Extra Chapter 46

33.7K 3.2K 464
                                    

Lino mengerjapkan matanya menyeimbangi cahaya yang masuk ke matanya. Ia menatap langit-langit dengan mengerutkan keningnya ini bukan kamarnya.

Lino mencoba menggerakkan tangannya perlahan membuka alat bantu pernapasan yang berada di mulutnya. Ia menghela nafas panjang dengan menatap sekeliling ternyata ruangan rumah sakit.

"Arsen dimana," lirih Lino dengan menjelajahi ruangan. Namun, yang ia temukan hanya kesepian. Ia mengerutkan keningnya apa keluarganya tidak ada yang menjenguknya.

Ceklek

"Ma! Kak Lino sudah sadar!"

Lino tertegun suara itu adalah suara orang yang dirindukannya. Ia melihat dan benar itu adalah adik kandungnya. Ia juga melihat kedua orang tuanya bersama sahabatnya masuk kedalam ruangan diiringi dokter dan perawat.

Lino memegang kepalanya yang tiba-tiba sakit. Tiba-tiba ia teringat jika didepannya ada keluarganya yang asli maka sekarang dia sudah balik ke dunia aslinya.

"Lalu Arsen sudah tidak ada," lirih Lino dengan raut wajah bersedih bahkan matanya mulai berkaca-kaca.

"Arsen siapa, Nak?" tanya Mama Lino dengan mengerutkan keningnya.

Lino hanya menggelengkan kepalanya pelan lalu kembali memejamkan matanya. Semua orang yang melihat itu seketika menjadi panik karena biasanya Lino itu sangatlah heboh disaat keadaan genting sekalipun.

"Dokter anak saya kenapa? Jika anak saya kenapa-kenapa karena kelalaian kalian jangan salahkan saya rumah sakit ini akan tinggal nama," ucap Papa Lino dengan tenang tapi mengandung makna sebuah ancaman.

"Putra kalian tidak papa, Pak. Namun, hanya saja dia masih syok dan menyesuaikan kondisinya yang sekarang."

"Makasih, Dok," ucap Mama Lino dengan tersenyum tipis.

Setelah itu dokter dan perawat meninggalkan ruangan. Sekarang hanya tersisa kesunyian karena mereka bingung harus bicara seperti apa untuk membuat Lino kembali ceria.

"Lino ... Mama sama Papa pergi beli makanan untuk kalian dulu," ucap Mama Lino sebelum pergi meninggalkan para anak-anak.

Kini tersisa adiknya bersama para sahabatnya. Adiknya berjalan menujunya tiba-tiba saja memeluknya dengan air mata mengalir membuatnya terkejut.

"Adik kesayangan abang yang manis. Kenapa kamu nangis, hmm?" tanya Lino dengan tersenyum simpul sembari mengelus lembut pipi adiknya.

"Adek kira abang nggak bakalan bangun lagi. Malam tadi dokter bilang kemungkinan kecil nyawa abang selamat," ucap adik Lino dengan menangis sesenggukan.

"Udah jangan nangis lagi nanti abang ikut sedih. Sekarang abang sudah bangun bukan jadi jangan nangis lagi. Kamu harus jadi cewek yang kuat," ucap Lino dengan tersenyum manis.

Semuanya yang di sana terkejut melihat senyuman tulus yang diberikan oleh Lino. Selama ini lelaki itu memang terlihat ceria dan sering senyum, tetapi siapa yang tahu itu hanya untuk menyembunyikan rasa sedihnya.

"Abang senyum," gumam adiknya dengan tatapan kosong.

"Biasanya abang gimana? Sudahlah kamu istirahat dulu coba lihat matanya sudah hitam setelah itu baru bangun lagi," ucap Lino terkekeh kecil dengan mengelus kepala adiknya.

Lino menatap kearah sahabatnya dengan mengangkat alisnya. Ia sedikit kebingungan sejak kapan para sahabatnya menunggunya mereka nampak sangat lelah.

"Lo pada pulang aja dulu, kelihatan banget capeknya," ucap Lino dengan bersedekap dada.

"Nggak perlu kami ini sahabat yang setia. Friendship number one!"

Lino tersenyum sendu lagi-lagi merasa kangen dengan Arsen dkk karena selama ini mereka selalu mengalami titik rendah juga berjuang bersama. Ia menepis pikirannya jauh-jauh karena mereka hanyalah fiksi tidak mungkin bisa digapai.

Ardian S2 (END)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin