44. She's Back

3.1K 250 108
                                    

🌸🌸🌸

~𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰~

•••

"Kita berangkat?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kita berangkat?"

Karan berucap dengan tatapan sendu yang mengarah pada Tamara. Kini, ia dapat melihat bagaimana netra gadis itu sedang menyorot sayu pada seorang wanita yang terbaring lemah di brankar rumah sakit.

Tanara tersenyum kecil, sembari mencium telapak tangan sang ibunda yang ia genggam sedari tadi. "Tamara senang ada peningkatan sama kondisi mama."

"Tapi Tamara ga bisa lama-lama di sini. Acara tunangan Bang Dika sebentar lagi bakal di mulai,"

"Tamara pergi dulu ya ma ... nanti Tamara bakalan sering-sering ke sini."

"Cepat bangun, ma ..."

Suara Tamara begitu lirih dan lembut. Seolah ia tengah menggunakan seluruh perasaannya di dalam obrolan tersebut.

Ia tahu, bahwa ia tidak akan mendapatkan balasan dari sang ibunda. Tapi Tamara tetap melakukannya. Karena ia juga tahu, jika mamanya pasti dapat mendengarkan semua perkataannya dari alam bawah sadar sana.

"Ayo Ran," ujar Tamara mulai berdiri dan menatap Karan yang berdiri di sampingnya.

"Sebentar," balas Karan sembari menggenggam tangan Amara untuk disalimi.

"Saya izin, bawa anak tante pergi." tuturnya dengan nada yang penuh kesopanan.

Tamara sempat tertegun. Sikap Karan yang seperti itu berhasil membuat hatinya semakin luluh. Karan, seolah menghargai keberadaan mamanya walau sedang dalam kondisi terbaring sakit dan tidak sadar.

"Can we?" tanya Karan dengan mengulurkan tangan kanannya.

"Yes," jawab Tamara sembari menerima uluran tersebut dengan senyuman samarnya.

Kedua remaja itu pun berjalan berdampingan keluar dari rumah sakit. Sekarang, tujuan mereka adalah rumah utama Hamish. Rumah yang menjadi saksi pertumbuhan Tamara sedari kecil.

Malam ini, Karan tidak menyetir mobilnya sendiri. Pria itu lebih memilih menggunakan sopir. Dengan alasan agar dapat menatap dan berbincang bersama gadisnya lebih leluasa.

Namun faktanya, keadaan mereka kini tidak sesuai dengan yang ia rencanakan. Di sepanjang perjalanan, tidak ada obrolan yang tercipta di antara keduanya.

Di dalam mobil tersebut hanya terdapat keheningan. Tamara dengan kegugupannya. Sedangkan Karan lebih memilih menatapi gadis itu dalam diam.

"Ran, firasat aku ga enak." ungkap Tamara pada akhirnya mulai memecah suasana.

Jantung gadis itu tiba-tiba berdegup lebih kencang, saat pergerakan mobil yang mereka tumpangi semakin mendekati jalan menuju ke rumahnya.

"Kamu bisa tenang. Aku bakalan selalu ada di samping kamu."

Karan's Girlfriend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang