terlalu suci buat pegang orang lain selain Arsen dan teman gue," ucap Lino dengan cengengesan.

Setelah mengatakan itu Lino beranjak pergi. Sebelum itu ia juga mengatakan kata maaf untuk sekali lagi.

"Sialan tuh cowok," umpat Tia dengan menatap tajam. Kali ini sungguh perbedaan sifat yang beda.

Lino berjalan dengan perlahan-lahan lalu masuk ke dalam indoor. Ia mengintip secara sekilas dengan tersenyum manis.

"Ternyata giliran club panahan," gumam Lino dengan tersenyum lebar.

Ia mengedarkan pandangannya hingga tertuju kepada peserta nomor 7. Ia semakin antusias latihan yang akan segera di mulai.

"Aaaaah! Arsen semangat!"

"Arsen sayangku jangan kasih kendor!"

Lino menggembungkan pipinya. Ia harus banyak bersabar punya kekasih yang populer.

Di mata orang lain mungkin Arsen terlihat menggoda baik dari segi ketampanan juga kepintaran. Namun, di matanya Arsen itu terlihat menggemaskan alias lucu dan pasangan sempurna baginya.

"Itchy so Itchy," gumam Lino dengan tertawa mengejek.

Lino memperhatikan gerakan Arsen yang tampak sempurna. Panah yang tidak pernah melesat membuatnya kagum.

Beberapa kali skor yang di dapatkan. Ia hanya bertepuk tangan pelan untuk mengapresiasi lelaki itu.

"Wah, mantap kali tunangan gue," gumam Lino dengan berdecak kagum.

Ia menunggu hingga setengah jam lamanya. Akhirnya latihan para club panahan sudah selesai.

Saat ingin masuk ke dalam langkahnya terhenti oleh sesuatu. Ia melihat wajah Arsen di lap oleh Ray adik kelas yang berani bermain-main dengannya.

"Sialan emang mau di geprek tuh anak," geram Lino dengan tertawa miris.

Sebuah tangan mulai merangkul pundaknya. Ia menatap Stela yang menyodorkan sebuah bola basket dengan menyeringai.

"Buat mereka panas dengan cara cool," ucap Stela dengan menyeringai kecil.

Lino menyambut bola basket dengan menyeringai kecil. Ia membuka kancing seragam sehingga memperlihatkan kaos hitam yang terpampang jelas.

Ia mendorong pintu indoor dengan keras. Semua mata mulai tertuju kepada mereka terutama Arsen yang terkejut dengan keberadaannya.

Ia mulai menggiring bola dengan beberapa kali pantulan di lantai. Kemudian saking hening ruangan membuat suara pantulan basket terdengar dengan jelas.

Ardian S2 (END)Where stories live. Discover now