20. Sweet boy 2

5.2K 285 189
                                    

🌸🌸🌸

~𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰~

•••

"𝙹𝚊𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚖𝚊𝚗𝚒𝚜-𝚖𝚊𝚗𝚒𝚜, 𝚗𝚊𝚗𝚝𝚒 𝚐𝚞𝚎 𝚋𝚒𝚜𝚊 𝚍𝚒𝚊𝚋𝚎𝚝𝚎𝚜!"

-𝙰𝚌𝚊𝚙𝚎𝚕𝚕𝚊 𝚃𝚊𝚖𝚊𝚛𝚊 𝙷𝚊𝚖𝚒𝚜𝚑

•••

"Contohnya kaya gini!" Karan pun memegang pergelangan tangan Tamara dan mengarahkan telapak tangan gadis itu ke arah dada kirinya dimana di sana merupakan letak jantungnya bersemayam.

Saat telapak tangan Tamara menyentuh dada lelaki tersebut,

Deg...deg...deg

Saat itu juga Tamara dapat merasakan detakan jantung Karan yang berdetak dengan cepat. Gadis itu pun menarik tangannya menjauhi tubuh Karan.

Sementara Karan, kini pria itu mulai menatap dalam manik mata Tamara yang juga tengah menatapnya.

Lelaki itupun tersenyum dengan tulus, "Setiap sama kamu dan bahkan sejak pertama kali ketemu kamu detaknya udah berubah cepat kaya gini...."

"...rasanya aku kaya mau gila, Capella..."

Melihat senyuman hangat terpancar dari Karan, mampu membuat jantung Tamara ikut berdetak lebih cepat. 'Gue ga cinta sama ni orang kan?' batin gadis itu sedikit ragu.

"Sekarang gantian aku yang coba pegang, mana tau kamu juga sama lagi detakannya kaya aku!" ucap Karan yang berusaha menjahili gadisnya.

Mata Tamara membola seketika sebelum akhirnya gadis itu memukul kuat lengan Karan, "Ck, modus itu namanya!"

"Hahaha yaudah ayo masuk!" ucap Karan seraya membuka sebuah pintu kamar yang diberi papan nama di depannya.

'Karan Elderic Wijaya'

Ceklek

Pintu itu terbuka menampilkan kamar yang sangat luas. Dapat dilihat warna hitam mendominasi kamar tersebut. Di pojok ruangan terdapat sebuah lemari berukuran besar yang juga berwarna hitam.

'Hitam semua woylah! Kalo gue mah cukup hidup aja yang suram, warna kesukaan jangan sampai suram!' batin Tamara seraya menggelengkan kepalanya pelan.

Karan pun menarik Tamara untuk masuk lebih jauh ke dalam kamarnya. "Duduk di sini dulu, aku mau ngambil bahan-bahan yang mau di kerjain!" ucap Karan seraya membimbing Tamara ke sebuah sofa yang ada di kamarnya.

Tamara pun mengangguk pelan, "Iya, cepet sana pergi!" ujar Tamara yang langsung diangguki oleh Karan.

Pria itupun melesat keluar untuk mengambil semua bahan-bahan keperluan tugas mereka.

Beberapa menit berlalu membuat Tamara yang menunggu Karan merasa sedikit bosan. Pandangan gadis itu menelisik ke seluruh penjuru ruangan.

Menurutnya kamar Karan sangat rapi untuk ukuran anak lelaki.

Karena setahu Tamara, kebanyakan kamar anak laki-laki itu dapat terbilang cukup berantakan. Namun, kamar Karan terlihat tertata sangat rapi dan bagus di pandangannya.

Mata gadis itu terfokuskan ketika melihat sebuah hal yang cukup menarik baginya.

"Eh itu foto masa kecil Karan ya?" gumamnya seraya melihat figura kecil di atas nakas samping tempat tidur Karan.

Karan's Girlfriend Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt