38. Melepaskan?

3.3K 227 62
                                    

🌸🌸🌸

~𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰~

•••

"Sh*t!"

......

"Murahan!"

Satu gumaman mengemuka dari bibir Karan setelah ia sempat tertegun beberapa saat. Sesudah sepatah kata itu tercetus darinya ia pun langsung mengusap kasar wajahnya sendiri. Seolah menyiratkan sikap penyesalan yang mendalam.

Ketulusan dan penyesalan itu memang sangat kentara. Namun....tetap saja pernyataan darinya sukses membuat mataku memanas lantaran tidak percaya akan fakta yang baru ku terima.

Yang aku lakukan kini hanya mengerjapkan mata perlahan untuk menahan genangan air yang hendak memaksa keluar dari tempat persembunyiannya.

Di samping itu, sebuah senyuman tipis mulai ku usahakan mengembang di bibir yang mungkin kini terlihat pucat.

"Iya gue murahan, puas?"

Dapat ku lihat rahang Karan mulai mengeras dengan tatapan yang semakin menajam saat menatapku.

"Jangan sebut diri lo kaya gitu! Gue ga suka!"

Aku terkekeh kecil. "Bukannya lo sendiri yang bilang? Dan ya....gue memang murahan kok,"

"Karena gue murahan, lebih baik....kita putus Ran!"

"Gue udah bilang kan? Kita ga akan pernah putus! Lo ga murahan!"

"Gue murahan dan lo pantas dapat yang lebih baik!" balasku cepat dengan menundukkan kepala. Tidak sanggup menatap lebih lama netra biru yang selalu berhasil menghancurkan pertahananku.

"Sekali lagi lo ngomongin kata putus, gue bakal buat hancur bisnis keluarga Nara!" ancam Karan yang sukses membuat pandanganku kembali mengarah padanya.

"Jangan pernah berpikir lo bisa lari dari gue, Capella!"

"Lo selamanya bakalan tetap jadi milik gue!"

Setetes air mata lolos detik itu juga tanpa bisa aku tahan lagi. Rembesan air mulai mengalir di pipiku seolah berhasil menembus sekat pertahanan yang telah susah payah aku buat.

Lagian, luruhnya air mataku saat ini tidak bisa mewakili seberapa besar impresi kecewa yang aku rasakan.

"Lo egois Ran!" lirihku seraya mengusap mata dan pipiku dengan cepat.

Sekuat tenaga aku usahakan untuk membangun kembali benteng pertahananku guna menepis nestapa yang hendak menyapa.

"Hubungan kita udah toxic, dan gue ga mau lanjutin semuanya!"

Aku benar-benar sudah lelah menghadapi sikap Karan yang terlalu berlebihan. Ku akui, bahwa rasa untuknya memang telah ada. Tapi...aku juga tidak bisa hidup dalam kekangan.

"Lo lupa kata gue?"

Aku hanya diam tanpa berniat untuk menjawab pertanyaan darinya.

"Putusin Dika sekarang juga!" ucap Karan yang memulai kembali pembahasan mengenai sosok yang padahal merupakan abang kandungku sendiri.

Aku tidak ingin lagi menepis semua kesalahpahamannya. Lagian, dia juga tidak akan percaya bukan?

"Gue ga akan putusin dia Ran. Lebih baik hubungan kita yang berakhir! Kita putus ya?"

"Gue bilang sekali lagi putusin Dika!" sentak Karan dengan mencengkram lenganku secara mendadak.

"Kita putus Ran!" balasku dengan menatap netranya penuh ketegasan. Berharap ia sadar bahwa hubungan di antara kami memang tidak seharusnya tercipta.

Karan's Girlfriend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang