11

40K 5.1K 413
                                    

Lino bangkit dari kursinya dengan membawa sebuah garpu. Penghuni kantin seketika menjadi hening dan suasana menjadi mencekam. Ziel ingin menarik tangan sang adik tapi malah diberikan tatapan tajam oleh sang adik.

"Anjir! Marah boleh aja tapi nggak boleh pakai senjata tajam," celetuk Ravy dengan meringis ngeri.

"Apaan sih? Orang gue mau ngambil tempe," ucap Lino dengan memutar matanya.

Setelah mengatakan itu Lino segera menyantap tempe itu lalu meminum air mineral. Semua orang menghela nafas lega karena lelaki itu hanya kelaparan mereka kira akan mengamuk. Jika hal itu terjadi maka sekolah akan roboh!

Namun, tidak lama ekspresi wajah Lino berubah menjadi lebih dingin. Ia meletakkan garpu dengan menatap datar Adya. Adya yang melihat itu segera mengangguk lalu menghubungi anggota yang lain.

"Berangkat," perintah Lino dengan menyeringai.

Lino berjalan dengan santai tidak ada rasa takut sama sekali diiringi oleh Adya disampingnya. Murid-murid segera memberikan jalan untuk mereka berdua karena penghuni sekolah tahu kedua siswa itu akan menghadapi apa, jika tidak ingin bermasalah maka mereka jangan menghentikan langkah Lino dan Adya.

Arsen segera berdiri lalu menatap Ravy yang diberikan anggukan oleh sang empu. Ravy segera berlari untuk mengumpulkan anggota yang lain lalu Ziel meminta murid-murid untuk mengamankan diri masing-masing.

"Kalian kumpul di aula jangan ada yang terpisah! Jika ada sesuatu yang menimpa murid lain kalian sebisanya harus menolong! Cepat lari! Lalu satu kalian harus beritahu teman kalian yang lain untuk segera menuju aula jangan ada yang keluyuran sendiri!" perintah Ziel dengan muka dingin.

Murid-murid segera kocar-kacir berlari menuju aula karena apa yang diperintahkan oleh Geng Black Wolf harus dilaksanakan lagipula ini demi keselamatan mereka. Arsen ingin pergi tapi ditahan oleh seseorang yang ternyata tidak lain Gina.

"Arsen ... aku mau ikut kamu ... aku takut kamu kenapa-kenapa ..." Gina menundukkan wajahnya dengan memegang lengan Arsen.

Arsen segera menepis tangan Gina dengan menatap tajam yang membuat sang empu terkejut. Gina sekali lagi memeluk erat tangan Arsen seolah tidak ingin dipisahkan oleh jarak.

"Gina ... lepasin gue atau jangan harap setelah ini hidup Lo akan tenang," tekan Arsen dengan menatap tajam lalu mendorong tubuh Gina dengan pelan.

"Pergi ke aula," perintah Ziel dengan muka dingin.

Arsen segera berjalan pergi bersama Ziel meninggalkan Gina dengan segala kesedihannya. Gadis itu segera berlari menyusul yang lain karena tidak ingin Arsen marah lagi.

***

Lino sekarang berjalan dengan mengunyah makanan yang masih berada di mulutnya. Ia juga tidak lupa membawa botol air mineral yang berada ditangannya. Ia terlihat santai seolah hal ini bukan apa-apa baginya.

"DATANG JUGA! GUE KIRA KALIAN ITU PENGECUT!"

"APA?! TERSERAH GUE, DONG!" sergah Lino dengan berkacak pinggang. Lalu matanya menatap tajam seolah mengeluarkan laser merah.

Setelah mengatakan itu Lino seketika menjadi tersedak. Ia segera meminum air mineral yang berada ditangannya hingga habis. Adya yang melihat itu hanya bisa menggelengkan kepalanya. Pemarah itu salah satu yang dapat menggambarkan seorang Lino.

"ANJIR! PMS LO! MARAH-MARAH MULU!"

Lino yang sangat kesal segera melemparkan sampah botol tepat sasaran. Ketua Bloody Night karena tidak siap juga terkejut terjengkang kebelakang saat botol itu mengenai wajahnya.

"BOS!"

"Kepala Bos nggak papa? Apa ada yang bocor atau geser?"

"Gue pecat juga Lo!"

Setelah itu tidak cukup lama datang Arsen dkk bersama anggota gengnya yang lain. Arsen yang melihat kejadian janggal mendekati Lino dengan menepuk pundak lelaki itu.

