21

33.7K 3.8K 64
                                    

Lino sekarang sedang bersembunyi didalam rooftop dengan nafas tersengal-sengal. Ia mengelap keringatnya yang mulai menetes karena dikejar seseorang.

"Gadis nggak waras," keluh Lino dengan menyandarkan tubuhnya ke dinding.

Flashback

Saat ingin pergi ke kantin tiba-tiba saja tangannya dipeluk. Ia terkesiap segera mendorong tubuh gadis itu.

"Lo apa-apaan sih, Mita?!" seru Lino dengan menatap tajam.

Ia sangat tidak menyukai orang yang memeluknya sembarangan ditambah orang itu baru sekali bertemu. Ia menatap tajam Mita jika dia bukan gadis mungkin saja akan tidak selamat.

"Kita kantin bareng, yuk! Anggap aja rasa terima kasih gue ke Lo," ucap Mita dengan tersenyum manis. Namun, di matanya malah membuat gadis itu terlihat menjijikkan.

Lino segera menepis tangan Mita dengan mendorong pelan tubuh gadis itu. Ia akhirnya dapat memahami perasaan risih Arsen saat ditempeli oleh Gina. Ia jadi penasaran apakah Gina benar-benar baik atau hanya pura-pura. Menurutnya sebaik-baiknya manusia pasti ada sifat egois dan jahat, tetapi bagaimana diri sendiri mengontrolnya.

"Mita ... lo ini cewek jadi gue harap bisa menjaga harga diri Lo. Gue nggak suka sama Lo jadi gue harap jangan ganggu gue," tekan Lino dengan menatap tajam.

"Gue nggak peduli! Gue pastikan Lo akan menjadi milik gue! Gue nggak peduli anggapan orang lain!" seru Mita dengan memegang erat tangan Lino.

Lino menepis tangan Mita setelah itu pergi meninggalkan gadis itu. Saat dipertengahan jalan ia dikejutkan karena gadis itu berlari mengejarnya. Ia yang melihat itu segera berlari dari kejaran gadis itu. Lalu dirinya dapat lepas dari kejaran Mita hingga sampai di rooftop sekolah.

Flashback of

Lino berjalan menuju pembatas rooftop dengan tersenyum lebar. Ia menatap nabastala yang cukup cerah rasanya membuatnya menjadi bahagia.

"Gimana ya kabar adik manis gue? Jadi kangen saat gue berantem sama dia," gumam Lino dengan muka cemberut.

Saat asyik-asyiknya melamun tiba-tiba saja pintu rooftop didobrak. Ia hampir saja terpeleset dari pembatas rooftop syukur dirinya sempat menghempaskan tubuhnya kelantai, jika tidak dirinya akan mengalami dua kali kematian.

"Lino! Lo nggak papa?! Anjir! Tadi jika Lo nggak guling ke kanan mungkin hanya tinggal nama!" seru Adya dengan memutar-mutar kan tubuh Lino.

"Sudah pernah mati gue," batin Lino dengan tersenyum masam.

"Ngapain?" tanya Arsen dengan mengangkat alisnya.

"Hah? Lo tanya apa yang bener, dong?!" geram Lino dengan tersenyum masam.

"Kenapa ada disini?" jelas Ziel dengan muka datar.

Lino mengangguk pelan menjawab, "Oh, gitu dong. Jangan singkat-singkat lagi nggak paham gue. Jadi gue disini karena dikejar sama kaki seribu yang mau nempel mulu."

Ravy tertawa terbahak-bahak dengan memegang perutnya. Lino yang melihat itu mengeryikan keningnya apakah lelaki itu sudah gila pikirnya.

Ding! Dong!

"Eh, asu! Padahal baru aja mau ke kantin! Gara-gara kaki seribu ini buat gue harus kabur!" gerutu Lino dengan muka masam.

Plak!

"Anjir! Sakit woy! Lo mah suka banget siksa sahabat Lo yang ganteng ini!" gerutu Adya dengan mengelus-elus lengannya.

"Ini salah Lo babi! Tadi Lo kemana aja babi?! Gue nunggu dikelas celingak-celinguk kayak orang gila tahunya Lo nggak ada!" berang Lino dengan berkacak pinggang.

Ardian S2 (END)Where stories live. Discover now