42. Forever?

2.8K 186 2
                                    

🌸🌸🌸

~𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰~

•••

Jederrrr....jederr

Suara petir mulai menggelegar dan bergemuruh cukup keras. Disertai dengan turunnya rintik-rintik tetesan air hujan yang jatuh ke permukaan dan membasahi tanah.

Karan dan Tamara, kedua insan itu saling memandangi satu sama lain. Sebelum akhirnya, Karan mulai menarik pergelangan tangan gadis itu dan menuntunnya untuk berlari mencari tempat berteduh dengan cepat.

Deru nafas Tamara memburu dengan memegang dadanya yang terasa sedikit sesak. "Huhhh kenapa kita malah neduh di sini?" tanya gadis itu sembari menatap pria di hadapannya penuh kebingungan.

Karan terkekeh pelan dan mencubit hidung mancung Tamara sehingga membuat sang empunya mendengus kesal.

Pria itu tersenyum lebar sampai kedua sisi matanya mulai menyipit, "Ya sekalian makanlah memangnya mau apa lagi? Yaudah ayo!" ajak Karan seraya menarik pergelangan tangan Tamara untuk memasuki warung bakso yang berada di sebuah ruko empat lantai, bercat hitam yang baru saja mereka hampiri.

Meja yang berada paling pojok di tempat tersebut menjadi pilihan Karan untuk mereka tempati. Tamara sempat mengerutkan keningnya heran sebelum akhirnya memilih buka suara.

"Perasaan aku, di kantin sekolah kamu duduknya juga suka di tempat paling pojok deh. Kamu memang suka duduk di pojokan ya, Ran?" tanya Tamara sembari menduduki sebuah kursi yang berada tepat di samping kekasihnya tersebut.

Karan tersenyum tipis menanggapi, "Yeah, you right. Duduk di pojokan itu rasanya tenang, kaya menjauh dari kebisingan." jelas Karan yang hanya dibalas anggukan pelan oleh Tamara.

"Mas, mas!" panggil Tamara pada seorang pelayan yang berada di dekatnya. Pelayan tersebut menoleh dan mengangguk singkat sebelum akhirnya mendatangi meja yang mereka tempati.

"Pesan apa mbak?" tanya pelayan tersebut sembari memberikan daftar menu kepada Tamara yang menerimanya dengan senang hati.

Tidak ada angin tidak ada badai. Karan dengan tiba-tibanya malah menatap pelayan tersebut dengan tatapan yang sangat tajam.

Bukan tanpa sebab, itu semua ia lakukan lantaran pelayan pria tersebut menatap Tamara tanpa berkedip sehingga berhasil membangkitkan sifat possesive di dalam dirinya.

"Karan, kamu pesan apa?" tanya Tamara mengalihkan pandangannya dari buku menu dan beralih menatap ke arah Karan.

"Ran?" panggilnya kembali saat pria itu tak kunjung menjawab. Namun di detik itu juga, Tamara dapat merasakan hawa yang menyeramkan keluar dari pria di sampingnya tersebut. Oh ya, jangan lupakan juga tatapan elang yang Karan layangkan untuk--

Pelayan yang ada di hadapan mereka? Maybe...

Karan memegang pundak Tamara secara tiba-tiba dan mengalihkan badan Tamara sehingga menghadap penuh ke arahnya. Dan tentunya hal tersebut membuat posisi gadis itu jadi membelakangi sang pelayan.

Tidak sampai disana, bahkan Karan juga turut memasangkan tudung hoodie yang dikenakan Tamara sehingga menutupi kepala gadis tersebut secara keseluruhan.

"Mine!" tegasnya sembari menatap tajam pelayan pria yang sudah kelihatan heran dengan sedikit salah tingkah.

Sementara Tamara, ia rasanya ingin menghilang di detik itu juga. Padahal yang berulah Karan, tetapi mengapa dirinya yang malah merasa malu? Baginya sifat possesive Karan sudah sangat-sangat keteraluan.

Karan's Girlfriend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang