62. The Tragedy

1.3K 127 41
                                    

🌸🌸🌸

~𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰~

•••

Beberapa hari setelah kepergian sang ibunda. Tamara kini telah dapat bangkit dari keterpurukannya. Gadis itu mulai sadar jika masih ada yang harus ia perjuangkan. Bangkitnya semangat Tamara juga tidak lepas dari peran Karan.

Lelaki itu bahkan tidak pernah absen mengunjungi Tamara. Karan terus berusaha mengajak Tamara berbicara agar pikiran gadis itu tidak kosong lagi. Kehadiran Karan pun sukses membuat semangat Tamara kembali.

Sepertu saat ini contohnya. Karan baru saja selesai mengantarkan Tamara menuju rumah sakit untuk memeriksa kondisi kesehatan gadis itu.

Kemarin, Tamara memang sempat terkena demam. Walau tidak terlalu parah, namun gadis itu tidak mau kesehatannya terganggu sedikit pun di saat ia sudah siap berperang.

Karan dan Tamara memang sudah berbaikan. Namun keduanya tidak sampai ke tahap balikan. Walau Karan menginginkan hal tersebut, tapi ia juga belajar untuk tidak lagi bersikap egois. Karan akan menunggu sampai Tamara menerima dirinya kembali, walau selama apapun waktu yang gadis itu butuhkan untuk hal tersebut.

"Tante Raya udah ditahan sementara. Mungkin ga lama lagi proses penyidikan selesai. Kita tinggal nunggu hasil selanjutnya." Karan berucap setelah memarkirkan mobilnya pada parkiran di dekat sebuah taman.

"Iya, aku berharap yang terbaik. Tapi, kenapa kita ke sini?"

"Ga ada. Aku cuman keingat kita pernah ke sini beberapa kali ... dulu. Gapapa kan mampir main sebentar?"

Tamara mengangguk. Ia pun keluar setelah Karan turun dan bersikeras membukakan pintu untuknya.

"Ayo!" ajak Karan yang tanpa sadar sudah mengenggam jemari Tamara seperti yang biasa ia lakukan saat mereka masih menjalin hubungan.

Tamara awalnya terkejut. Namun ia sendiri tidak bisa memungkiri jika rasa hangat mulai menjalar di hatinya hanya lewat genggaman tangan tersebut. Bagaimana pun juga, hubungan mereka berakhir secara mendadak. Bibir saling berkata rela, namun pada kenyataannya hati mereka saling mengelak.

"Ternyata malam di sini lebih indah daripada siang." Tamara menatap sekelilingnya. Dulu Karan selalu mengajaknya ke tempat ini di saat siang menjelang sore.

Namun sekarang berbeda. Tamara bahkan merasa sangat senang karena dapat melihat dengan jelas hamparan bintang yang mempesona.

"Malam ini purnama. Nanti kalau udah fase bulan sabit kita ke sini lagi pas malam. Kamu mau kan?" ajak Karan yang sukses menimbulkan pandangan berbinar dari Tamara.

"Oke, aku mau!" Tamara tersenyum sembari mendudukkan dirinya di salah satu ayunan yang tersedia di sana.

"Kamu tunggu di sini sebentar gapapa? Aku mau beli gelato di stand pinggir jalan tadi." Karan dapat melihat dengan jelas perubahan wajah Tamara yang menjadi murung.

"Oke-oke, kamu mau ikut?" tanya Karan yang langsung mendapat anggukan antusias dari Tamara. Gadis itu bahkan langsung berdiri dan menggenggam tangannya dengan senyum ceria.

"Ayo," ucap Tamara saat Karan tidak kunjung beranjak.

Karan pun ikut tersenyum seraya menyamai langkahnya dengan Tamara. Keduanya mulai berjalan menghampiri sebuah stand makanan manis yang terlihat cukup ramai. Saat mengantri, Tamara dapat melihat beberapa perempuan di sana terus melirik sembari tersenyum malu-malu saat menatap Karan.

Karan's Girlfriend Where stories live. Discover now