13

9.4K 1K 99
                                    

Lino hanya pasrah saat tangannya di tarik dengan keras. Ia pastikan habis ini akan sulit berjalan karena lelaki itu.

Ia menatap wajah menyeramkan dari tunangannya. Ia mulai memegang perutnya dengan berpura-pura kesakitan.

"Aduh, Sen! Perut gue ..."

"Nggak perlu pura-pura untuk ngehindar dari gue," sela Arsen dengan mendengus kesal.

Lino hanya bisa cengengesan ternyata lelaki itu memang mengetahui siasat dirinya. Kemudian ia sampai di depan ruang apartemen lelaki itu.

Saat masuk ke dalam ruangan dari sini sudah banyak terpampang berbagai macam mainan robot dari ukuran kecil hingga sedang. Akhirnya ia mengetahui alasan kenapa banyak robot di rumah lelaki itu.

"Arsen alasan kamu menyukai robot itu apa?" tanya Lino yang sekedar basa-basi.

"Aku dulu liat film transformers saat itu aku mulai suka di bidang teknik robotika dan kecerdasan buatan. Aku juga punya cita-cita untuk tenaga ahli kecerdasan buatan atau tenaga ahli robotika," ucap Arsen dengan mengelus robot kecil yang pertama kali ia buat.

Lino yang melihat hanya tersenyum tipis melihat tunangannya bisa menentukan cita-cita. Namun, dirinya sendiri belum menemukan bayangan untuk masa depannya.

Arsen kembali menarik tangannya lalu hingga di kamar lelaki itu. Ia berjalan dengan diam, tetapi saat ingin duduk justru mendapat tatapan tajam dari lelaki itu.

"Mandi dulu kamu bau!" perintah Arsen dengan tersenyum palsu.

"Ya, elah! Nanti juga bau lagi waktu lo ngelakuin itu," gerutu Lino membuka kancing yang tersisa dengan gerakan lambat.

Namun, di mata Arsen justru terlihat seperti rayuan panas. Arsen berjalan dengan pelan hingga Lino pun tidak sadar keberadaan dirinya.

Arsen mencengkeram dagu Lino dengan tatapan sayu. Lino yang melihat itu sontak menyeringai.

Lino menarik tubuh Arsen. Ia mendorong tubuh lelaki itu hingga di bawah tubuhnya.

"Kenapa ... kamu ngerasa panas?" bisik Lino dengan menyeringai kecil. Lalu ia menjilat leher Arsen membuat lelaki itu mendesis pelan.

Arsen yang di perlakuan seperti ini sontak terkejut juga merasa malu. Ia menatap wajah Lino yang tampak sempurna dari atas. Di tambah gerakan melempar bola di sekolah tadi membuat dirinya terbayang godaan itu.

Arsen yang terlalu banyak melamun tidak sabar bibirnya sudah di emut oleh lelaki itu. Lelaki itu hanya diam melihat apa yang akan di lakukan oleh Lino.

Lino menyeringai kecil merasa tidak ada balasan dari lelaki itu. Ia menggigit bibir bawah hingga lelaki itu meringis kecil.

Ia mulai bermain lidah dengan lelaki itu. Sekarang sudah terlihat siapa yang lebih binal walaupun ke duanya sama-sama binal.

"Eunghh ..."

Lino hanya tersenyum puas. Ia melepaskan ciuman panas mereka. Kemudian tanpa basa-basi ia langsung menarik baju Arsen hingga kancing baju berserakan.

"Lino ... baju sekolah aku ..."

"Hehe, maaf soalnya udah nggak sabar," ucap Lino dengan cengengesan.

Arsen yang mendengar hanya berdecak kesal. Ia memang berasal dari keluarga berkecukupan, tetapi jika tiap melakukan hal itu bajunya di tarik yang ada rugi bandar.

Lino mulai mencium tengkuk Arsen lalu berjalan hingga di leher lelaki itu. Saat sampai selangka ia menggigit pelan kadangkala menghisap keras hingga meninggalkan kissmark yang cukup gelap.

Ardian S2 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang