63. Kepergian Tamara

1.3K 123 113
                                    

🌸🌸🌸

~𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰~

•••


Sudah empat jam lamanya Karan menunggu dengan perasaan resah di depan sebuah ruangan dengan lampu merah yang menyala. Pertanda jika kegiatan yang terjadi di dalamnya masih berlangsung. Setelah ditangani di IGD, Tamara langsung dipindahkan ke ruangan operasi dikarenakan terdapat pendarahan di otak.

Dika sendiri sudah terduduk lemas dengan Lova yang berada di sampingnya. Sementara Hamish, lelaki paruh baya itu berada tidak jauh dari sang putra dengan menutupi wajahnya yang mungkin sudah sangat kacau.

Ketika firasat buruk terlintas di benaknya, kedua kaki Karan langsung melemah. Lelaki itu seolah tidak mampu membayangkan lebih jauh jika sampai hal di pikirannya itu menjadi kenyataan. Pada akhirnya, Karan pun mendudukkan dirinya di kursi tunggu sebelah kanan pintu, terpisah dari keluarga Tamara.

Matanya perlahan terpejam untuk menghalau suara-suara berisik di dalam benaknya. Tanpa sadar, Karan mulai terbawa ke alam bawah sadarnya. Lelaki itu tertidur dengan kekhawatiran yang tetap menyelimuti.

Tidak tau sudah berapa menit atau bahkan berapa jam telah berlalu. Namun di saat Karan dibangunkan oleh Hamish, lampu di dekat ruangan operasi tidak lagi menyala. Pertanda jika Tamara sudah selesai menjalani operasinya. Namun ada satu hal yang aneh, lelaki itu hanya mendapati kehadiran ayah dari Tamara di hadapannya. Tidak ada Dika mau pun Lova di sana.

"Gimana kondisi Capella? Operasinya lancar kan, Om?" tanya Karan saat kesadarannya telah kembali sempurna.

"Operasinya berjalan lancar. Putri saya juga sudah dipindahkan ke ICU. Namun, kondisinya kritis," lirih Hamish yang membuat tubuh Karan seolah tersengat aliran listrik seketika.

"Maaf dulu saya terlalu egois dan memisahkan kalian. Saya benar-benar menyesal ...."

Karan dapat melihat dengan jelas penyesalan yang sangat kentara di netra hitam yang sangat persis dengan milik gadis yang ia cintai tersebut. Namun, ia sendiri tidak tahu harus bagaimana untuk membalas perkataan pria paruh baya tersebut.

Semua manusia punya dosa dan kesalahan. Rasanya, Karan tidak bisa menghakimi kesalahan Hamish baik pada dirinya atau pun kepada Tamara.

Baru hendak berbicara, namun ponselnya berdering sehingga membuat Karan mengurungkan niatnya. Saat mendapati Dika yang memintanya untuk menjaga Tamara, Karan langsung tergerak dan bergegas menyusul keberadaan pria itu di ICU.

"Om, saya duluan ke ICU. Om ... mau pergi bareng?"

"Silahkan, saya masih harus mengurus sisa administrasi."

***

Siang hari pukul setengah satu, kedua mata Tamara mulai terbuka. Karan yang sedang menjaga gadis itu lantas dengan cepat menekan tombol di dekat nakas guna memanggil dokter yang bertugas.

"Tunggu dokter sebentar ya?"

"Kamu butuh sesuatu, hm?"

Karan dapat melihat kening Tamara berkerut tipis pertanda menolak penawarannya. Saat gadis itu hendak melepaskan masker oksigennya, tangan Karan langsung bergerak cepat menghalangi.

"Jangan dulu ya? Kamu ga boleh kekurangan oksigen." Karan dapat melihat Tamara menggeleng pelan. Entah mengapa gadis itu seolah bersikeras ingin berbicara.

Karan's Girlfriend Donde viven las historias. Descúbrelo ahora