39

7.8K 749 161
                                    

Lino menggendong tubuh Arsen dengan alasan lelaki itu sedang kecapean. Namun, alasan di balik semua itu karena Arsen lemas akibat permainan dan perbuatan Lino.

Ia berjalan tenang lalu membuka pintu dengan susah payah. Arsen segera bertindak membuka pintu.

Ia berjalan meletakkan tubuh Arsen terlebih dahulu sebelum pada akhirnya Lino kembali berjalan menuju pintu. Ia mengunci pintu dengan tersenyum tipis.

Ia berjalan dengan memainkan kunci kamarnya. Ia menatap wajah Arsen dengan tersenyum manis.

"Eyo, Kak Arsen ... apa udah siap?" goda Lino dengan mencolek pipi Arsen.

Arsen mengangguk pelan. Kemudian lelaki itu mulai melepaskan bajunya dengan gerakan slow motion.

Lino hanya tersenyum melihat yang di lakukan kekasihnya. Ia menarik tengkuknya Arsen agar jarak mereka menjadi lebih dekat.

"Wajah kamu manis tapi makin lama agak sifat kamu nggak ke tebak," ucap Arsen dengan mengelus wajah Lino.

Lino masih saja mempertahankan senyumannya. Ia memajukan wajahnya hingga berjalan 5 cm.

"Punya wajah manis bukan berarti bisa di tekan or jadi pihak bawah. Lagian wajah aku nggak ada manisnya kayak le mineral," ucap Lino dengan terkekeh kecil.

"Bukannya ini udah jadi kesepakatan kita dan kamu yang bilang itu. Apa sekarang menyesal?" lanjut Lino dengan wajah cemberut.

Arsen menggelengkan kepalanya. Ia makin mempersempit jarak mereka. Lelaki itu mulai duduk di atas pangkuan  dengan meletakkan ke dua tangannya di leher Lino.

"Nggak justru aku suka," ucap Arsen dengan menyeringai kecil.

Arsen mulai memimpin permainan mereka. Ia menatap Lino yang belum melepaskan sehelai kain.

Arsen mulai melepaskan kancing baju Lino dengan tersenyum lebar. Lino justru hanya tersenyum melihat permainan Arsen yang lebih binal dari sebelumnya.

"Kali ini aku yang gerak," ucap Arsen dengan tersenyum lebar.

Lino hanya mengangguk. Ia justru menyukai sifat binal lelaki itu seperti sekarang yang tidak pernah di tunjukkan kepada siapapun.

Arsen mulai menjilat leher Lino dengan menatap wajah Lino yang memerah. Ia juga memberikan ciuman di leher lelaki itu bahkan mulai meninggalkan tanda.

"Jangan ninggalin di tempat terbuka. Besok aku mau tanding kalau kamu lupa," tegur Lino dengan cengengesan.

Arsen menghentikan permainannya. Ia kembali turut ke atas perut kotak-kotak seperti kepala adudu. Ia hanya menyeringai melihat otot perut Lino yang juga ia miliki.

"Kita gerak cepat soalnya besok kamu mau tanding," ucap Arsen dengan tersenyum tipis.

Arsen mulai menggabungkan senjata mereka lalu segera mengocok. Ia menggeram dengan menggigit bibirnya.

Ia menatap wajah Lino yang sudah memerah. Lelaki itu tampak memejamkan matanya dengan menggeram karena menahan suara desahan.

Arsen semakin mempercepat gerakannya. Ia juga menutup mulutnya dengan salah satu tangannya.

"Ssss ... sial!" umpat Arsen dengan wajah memerah. Namun, justru Lino tercengang karena mendengar suara umpatan Arsen.

Crot!

Cairan putih mulai mengenai wajah Arsen. Lino yang melihat justru tertawa terbahak-bahak membuat Arsen menatap sinis lelaki itu.

"Lube?" ucap Arsen dengan muka datar.

Lino menggelengkan kepalanya dengan cengengesan. Arsen justru hanya menghela napas syukur lelaki itu orang yang di cintai dirinya.

Arsen mulai menungging di depan Lino dengan wajah memerah. Ia sungguh mati-matian menahan rasa malu. Ia tidak seperti kekasihnya yang tidak tahu malu.

Ardian S2 (END)Where stories live. Discover now