42

24.3K 3K 116
                                    

"Bukannya dia anak bungsu keluarga Maheswari yang selalu mencari masalah sama keluarga kita. Ngapain dia disini?"

Lino mencengkeram erat ujung baju Arsen. Saat ini mamah Arsen tampak menyeramkan dengan raut wajahnya yang dingin. Jika dilihat lebih jauh sifat dan wajah Arsen menuruni sang mamah daripada papahnya.

"Mah sudah ini kamu bicara dihadapan orangnya langsung."

"Biarin saya lebih suka bicara didepan daripada dibelakang."

Lino menahan tawa melihat papah Arsen yang tampak takut dengan mamah Arsen. Jika kalau tidak salah ingat restoran itu milik keluarga dari mamah Arsen, tetapi semua itu diurus oleh papah Arsen walaupun mamah Arsen juga ikut mengurus.

Setelah mengatakan itu kedua orang tua Arsen pergi. Akhirnya ia bisa menghirup udara bebas setelah kepergian kedua orang tua Arsen rasanya sangat sesak menahan nafas.

"Mamah Lo serem anjay!" seru Lino dengan bergidik ngeri.

"Mamah gue memang gitu," sahut Arsen dengan tersenyum tipis.

Arsen menarik tangan Lino menuju ruang keluarga. Ia dapat melihat kedua orang tuanya dan asisten rumah tangganya kelihatannya sedang kebingungan. Bagaimana tidak bingung dulu Elio dan Arsen itu ibaratnya api dengan minyak. Lalu tiba-tiba saja datang dengan hubungan teman siapa yang tidak curiga.

Arsen meletakkan kepalanya dipangkuannya sementara Lino mengelus rambut lelaki itu. Ia sesekali bercerita tentang kegiatannya di rumah yang terkadang disahuti oleh Arsen.

"Lino menurut Lo kalau gue ngomong tentang hubungan kita ke bonyok gimana?" tanya Arsen dengan menatap wajah Lino dari bawah.

"Itu hak Lo ingin kayak gimana tapi kalau gue terserah mau disembunyikan selamanya atau apa," sahut Lino dengan mengangkat bahunya.

"Sepintar-pintarnya bangkai ditutupi, baunya tetap tercium juga. Jadi mungkin memberitahu adalah keputusan yang tepat," ucap Arsen dengan menghela nafas panjang.

"Dan bangkai itu sudah mamah cium."

Lino yang mendengar itu segera mendorong Arsen hingga terguling kebawah. Arsen juga terkejut dan langsung berdiri dengan muka datar juga kening yang memerah. Lino juga mengelus kening Arsen seolah rasa malunya sudah hilang ditelan bumi.

"Sudahlah, Mah. Hubungan mereka juga tidak merugikan bisnis kita."

"Bisnis-bisnis! Di otak kamu sepertinya hanya ada uang! Ini tentang masa depan putra kita! Lihat baru pacaran sudah kdrt dulu saja habis-habisan benci putra kita!"

Papah Arsen menyeret tubuh mamah Arsen. Orang itu terlihat membisikkan sesuatu sesekali melirik dirinya. Namun, mereka tidak tahu saja pendengarannya sangat tajam.

"Mah, beri restu aja untuk mereka. Elio itu putra bungsu keluarga Maheswari yang akan menjadi pewaris perusahaan bahkan sudah dikenalkan. Jika dia menjadi menantu kita ini sangat menguntungkan bisnis kita."

"Pikiran kamu hanya uang saja! Saya tidak perlu saham dari anak itu! Uang saya pun sudah cukup untuk membeli tanah berapa hektar."

"Saham mereka itu sangat penting, loh! Bahkan beberapa perusahaan ingin bekerja sama dengan mereka. Jika dilihat-lihat mereka tampak mencintai dengan tulus."

"Terserah kamulah! Dulu bagaimana bisa saya nikah dengan kamu!"

Lino tersenyum tipis menyambut kedatangan kembali kedua orang tua Arsen. Ia cukup gugup untuk duduk disamping mamah Arsen.

"Kamu Elio bukan, apa kamu benar-benar mencintai putra saya?"

"Ehm ... panggil saya Lino aja Tante. Saya benar-benar serius Tante mencintai Arsen bahkan duarius malahan," ucap Lino dengan tersenyum lebar.

"Sepertinya kamu sudah sangat berubah semenjak kejadian kecelakaan, apa yang sebenarnya terjadi saat itu? Tante cuman lihat di berita."

