15

38.2K 4.9K 326
                                    

Lino sekarang menatap kearah jam yang menunjukkan pukul 5 pagi. Kali ini entah kenapa dirinya ingin bangun lebih awal biasanya ogah-ogahan bahkan jika dibangunkan tidak bergerak kayak orang simulasi meninggal.

Ia sekarang duduk diruang makan sembari memegang perutnya mungkin ini adalah salah satu penyebab dirinya kebangun. Ia jadi menyesal sendiri karena malam tadi lupa makan sehingga maag akut nya kambuh.

"Masak, enggak, masak, enggak, masak." Lino menghitung jarinya hingga menunjukkan kalau dirinya akan memasak.

Lino akhirnya memilih memasak daripada tidak sama sekali. Ia tidak ingin malah mati karena penyakit maag tidak elit bukan jika ada berita ditemukan seorang putra bungsu keluarga meninggal diduga penyakit maag kambuh dan tidak ada makanan dirumah.

Ia menggelengkan kepalanya lalu mengambil ponselnya untuk cara mengolah telur dadar. Ia mengocok telur yang sudah dicampur sayuran, garam dan cabe hingga menimbulkan suara dentingan kaca.

"Ini gimana sih elah?! Nyesel gue dulu nggak belajar masak!" gerutu Lino dengan meletakkan mangkuk kaca di meja.

Tiba-tiba kedua orangtuanya bersama Ziel datang menuju dapur karena mendengar keributan. Saat sampai orang-orang itu tidak percaya dengan apa yang dilihat oleh mereka.

"Bunda ... Lino lapar ... maag Lino kambuh," rengek Lino dengan menggoyangkan lengan bundanya.

"Ternyata anak bunda kelaparan, ya? Ya udah tunggu disini bunda masakin dulu," ucap Alun dengan tersenyum tipis.

Lino terkekeh kecil lalu berjalan menuju Ziel. Ia membisikkan sesuatu yang membuat Ziel agak terkejut karena biasanya adiknya selalu ingin tampak keren tapi ini apa.

"Lo yakin?" tanya Ziel dengan mengangkat alisnya.

"Yakin ... gue lagi mager," jawab Lino dengan tersenyum lebar.

Sekarang di sinilah Lino berada yaitu diparkiran sekolah bersama Arsen dkk. Tatapannya hanya satu yaitu menatap Arsen, tetapi yang ditatap malah mengalihkan pandangannya.

"El, ini kenapa kera liar ada disini?" tanya Ravy dengan menatap sinis.

"Kenapa, hah?! Mau ngabarin bendera perang lagi Lo!" seru Adya yang hanya bisa membuat Lino mengelus dada dibuatnya.

"Dasar nggak tahu tempat Lo! Lo itu awalnya dari Geng Black Wolf babi!" balas Ravy dengan menatap tajam.

Lino yang sudah kesal akhirnya berkata, "Kalian itu dimana-mana pasti ribut kalau kalian jadian gue orang yang paling terdepan menertawakan kebodohan Lo pada."

"Amit-amit cabang bayi," ucap Adya menatap Ravy dengan jijik.

"Btw, Lo itu cowok kok jadi cabang bayi," cibir Lino dengan memutar matanya.

"Oh, iya juga ya," sahut Adya dengan menggaruk tengkuknya.

"Oh, iya juga ya," ledek Lino dengan muka masam.

Setelah itu Lino berjalan meninggalkan sekumpulan orang yang sangat berisik hingga mengganggu paginya yang indah. Ia hanya bisa menghela nafas panjang kenapa pemilik tubuh ini memiliki sifat yang sentimental.

"Panggilan kepada semua murid agar segera berhadir menuju lapangan sekolah. Sekali lagi panggilan kepada semua murid agar segera berhadir menuju lapangan sekolah."

Lino menatap kearah lapangan dengan muka tercengang. Apa lagi ini sekarang padahal dirinya baru saja hampir sampai kelas (?)

Alhasil dirinya harus bisa banyak bersabar. Ia berjalan dengan wajah masam menuju lapangan sekolah dengan ogah-ogahan. Namun, ternyata semua orang sudah berhadir di lapangan. Apa mungkin karena murid lain berjalan dengan cepat atau dirinya terlalu lambat berjalan (?)

"Murid yang membawa tas hitam! Kenapa baru saja sampai?!"

"Itu salah bapak, sih?! Saya padahal baru aja mau letakkan tas dikelas! Tahunya ada pengumuman!" seru Lino dengan bersedekap dada.

