43

23.9K 3K 154
                                    

Setelah dapat memukul mundur musuh mereka berteriak ricuh. Para guru yang melihat itu hanya bisa menggelengkan kepala tanpa bisa melakukan apapun bahkan murid-murid yang tidak biasanya ikut tawuran sekarang malah adu jotos.

Lalu yang cewek jangan ditanya mereka hanya perlu memukul satu bagian. Jika ada seseorang yang ingin mencelakainya maka tinggal tendang bagian selangkangan maka orang itu langsung tumbang.

Namun, yang lebih parah mereka menjadikan tawuran ini sebagai ajang melepas penat belajar. Lino jangan ditanya ia terlihat menikmati permainan yang diberikan oleh musuhnya. Arsen dkk hanya diam menonton pertunjukan didepannya karena mereka merasa paling normal jadi hanya diam.

"Gimana, Sen? Apa hiburan ini membuat Lo senang atau ingin menangis?" cecar Lino dengan tertawa kecil tangannya sudah merangkul pundak Arsen.

"Sembrono," ketus Arsen dengan muka datar.

"Iya dan gue sadar diri, kok," sahut Lino dengan tertawa kecil.

Gina melihat anggotanya perlahan-lahan mulai tumpang. Wajahnya seketika berubah menjadi lebih pucat. Ia menatap kearah mobil putih dengan menyeringai kecil.

Gina mengeluarkan sesuatu dari lengan almamaternya. Tiba-tiba ada benda yang menggores tangan Adya membuat lelaki itu melepaskan cengkeraman tangannya. Setelah merasa Adya mulai lengah ia segera berlari dan memanjat gerbang dengan mudah.

"Sial! Tuh cewek gores tangan gue!" seru Adya melihat tangannya yang mulai mengucur darah.

"Woy! Tuh pengkhianat kemana?!" pekik Lino dengan mengedarkan pandangannya.

Murid-murid yang tadi ricuh seketika menjadi hening. Mungkin mereka tidak mengetahui siapa yang ia maksud.

"Siapa pengkhianat?"

"Disekolah ini ada pengkhianat memangnya."

"Kalau tahu gue gulung jadi dadar gulung gosong!"

Ravy mendengus kesal membeberkan, "Pengkhianat itu Berlin Gina Wahyuni. Jika kalian ada melihat tuh cewek langsung aja lapor kepada kami atau pihak sekolah."

Lino dengan Arsen dkk kecuali Ravy juga Adya menatap tajam lelaki itu. Apa Ravy tidak tahu jika itu sama saja membuat kondisi menjadi tidak terkendali. Ia memang membenci gadis itu tapi bukan berarti akan dia lebih mudah matinya.

"Sial!"

"Ternyata dia ppb, anjing!"

"Nggak gue biarin dia hidup dengan tenang!"

"Gue doain juga tuh cewek keturunannya jelek semua!"

Lino memutar matanya baru saja ia pikirkan malah terjadi. Alhasil ia berjalan pergi tapi dia menemukan benda yang mungkin akan memberikan keberuntungan. Ia memungut sebuah ponsel yang terjatuh disamping Adya.

"Nicho ambilkan laptop gue dikelas," perintah Lino dengan muka dingin.

Perkataan Lino membuat semua orang kebingungan. Namun, hanya Arsen yang seolah paham akan tujuan yang dilakukan lelaki itu.

"Butuh bantuan," ucap Arsen dengan mengelus kepala Lino.

Lino menggelengkan kepalanya tersenyum manis menatap Arsen. Ia melihat dari kejauhan Nicho membawa tasnya.

"Loh, kok Lo bawa tas gue kesini. Gue cuman nyuruh bawa laptop tapi, ya udahlah," celetuk Lino dengan menyambut tasnya.

Lino menyeringai dengan merenggangkan jarinya juga lehernya. Ia membuka layar laptopnya seketika muncul keamanan tingkat tinggi yang membuat murid juga guru pangling. Mereka menata seolah menyatakan orang yang didepannya adalah bukan Elio, tetapi nyatanya yang didepan mereka ini adalah jiwa dari Farellino Bramasta.

Ardian S2 (END)Where stories live. Discover now