"Ke timpuk sampah botol mineral masa langsung tepar, alay banget!" cibir Lino dengan memutar matanya.

"Lo! Jangan harap setelah ini hidup Lo menjadi tenang!"

"Siapa takut," ucap Lino dengan bersedekap dada.

"Tapi jangan marah jika Lo kalah hari ini," lanjut Lino dengan menyeringai.

Tiba-tiba kerusuhan di luar terjadi yang membuat Arsen dkk menjadi heran. Namun, tidak bagi Lino dan Adya karena mereka mengetahui hal yang terjadi sekarang.

Sebuah bendera kebanggaan Geng Red Devil terpampang dengan jelas dan berkibar di langit yang cerah. Lino menatap kearah Geng Bloody Night dengan menyeringai lebar. Mereka kira dirinya bodoh untuk tidak memanggil anggotanya yang lain walaupun ada anggota Black Wolf tapi untuk berjaga-jaga lagipula Geng Bloody Night sangat licik jadi sesekali menggunakan cara musuh.

"Cih, ternyata licik juga!"

"Tentu saja sebagai petarung harus memperhatikan poin utama yaitu trik juga cara bertahan musuh," ucap Lino dengan menyeringai.

"BLOODY NIGHT SERANG MEREKA!"

Mereka semua segera beradu jotos bahkan Lino sudah naik gerbang lalu mendarat dengan mulus. Ia langsung memukul sang ketua dengan cepat. Perkelahian mereka terus imbang juga berlanjut karena sama-sama kuat.

"Untuk apa Lo berkhianat?" tanya Lino dengan menatap tajam.

"Hey, Elio. Lo seharusnya tahu kalau prinsip kita itu beda. Gue sama Lo pernah bersahabat sayangnya beda prinsip jika dipaksakan hanya akan merugikan gue. Prinsip kami yaitu serang dan jadilah penguasa! Dilihat apakah sama?"

"Gila kekuasaan," desis Lino dengan menatap tajam.

Sebuah pisau menggores lengannya yang membuatnya terhenti dari perkelahian tangannya sudah mengeluarkan banyak darah. Pikirannya seketika menjadi kacau ia terbayang tragedi kecelakaan berdarah yang menyebabkannya masuk kedalam dunia novel.

Arsen yang melihat itu segera berlari menuju Lino. Ia melihat lengan Lino berdarah seketika membuat emosinya memuncak. Ia menatap kearah rivalnya dengan menatap tajam bahkan tangannya sudah mengepal hingga buku kukunya memutih.

Setelah itu dia segera menyerang rivalnya tanpa ampun. Lalu ia juga menyerang lawannya dengan brutal yang merupakan bukan gayanya sama sekali. Saat melawan musuh biasanya dia menyerang dengan tenang tidak seperti sekarang yang brutal juga ceroboh.

Ziel dan Ravy yang melihat itu segera memisahkan keduanya bahkan kedua sahabatnya tidak bisa menghentikan Arsen. Alhasil mereka hanya membiarkannya sampai Arsen merasa puas.

Arsen mendorong tubuh musuhnya ke lantai dengan menyeringai. Arsen yang sekarang terlihat bukan Arsen karena sifatnya berubah 180 derajat.

"Sudah puas?" tanya Ziel dengan muka datar.

"Hmm," sahut Arsen dengan menatap dingin musuhnya yang sudah tepar.

Arsen segera mengalihkan atensinya kepada Lino yang masih saja menjambak rambutnya. Ia mendekati Lino dengan mengelus rambut lelaki itu untuk menenangkannya.

Geng Bloody Night yang melihat itu hanya bisa berdecak kesal karena rasanya mereka disini hanya numpang sisanya mereka. Ketua geng Bloody Night yang merasa diabaikan segera bangkit dengan memegang wajahnya yang babak belur.

"Gue Darius Nicholas akan balik lagi! Camkan itu! Balik woy!"

Setelah para musuh pergi Lino berhenti kegiatan menjambak rambutnya. Ia melirik sekilas lalu menatap lukanya dengan kepala yang pusing.

"Babi! Anjir lah! Kulit gue yang mulus! Masa gara-gara nih luka nanti gue nggak bisa mandi! Darahnya keluar hiks," gerutu Lino dengan muka sedih dibuat-buat.

"ANJING!"

***

Jangan lupa vote dan komen :)
Aduh Lino terluka☹️
Lanjut!

Ardian S2 (END)Where stories live. Discover now