42

5.7K 693 164
                                    

Kedatangan Lino menjadi sambutan baik bagi negaranya. Mereka baru saja sampai bandara, tetapi sudah di sambut para media.

Ia hanya menjawab pertanyaan seadanya. Setelah itu segera pergi bersama para teman-temannya.

"Wah, gue baru inget! Dulu ada anak kecil seumuran gue masuk tv karna menang juara 1 tingkat Asean ternyata itu lo babi!" seru Vano dengan bertepuk tangan.

Lino hanya memberikan jempol dengan tersenyum lebar. Ia bangga dengan prestasi yang di raih olehnya.

"Gue mau ke rumah pasti Mami udah bikin pesta," celetuk Lino dengan tersenyum lebar. Ia tidak sabar ingin makan masakan Maminya.

"Anjing, ini nggak boleh di lewatin! Kita harus ikut pokoknya. Kalau nggak nanti perut meledak!" seru Adya dengan tersenyum lebar.

Lino mendengus kesal. Namun, setidaknya ia menghargai mereka sebagai support utama waktu pertandingan.

"Iya-iya gue undang lo semua. Jangan lupa puasin makannya karna Mami gue kemungkinan banyak ngundang orang. Mami gue itu ... emang suka ngundang banyak orang padahal keluarganya aja udah perut karet. Apa nggak takut bangkrut, ya?" seru Lino dengan mengerutkan keningnya.

"Pahala ngalir," celetuk Ziel.

"Hah, Bang Ziel gue nggak nyangka, loh! Okay demi babang tersayang kalian harus makan banyak sampai jadi balon," seru Lino dengan tertawa terbahak-bahak.

Mereka pergi menggunakan mobil keluarga Bramasta. Keluarga yang suka menghamburkan uang begitulah yang berada di pikiran orang lain. Namun, prinsip keluarga itu untuk apa punya banyak uang tapi tidak menikmati.

Mereka berlima selama di perjalanan hanya tertawa dan saling mengejek. Lino juga ikut mengejek Ravy sehingga mendapatkan pukulan dari lelaki itu.

"I take the ball!"

"I bounce it!"

"I shot, I miss it!"

Lagu itu yang berada di bayang-bayang dirinya. Ia berharap bisa mengerjai Ravy justru dirinya yang terkena pukulan lelaki itu.

"Tuan muda baik-baik saja?"

"Iya, Pak. Jalan aja lagi," ucap Lino dengan tersenyum tipis.

"Nasib! Nasib lo jelek banget, dah!" ledek Adya dengan tertawa terbahak-bahak.

Plak!

Lelaki itu juga mendapatkan pukulan telak dari Ravy. Sekarang giliran Lino yang menertawai lelaki itu.

"Benda apa yang sangat sial?" tanya Lino tiba-tiba dengan tersenyum mengejek.

"Keledai," jawab Adya dengan penuh semangat.

"Salah! Yang sial itu lo sama Vanda!" seru Lino dengan tertawa terbahak-bahak.

Arsen yang sedari tadi diam justru merasa tertarik. Ia memegang tangan Lino dengan wajah datar.

"Vanda siapa?" tekan Arsen dengan muka dingin.

"Bukan orang juga bukan hewan. Aku cuman ngomong asal," ucap Lino dengan mengangkat bahunya.

"Tuan muda kita sudah sampai."

Lino keluar dengan menyeret kopernya. Ia terlihat bersemangat dengan alasan sesuatu.

"Mami! Lino udah pulang! Yuhu, Mami where are you?! Pangeran ini udah pulang!" teriak Lino dengan tersenyum lebar.

"Lino jangan teriak!" seru sang papi.

Lino seketika diam jika berurusan dengan lelaki itu. Ia tidak bisa melakukan apapun.

"Mampus," ledek Mika dengan tertawa puas.

Ardian S2 (END)Where stories live. Discover now