46

6K 684 159
                                    

Setelah kejadian itu Lino dan Stela berteman biasa. Arsen juga dekat dengan gadis itu. Mereka menganggap Stela sebagai Mita versi real.

"Kak! Jangan lemes napa! Udah di liat ayang juga!" ledek Mika dengan tertawa mengejek.

Lino hanya diam tapi tangannya mulai memberikan jari tengah. Lelaki itu tidak lama mulai melepas seragam dan menyisakan kaos.

"Pamer mulu! Aurora lo keliatan, woy!" teriak Vano dengan tertawa mengejek.

Lino tidak menjawab melainkan melempar seragamnya ke wajah lelaki itu. Lelaki itu hanya fokus main basket.

Tiba-tiba sebuah pisau melayang ke arahnya. Lino sontak berlindung di balik bola.

Semua murid mulai memekik karena hal itu. Lino hanya tertawa dengan berjalan menuju beberapa orang itu.

"Datang darimana orang itu."

"Sepertinya geng dari Lino. Gue denger tuh cowok ketua geng sama kayak Arsen."

"Tuan muda maaf menggangu waktu anda."

"Hoi, para bodyguard gue! Kalau lempar pisau itu hati-hati jangan bikin gue kaget bisa?" ucap Lino dengan tertawa terbahak-bahak.

"Maaf Tuan muda kami di minta menjaga kalian. Orang tua anda sedang dalam perjalanan bisnis."

Lino hanya mengangkat tangannya. Kemudian pertandingan terus berlanjut.

"No tebak apa penyebab perang dunia ke 2?" tanya Nicho tiba-tiba dengan cengengesan.

"Lo mau nipu gue dengan cara gitu? Nggak bisa, say!" ledek Lino dengan tertawa mengejek.

Nicho justru tertawa dengan menahan pergerakan Lino. Kemudian lelaki itu merebut bola dari Lino.

"Jawab aja dulu tapi ... cara itu ampuh bukan?" cibir Nicho dengan tertawa puas.

"Perjanjian Versailles dan itu ngebuat Jerman rugi. Ini mah kecil kayak lubang hidung lo," jawab Lino dengan tertawa kecil.

Lino kembali merebut bola. Kemudian ia berputar sehingga Nicho menjadi lengah.

Lelaki itu tidak menggiring bola melainkan melempar dari jarak jauh. Anggota Lino sontak berteriak heboh dengan membuka baju mereka.

"Heh, jangan buka baju sembarangan! Nanti mata Aa Arsen ternodai," ucap Lino dengan mengedipkan matanya.

Arsen hanya tersenyum tipis. Mereka memang mendapatkan surat izin untuk tidak mengikuti pembelajaran.

"Sekarang giliran Eneng cantik yang mau maju," ucap Mika dengan memantulkan basket.

Namun, naas bola itu justru mengenai wajah Mika. Lino seketika tertawa terbahak-bahak melihat tingkah sang adik. Memang seorang kakak yang sangat baik.

"Mik, lo baik?" tanya Lino dengan cengengesan.

Mika tidak menjawab melainkan menarik tangan sang kakak agar berjongkok. Kemudian gadis itu menyundul kepala Lino dengan menatap tajam.

"Argh! Adek sialan lo!" umpat Lino dengan mengelus keningnya.

Namun, tidak hanya sampai di sana. Mereka mulai saling adu bacot juga menjambak rambut satu sama lain.

"Lo adiknya jatuh malah di ketawa!" geram Mika dengan menarik rambut sang kakak.

"Heh, lalu gue kudu apa?! Jungkir balik gitu liat lo jatuh? Ogah banget!" pekik Lino hanya menarik rambut gadis itu.

"Ya, bantuin ogeb!" sembur Mika dengan menendang senjata sang kakak.

Lino seketika berhenti dengan melepaskan jambakan. Lelaki itu mulai berguling di lantai dengan menggerutu.

Ardian S2 (END)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora