48

5.9K 706 260
                                    

Akhirnya lomba yang di tunggu telah tiba. Masing-masing pendukung mulai berteriak dengan di tampilkan beberapa Cheerleaders berbagai perwakilan sekolah.

"Gue ngeliat para cheerleaders goyang gitu kayak penari zaman kerajaan China dalam drama," ucap Lino dengan cengengesan.

"Ngaco banget lo!" cibir Ravy dengan memutar matanya.

"Perumpamaan bego! Tau perumpamaan nggak?" tekan Lino dengan mendengus.

Lelaki itu memang sangat suka mencari dengannya. Ia menatap para basket putri dengan meneriaki semangat kepada sang adik.

"Mika semangat kalau perlu sampai patah tulang!" teriak Lino dengan suara dalamnya.

"Udah, woy! Suara kakak kayak Om pedofil!" sahut Mika dengan menatap sinis.

Lino hanya mendengus dengan mengangkat spanduk sekolahnya. Ia melihat murid sekolah lain yang terlihat tidak menyukai adiknya.

"No itu kayaknya adik lo udah di tandai oleh lawan," bisik Vano dengan menunjuk salah satu anggota lawan.

"Lo nunjuk dia kayak gitu sama aja ketauan babi," desis Lino dengan menatap tajam.

Awalnya pertandingan berjalan dengan kondusif. Namun, saat pertengahan lomba anggota lawan mulai melakukan kecurangan.

Mulai menepis tangan lalu sengaja menyenggol bahu gadis perwakilan SMA Bintang. Lino segera berdiri dengan raut wajah serius.

"Woy, wasit! Itu yang curang kok di biarin aja!" teriak Lino yang memimpin murid SMA Bintang.

Suara murid SMA Bintang mulai bergema. Beberapa murid mulai berdiri dengan menyanyikan lagu mars mereka.

Para guru juga hanya diam karena menyadari kecurangan yang di alami sekolah mereka. Namun, sepertinya mereka memang tidak memperdulikan perkataan.

"Ya, saekkia! Mereka curang nggak dapat pelanggaran gitu? Liat murid SMA kami ada yang jatuh sama lecet gitu," teriak Lino dengan menunjuk salah satu siswi yang di rawat petugas PMR yang berjaga.

"Cih, orang itu kayaknya anjing pesuruh dari SMA Victoria," sindir Ravy dengan menatap sinis.

Lino sontak tertawa dengan merangkul pundak kakak kelasnya itu. Para murid SMA Bintang juga terlihat mengejek penghuni SMA Victoria.

Arsen hanya diam dengan menatap dingin. Ia terlihat tenang seperti air yang menghayutkan.

Para anggota basket putra mulai turun menuju lapangan. Ketua basket putra tampak memimpin menuju lapangan dengan raut wajah serius.

"Kami selaku tuan rumah dan basket putra SMA Bintang menantang SMA Victoria untuk bertanding secara adil!"

Beberapa orang berpakaian merah mulai keluar dari barisan penonton. Namun, hal yang membuat terkejut penghuni SMA Bintang.

"Arsen ... oh, bukan! Muka lo lebih jelek dari Arsen. Pasti lo jiplak wajah tunangan gue, ya!" seru Lino dengan berkacak pinggang.

"Gue jiplak wajah dia? Ya, kali. Lagian gue lebih tua dari dia berapa bulan."

Arsen hanya diam walaupun tampak terkejut melihat keberadaan seseorang yang sudah lama tidak bertemu. Ia hanya diam melihat bagaimana kejadian selanjutnya.

"Oke, tapi jangan harap lo bisa berbuat curang atau kemenangan kalian nggak akan pernah di akui."

Lino hanya menyeringai kecil menatap ketua basket putra yang menjadi andalan. Ia menatap orang yang mirip dengan Arsen.

"Siap, penipu wajah?" ledek Lino dengan tersenyum mengejek.

"Kalau kalah ..."

"Jangan nangis!" ledek penghuni SMA Bintang.

Ardian S2 (END)Where stories live. Discover now