"Mana saya tahu saya kan ..."

"Setan!" sela Lino dengan tertawa terbahak-bahak.

"Wah! Ternyata kita satu spesies!"

"Wah! Daddy apa kabar?!" seru Lino dengan nada banci bahkan memainkan jarinya.

"Ah, baby! Daddy baik kok! Cepat balik ke barisan!"

Lino memberikan kedua jempolnya dengan tertawa terbahak-bahak. Murid-murid dan para guru yang melihat itu hanya bisa menggelengkan kepala karena bertambah lagi spesies absurd cukup kepala sekolah saja jangan lagi.

Saat berada dibarisan ia melihat Adya yang menutupi wajahnya. Ia ingin menepuk pundak Adya, tetapi lelaki itu malah menjauhinya.

"Lo kenapa etdah?" tanya Lino dengan mengangkat alisnya.

"Bukan teman gue!" seru Adya dengan menutup wajahnya.

"Hey, shut up! Kamu murid pindahan jangan ajak murid pindahan yang lain dulu! Dengarkan saya berpidato!"

"Ganggu aja si bapak!" gerutu Lino dengan memutar matanya.

"Baiklah, seperti yang diketahui bahwa setiap tahun kita akan mengadakan camping dan acaranya akan dimulai hari Jum'at sampai Minggu. Kali ini kita akan camping di hutan kalian harus mempersiapkan barang-barang yang akan dibawa. Lalu yang lebih penting kalian harus meminta izin orang tua. Kalian semua boleh balik asalkan jangan balik ke rumah."

Lino yang mendengar hanya mendengus kesal dia kira apaan ternyata hanya masalah ini. Akhirnya ia pergi meninggalkan lapangan tanpa memperdulikan teriakan para guru.

"Membosankan," gumam Lino dengan muka masam.

***

Lino menatap sang guru dengan serius karena merasa harus belajar dengan baik. Ia tidak akan lagi membuat kedua orang tuanya kesusahan setidaknya nakal boleh tapi jangan menjadi bodoh. Namun, ia hanya bisa meringis kecil karena dia masuk kriteria keduanya.

Lalu yang lebih parah sekarang adalah pembelajaran sejarah yang malah membuatnya semakin mengantuk. Ia mencoba untuk tidak tertidur tapi akhirnya malah tertidur dengan sendirinya.

"Lino, bangun ini sudah istirahat."

Lino hanya menggeliat kecil lalu kembali tertidur. Ia sangat mengantuk untuk berjalan ke kantin. Namun, tiba-tiba tubuhnya melayang begitu saja membuatnya terkejut hingga terbangun.

"Eh, jangan gendong gue! Malu anjay!" seru Lino dengan menyembunyikan wajahnya dibalik leher Arsen.

Namun, yang namanya Lino lain di mulut lain di hati. Mulutnya berbicara untuk menurunkannya tapi dia malah mengeratkan pegangannya kepada Arsen.

"Tsundere," celetuk Ziel lalu meninggalkan kedua lelaki itu.

"Cih, bilang gue tsundere tapi tuh orang lebih parah dari gue," cibir Lino dengan meletakkan dagunya dipundak Arsen. Arsen yang mendengar itu hanya terkekeh kecil lalu menggendong lelaki itu.

Saat diperjalanan mereka menjadi pusat perhatian murid-murid. Pasalnya mereka itu dikenal rival yang tidak mau mengalah tiba-tiba jadi sangat akrab siapapun tidak akan semudah itu mempercayainya.

"Arsen ... nanti kamu mau bawa apa saat camping?" tanya Gina yang entah datang darimana dengan senyum manisnya.

"Celana dalam," sahut Lino dengan tersenyum lebar.

Perkataan dari Lino membuat Arsen dkk tersedak massal. Ziel yang mendengar itu segera menjewer telinga sang adik.

"Aduh! Aduh! Yang gue bilang itu kenyataan elah! Kalau kalian nggak bawa terus nanti basah atau kotor masa punya kalian goyang-goyang," ucap Lino dengan muka cemberut.

"Anjir! Di filter dulu tuh mulut ada cewek ini!" seru Ravy dengan berkacak pinggang.

"Sembrono," pungkas Arsen yang mengakhiri pembicaraan.

***

Jangan lupa vote dan komen :)
Lino dengan segala kelakuannya 🤣
Lanjut!



Ardian S2 (END)Where stories live. Discover now