40. Back

3.7K 240 43
                                    

🌸🌸🌸

~𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰~

•••

Klak

Setelah pintu tertutup, Karan mulai berpindah posisi dan mendudukkan dirinya pada kursi di sebelah bed hospital Tamara.

Lelaki itu menundukkan kepalanya, tidak sanggup menatap netra hitam legam yang membuatnya semakin merasa bersalah.

"Capella....maaf..."

Suara Karan terdengar lirih, sangat lirih seolah telah melakulan kesalahan paling besar dan fatal di dalam hidupnya.

"Aku maafin,"

Mendengar jawaban dari gadis yang ia cintai berhasil membuat Karan menaikkan pandangannya. Menatap dalam wajah manis yang kini terlihat pucat, seolah mencari keseriusan dari netra hitam yang pekat tersebut.

"Iya, tapi kamu mau ngelakuin satu hal?"

Karan langsung mengangguk cepat tanpa berpikir dua kali. "Everything you want!"

"I promise I'll do evertything you want..."

"I swear..." lirih Karan yang berhasil membuat Tamara mengembangkan senyuman tipisnya.

"Are you sure?"

Karan lantas mengangguk cepat, "I will try my best."

Tamara ikut mengangguk mendengar jawaban Karan. Kini matanya menatap penuh ketegasan ke arah netra sebiru samudera milik Karan, seakan mengunci pandangan mereka untuk terus bertemu beberapa detik ke depan.

"I need space...We’re just on two different paths right now..."

Ucapan Tamara sukses membuat Karan terdiam membeku. Lelaki itu tidak bodoh dalam mengartikan maksud dari gadisnya. Ya, ia sangat tahu apa yang dimaksud oleh Tamara saat ini.

Gadis itu...ingin mengakhiri hubungan mereka.

"Please..no.."

Karan pun membawa kedua telapak tangan Tamara ke dalam genggamannya. Remaja itu bahkan meletakkan keningnya di punggung tangan Tamara. Berusaha menyembunyikan matanya yang mulai berair.

"Jangan itu...yang lain..."

Mendengar perubahan suara Karan yang tambah serak dan berat membuat Tamara merasa tidak tega. Apalagi ketika ia merasakan tangannya mulai basah oleh air. Ya...air...mata?

"Karan, kamu nangis?"

Tidak mendapat jawaban, ditambah lagi melihat telinga Karan yang mulai memerah semakin membuat Tamara yakin jika kini pria itu sedang menangis.

Merasakan tangannya kian basah lantaran air mata Karan yang semakin deras keluar membuat Tamara tidak lagi mampu menahan kekehan kecilnya.

Gadis itu pun berusaha menarik tangannya, namun sayang, semua hasil usahanya nihil. Karan malah semakin mempererat genggaman tangan mereka dan menenggelamkan wajahnya di pangkuan Tamara yang memang sedang dalam posisi setengah terduduk dengan kaki terlentang.

"Udah lepasin dulu," pinta Tamara pelan.

"Ga mau. Aku ga mau kita selesai," serak Karan yang berhasil membuat Tamara kembali tertawa kecil.

Karan's Girlfriend Donde viven las historias. Descúbrelo ahora