27

6.3K 787 142
                                    

Lino hanya diam dengan duduk di atas motor. Kali ini mereka akan pergi dari sekolah dengan perasaan canggung.

Motor dirinya sudah di bawa oleh Ravy yang beriringan di belakang. Lelaki itu entah mengapa maunya saja menurut tidak seperti biasanya. Mungkin lelaki itu hanya mereka bersalah karena melempar botol ke luka dirinya.

Di perjalanan mereka hanya diam karena tidak mungkin teriak-teriak seperti orang tidak waras. Ia menatap jalanan dengan diam sehingga makin lama semakin hening.

"Eh, ini beneran jalan pintas!" teriak Lino dengan mengerutkan keningnya.

"Iya, bodoh!" umpat Ravy dengan mensejajarkan kendaraan mereka.

Lino hanya bisa mendengus kesal. Ia menatap 2 pengendara motor dengan 4 orang di pinggir jalan.

"Bang ..."

"Kabur, woy!" teriak Lino karena menyadari sesuatu yang tidak beres.

Arsen dan Ravy segera menancap gas dengan kecepatan tinggi. Lino melihat ke arah belakang benar saja ada beberapa orang yang telah mengincar mereka.

Di depan juga ada beberapa orang yang mencegah mereka. Lino hanya menatap ke duanya dengan tersenyum masam.

"Heh, lo pada ganggu waktu istirahat gue! Padahal gue mau cepat pulang juga bobo ganteng. Anjir lah waktu istirahat gue terbuang gara-gara lo ..."

Lino menundukkan tubuhnya dengan menarik tubuh Arsen agar mengikuti gerakan dirinya. Sebuah pisau melayang lalu terjatuh begitu saja di jalan.

Lino turun dari motor dengan tersenyum lebar. Para penjahat yang mengejar mereka justru merasa heran.

"Wah, ini pisau asli? Suka banget gue apalagi tajam gini. Pisau kayak gini enaknya buat koyak kulit. Bang mau coba nggak?" seru Lino dengan tatapan berbinar-binar.

"Jangan main-main lo!"

Lino melempar pisau ke arah penjahat itu hingga menggores lengan. Ia hanya membuka mulutnya dengan tatapan tidak percaya.

"Wah, sorry Bang! Gue nggak sengaja!" pekik Lino dengan berjalan menuju penjahat itu.

"Stop ..."

"Kau mencuri hatiku!" sahut Lino dengan mengeluarkan uang berwarna biru. Tangannya di letakkan ke atas dengan menggoyangkan uangnya.

Arsen dan Ravy hanya bisa menatap datar perkelahian yang sangat absurd ini. Lino justru masih saja berjoget sampai di sebut orang gila oleh para penjahat itu.

"Sekarang ..." gumam Lino dengan memberikan tendangan maut kepada salah satu penjahat. Jangan salahkan dirinya karena penjahat itulah yang sudah lengah darinya.

"Sialan! Serang mereka!"

Akhirnya pertengkaran sesungguhnya sudah di mulai. Ke tiga remaja itu mulai memasang kuda-kuda dengan menatap para penjahat.

Lino bergerak ke depan dengan melakukan beberapa tendangan. Saat sedang berkelahi dengan yang lain ada seseorang di belakang.

Lino melirik sekilas lalu melakukan tendangan Dwi Huryeo Chagi. Ia tertawa puas melihat penjahat itu terkapar di jalan.

Arsen juga melakukan beberapa pukulan dan tendangan. Mereka harus menyelesaikan secepatnya agar bisa kabur dari sini.

"Bangsat lo! Ngapain lo pegang tangan gue?!" sembur Ravy dengan mendorong kepala penjahat itu ke jalan beberapa kali.

Lino yang melihat sontak tertawa terbahak-bahak dengan bertepuk tangan. Arsen yang melihat seketika merasa pening melihat tinggi dua orang yang emosian.

Ardian S2 (END)Where stories live. Discover now