"Jatuh dari tangga Tante agak konyol bukan," seloroh Lino dengan tertawa kecil.

"Bisa saja kamu, kalau kamu pacaran dengan anak Om boleh dong bisnis kita bekerja sama."

"Tentu, tapi itu semua tergantung kinerja kerja Om yang membuat saya puas. Saya itu lebih tegas daripada ayah saya loh," sahut Lino dengan tersenyum tipis.

"Bagus! Tante tidak suka dia semena-mena kepada orang lain. Beri saja dia pelajaran dan anggap saja dia orang lain. Bisnis tetap bisnis walaupun keluarga sekalipun."

Setelah itu hanya ada pembicaraan Lino dengan mama Arsen sedangkan yang lain hanya menyimak pembicaraan. Sesekali Arsen juga ikut menyahuti pembicaraan mereka.

***

"Woy! Keluar kalian!"

"Jangan jadi pengecut!"

"Dalam hitungan ketiga jika tidak keluar jangan salahkan kami sekolah ini menjadi rata!"

Lino mendengus kesal baru saja habis belajar fisika lintas minat sudah mendengar suara kericuhan. Ia menatap Adya dan Nicho dengan tatapan dingin.

"Adya Lo bantu Black Wolf kumpulkan anggota mereka. Lalu Nicho coba hubungi anggota kita sedangkan gue akan menangkap Gina karena mungkin saja gadis itu petinggi di Bloody Night. Kita selesaikan dalam hitungan menit," perintah Lino dengan muka bengisnya.

Adya dan Nicho mengangguk pelan. Lino berlari menuju kelas X IPA 1 melewati kerumunan murid-murid yang juga berlari melawan arus.

"Sial!" umpat Lino dengan menatap tajam.

Lino melihat Gina tampak berlari menuju gerbang belakang sepertinya gadis itu ingin kabur. Murid-murid segera memberikan jalan untuk Lino sebelum kena amukan singa yang tertidur.

Saat sampai ia melihat Gina memanjat gerbang dengan lihai. Ia melirik kearah batu kecil dan segera mengambilnya. Ia melemparkan batu itu mengarah lutut kaki hingga Gina terjatuh kebawah. Ia meringis kecil membayangkan bagaimana rasa sakit itu.

Lino berlari lalu menangkap gadis itu ternyata tidak semudah yang dikira. Ia harus mengeluarkan bela dirinya untuk melawan Gina yang tampak memberontak. Namun, pada akhirnya tetap ia yang menang mungkin karena faktor kelelahan juga kakinya yang sakit.

Lino menyeret tubuh Gina saat sampai ia segera melemparkannya kepada Adya. Ia menyeringai melihat jumlah anggota yang dibawa oleh Geng Bloody Night sekarang siapa yang pantas disebut sebagai pengecut.

"Pengecut kok bilang pengecut! Gedenya mau jadi apa? Itu sih yang bunda gue bilang. Iya kan sayang," ucap Lino dengan merangkul pinggang Arsen.

Arsen mengelus lembut pipi pacarnya berkata, "Bener juga, tapi pengecut mana ada yang mengakui pengecut. Heh, kok Lo makin kayak cewek ya?"

Plak

"Fuck!" umpat Lino dengan wajah masam.

"Kok pala gue dipukul," rengek Arsen dengan menggoyangkan lengan Lino.

"Dih, sekarang siapa yang kayak cewek!" cibir Lino dengan memutar matanya.

"Heh! Nanti aja dulu urus permasalahan rumah tangga! Ini urgent woy!" seru Ravy dengan memutar matanya.

"Red Devil sergap mereka!" perintah Lino dengan mengangkat kepalan tangannya.

Tiba-tiba anggota Red Devil maju juga dengan anggota Black Wolf. Namun, yang membuatnya terkejut adalah murid-murid SMA Mawar yang juga ikut membantu memukul mundur musuh.

"Woy! Kita maju! Masa kita kalah sama SMA Mawar!"

"Serang! Bosan gue sama tumpukan buku!"

"AYO WOY! JANGAN DIAM AJA!" teriak Lino dengan berlari ikut memukul mundur musuh.

Arsen dkk yang melihat itu hanya bisa menggeleng kepala melihat tingkah Lino. Lalu yang lebih membuat kaget adalah bantuan dari murid SMA Mawar juga SMA Cendana.

***

Jangan lupa vote dan komen :)
Hayoo! Lino sama Arsen itu ketemu sama calon mertua nih😂
Lanjut!

Ardian S2 (END)Where stories live. Discover now