47

5.8K 653 202
                                    

Semua murid mulai berkumpul di lapangan utama. Beberapa ada yang tidak mengetahui keributan hari ini.

"Karena adanya teror yang di dapatkan oleh orang tidak bertanggung jawab. Maka kami selaku pihak sekolah akan melakukan absen kepada murid-murid."

"Para wali kelas di harapkan membantu kegiatan hari ini."

Lino hanya menyimak dengan menyatakan kehadirannya. Ia menatap sekeliling dengan mengerutkan keningnya.

Beberapa wali kelas dan penghuni kelas lain tampak khawatir. Mereka segera melaporkan jika beberapa dari murid-murid yang hilang.

"Tenang kalian jangan khawatir. Pihak sekolah akan segera menghubungi pihak berwajib."

Lino menatap Arsen dengan mengedipkan matanya. Arsen sontak hanya diam dengan muka datar.

"Bapak dan Ibu mending kita ngikutin bercak cairan merah itu mungkin aja itu sebuah petunjuk," ucap Lino dengan tersenyum lebar.

Akhirnya para guru hanya mengiyakan saran dari lelaki itu. Mereka mulai berpencar dengan beberapa kelompok.

Lino bersama dengan Arsen juga yang lain. Mereka juga di temani oleh salah satu guru agar tidak menjadi salah paham atau terdakwa.

"Niat banget, ya? Kayaknya tuh orang emang sampai nggak ketauan jejak," celetuk Dean dengan mengerutkan keningnya.

"Pelakunya pasti masih ada di sekolah atau bisa jadi staf pengajar," timpal Vano dengan mengangkat alisnya.

"Bukan staf pengajar tapi ... orang yang memiliki kekuasaan penting di sekolah ini," timpal Lino dengan tersenyum lebar.

Teman-temannya seketika mulai menatap Lino dengan penasaran. Apalagi sang guru yang tidak paham maksud dari para murid.

"Diam," tegur Arsen dengan menatap ke arah toilet.

Arsen mulai mendorong pinta toilet dengan raut wajah serius. Ziel seketika memeluk lengan Lino dengan muka tegang.

"Biar Ibu yang cek ke dalam."

Lino hanya menatap ke samping dengan menyeringai kecil. Ia dari samping membuka ponselnya.

"Hihihihi."

Ziel seketika berteriak heboh dengan berlari. Lelaki itu bersembunyi di balik dinding dengan menyembulkan wajahnya.

"Bercanda kali, Bang! Masih aja suka takut sama begituan," ledek Lino dengan tertawa terbahak-bahak.

Suara ribut dari toilet membuat mereka masuk ke dalam dengan terburu-buru. Lino membalikkan tubuhnya ia juga meminta yang lain untuk menutup mata.

"Ibu ini almamater punya Lino. Kalian semua cepat lepat almamater!" perintah Lino dengan ekspresi raut wajah tertekan.

Lino setidaknya bersyukur tidak melihat terlalu jauh. Gadis itu tampaknya seperti di lecehkan sebelum di kurung dalam toilet.

Mereka menemukan beberapa murid yang di kurung dalam toilet. Mereka berpikir mengapa orang-orang itu tega melakukan hal sekeji ini.

"Kita tanya nanti," ucap Arsen dengan meninggalkan toilet.

Lino dan yang lain juga ikut pergi meninggalkan toilet. Mereka juga menyanggupi permintaan sang guru untuk melaporkan kejadian ini.

"Sial kayaknya itu orang emang pengen di bogem," desis Ravy dengan meremas tangan seseorang.

Plak!

"Marah boleh tapi jangan tangan gue yang di remes!" pekik Adya dengan mengelus pergelangan tangannya.

Ardian S2 (END)Where stories live. Discover now