43

5.6K 683 322
                                    

Lino berjalan dengan langkah bangga. Namun, justru salah ia mendapatkan jeweran pada kupingnya.

"Lihat ini murid nakal selalu buat masalah! Kalian jangan seperti dia yang hanya bisa membuat malu sekolah!"

"Aduh, Pak! Lino salah apa? Perasaan pagi ini datang nggak telat malah terlalu pagi!" pekik Lino dengan meringis kecil.

"Astaga, Pak! Kuping Lino sakit. Mirip hati Lino yang sakit kalau liat Arsen sama orang lain! Astaga ampun, Pak!" lanjut Lino dengan memukul-mukul lengan Bambang.

Sang guru akhirnya mau melepaskan jeweran. Akhirnya ia bisa menghela napas dengan lega.

"Nyebelin banget, Pak! Dulu waktu di SMAN Dermaga Putih Lino nggak di perlakukan kayak gini walaupun nakal. Udah mending di kasih prestasi malah nggak di hargain. Dasar pilih kasih! Mami Lino aja nggak pernah kayak gitu walaupun nakal. Ini cuman guru nggak ..."

"Stop ..."

"Kau mencuri hatiku!" teriak Adya dan Vano dengan bergoyang.

Para murid yang melihat itu sontak menertawakan tingkah mereka. Ke dua lelaki itu justru membuat teman-temannya malu kecuali Lino.

Lino justru ikut mengeluarkan uang berwarna merah. Uang itu mulai di goyangkan ke atas.

"Sudah ..."

"Cukup-cukup sudah!" teriak Adya dan Vano dengan bergoyang.

"Diam atau kalian bapak lempar ke selokan!"

Semuanya menjadi hening dengan raut wajah terkejut. Lino hanya mengelus kupingnya dengan muka julid.

"Farellino Bramasta murid XI IPS 2 mendapatkan mendali perak dalam pertandingan taekwondo tingkat Asia. Selamat bagi Nak Lino."

Murid-murid sontak terkejut dengan bertepuk tangan. Mungkin mereka tidak mempercayai apa yang di dengar. Beberapa hari tidak hadir sekolah. Tiba-tiba justru mendapatkan mendali perak tingkat Asia.

"Nah, gitu Pak! Kalau nggak di beri selamat waktu sekarang mana mau Lino ke sini. Buang tenaga aja," ucap Lino dengan cengengesan.

"Kalau begitu kalian bisa kembali ke barisan masing-masing."

Akhirnya mereka kembali melanjutkan upacara bendera. Namun, Lino justru berjalan menuju uks membuka para guru menjadi pusing di buatnya.

***

Lino duduk di kantin dengan tidak sabar. Perutnya terus saja berbunyi dan membuatnya tidak sabar menyantap nasi.

Bruk!

"Ya, gae saekki!" umpat Lino dengan mengelap bajunya yang terkena kecap.

Murid-murid seketika berhenti berbicara. Mereka tidak berani ikut campur urusan pemegang mendali perak itu. Mereka takut di jadikan sup tulang.

"Ups, sorry. Bajunya kena kecap, ya?" ucap Ray dengan tersenyum mengejek.

Lino hanya tertawa dengan melepaskan seragamnya. Kemudian ia melempar ke arah gadis itu.

"Cuci baju gue sampai bersih atau lo tau akibatnya," tekan Lino dengan tersenyum lebar.

Bajunya kembali di lempar kepada dirinya. Ia hanya bisa tersenyum lebar bahkan saking lebar membuatnya tampak menakutkan.

"Oh, nggak mau? Oke," ucap Lino dengan bertepuk tangan.

Ia menghentikan seseorang dengan menatap sebuah jus buah. Ia mengambilnya lalu memberikan uang kepada siswa itu.

Byur!

Minuman itu mulai mengenai wajah Ray juga Tia yang menemani gadis itu. Ia berjalan menuju kepada cleaning servis dengan tersenyum tipis.

Ardian S2 (END)Where stories live. Discover now