36. New Prob

2.8K 204 12
                                    

🌸🌸🌸

~𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰~

•••

Tamara memandang pintu putih di hadapannya dalam diam. Keraguan mulai meliputi gadis itu ketika mengingat rumah ini bukanlah seperti rumahnya yang dulu.

Klak

"Eh non Capella udah balik? Mau bibi siapin makanan?"

Sambutan dari bi Santi yang berada di hadapannya tepat setelah ia membuka pintu membuat Tamara mengulas sebuah senyuman tipis.

Puk

Tamara mulai memeluk erat tubuh ART di rumahnya tersebut tanpa aba-aba. Saat merasakan Bi Santi membalas pelukannya dengan sedikit mengusap punggungnya yang bergetar, berhasil membuat Tamara tidak lagi dapat menahan tangisnya.

"Tamara pengen pulang bi," lirihnya yang masih dapat terdengar.

"Pulang kemana non? Non mau ke apartemen den Dika lagi hm?"

"Bukan itu bi..."

"Jadi non maunya apa? Non udah di rumah sekarang, non mau kemana?"

"Aku mau pulang ke rumah....."

"....tapi...udah di rumah," lirihnya kembali yang masih dapat terdengar.

Detik itu juga air mata Tamara tumpah tanpa bisa ia tahan. Gadis itu menangis tanpa suara di dalam pelukan wanita paruh baya yang telah ia anggap seperti keluarganya sendiri selama ini.

Mendengar suara parau nona mudanya membuat hati bi Santi terenyuh. Ia pun melepaskan pelukannya sembari memegang kedua lengan Tamara pelan, lalu mengusapnya penuh kasih sayang.

"Mau ke apart den Dika? Atau mau ke rumah adeknya nyonya?" tanya bi Santi dengan mengusap air mata gadis di hadapannya.

Tamara menggeleng pelan, "A-aku gatau, rumah aku sebenarnya yang mana bi..."

"Shutt jangan bilang kaya gitu non, di sini rumah non."

"Tapi di sini ga ada siapa-siapa bi, di sini ga ada Mama. Di sini ga ada bang Dika. Rumah ini ga kaya dulu lag--"

"Shutt, non ga boleh ngomong kaya gitu. Di sini udah ada bibi, non masih punya bibi."

"Tapi Tamara juga mau ada Mama..." ucap gadis itu dengan tangis yang perlahan mulai mereda.

"Non kangen sama nyonya ya? Nanti kita pergi sama-sama ke rumah sakit gimana?"

Tamara menatap lurus ke arah bi Santi sebelum menganggukkan kepalanya pelan. "Makasih bi, Tamara sayang bibi." ucapnya kembali memeluk tubuh bi Santi erat.

Wanita paruh baya yang berada di dalam pelukan Tamara tersebut hanya dapat tersenyum sendu. Ia sangat jarang mendapati kondisi nona mudanya seperti ini. Gadis itu selalu berhasil menutupi semua masalahnya rapat-rapat.

Usia remaja yang memang merupakan masa-masa labil terkadang masih membuat Tamara tidak mampu mengontrol emosinya.

Walau begitu, tetap saja hal tersebut membuat bi Santi merasa kagum dengan sikap Tamara yang luar biasa. Gadis itu mampu untuk tetap bertahan dengan hidup yang kelam, di saat semua masalah setiap hari datang dan menerpanya.

'Non harus bahagia...'

***

Di lain tempat....

"Woy Ran, ngelamun aja lo terus sampai markonah punya anak!" ucapan Rangga yang nyaring tersebut mampu membuat Karan tersadar dari lamunannya.

Karan's Girlfriend Where stories live. Discover now