02

23.5K 1.8K 39
                                    




Riani tersenyum manis membuka pintu kamar milik sang anak.
kamar bernuansa soft blue itu terlihat menyegarkan mata dengan segala pernak perniknya.

Dapat dilihatnya kini anak manisnya tengah bergelung dibawah selimut yang hampir menutupi seluruh badannya menyisakan kepala saja.

" Abii~ " panggil Riani merapikan rambut abigaeil yang mencuat di balik selimut.

" Abi, bangun sayang~ sudah pagi...
Abi tidak ingin sarapan? hari ini mama buat kue coklat loh, Abi tidak mau.."

Abigaeil melenguh dalam tidurnya, mulut kecilnya mengecap seakan mencari sesuatu jari-jari pendeknya berusaha menarik kembali selimut yang semula telah disingkap oleh Riani, untuk kembali menutupi wajahnya.
Pemandangan itu sukses membuat Riani memekik kegemasan berlanjut dengan menciumi pipi bulat mirip bongkahan salju saking putihnya kulit sang anak.
bahkan Riani sendiri heran mengapa anak bungsunya itu bisa seputih itu.
melupakan fakta bahwa dirinya juga memiliki kulit yang juga sangat putih.

" Abi~ "

" 1 jam lagi...umm..
mama~ " lenguh buntalan daging itu

" Ga bisa dong..masa satu jam, abigaeil bangun sekarang atau mama akan memajang kue coklat punya abi di etalase toko mama akan menjualnya.." ancam Riani

" Hg.. jangan..Abi mau kue..hoam...." ucap Abi segera bangun tergesa dari tidurnya.
meringis tertahan akibat pusing yang melanda.

" Kenapa? pusing? " cemas Riani mengusap wajah sang anak.
Abi mengangguk pelan mengerjapkan matanya.

" Ish.. makanya hati-hati bangunnya.."

Omel riani, namun segera menciumi kening putih itu melihat bibir plum milik sang anak sudah sepenuhnya melengkung dengan mata berkaca-kaca, sebab berpikir Riani memarahi dirinya.

" Udah mama cium sebentar lagi pasti pusingnya hilang.." ujar Riani tersenyum lembut, Abi mengangguk pelan berjalan perlahan menuju kamar mandi kecil disudut kamarnya.

Sementara Riani Melihat punggung sempit itu menjauh menghela nafas pelan.

" Abigaeil-nya mama udah besar sekarang mama ga nyangka bisa merawat kamu hingga sebesar ini... terimakasih sudah bertahan sayang, terimakasih sudah menjadi alasan mama untuk hidup...
panjang umur nak..." monolog Riani mengusap bingkai foto diatas nakas.

" Kalian... bagaimana? mama rindu sekali sama kalian...
mas Sehan, kak sena, kak Seno Ian bukan lagi adek ya nak.
Soalnya kan sekarang ada Abi..bang Ian... hehehe bungsunya mama sudah jadi Abang sekarang..." Riani bermonolog sambil tersenyum kecut namun matanya justru memerah digenangi air mata.

" MAMA! " teriak si kecil heboh yang berlarian menuruni tangga rumahnya.

" Astaga! Abi!? jangan berteriak "

" Jangan berlari! abigaeil!? Astaga anak ini.."

Riani berkacak pinggang, memeloti Abi yang tersenyum manis.

" Abi... berapa kali mama bilang jangan berlari turun tangga...nanti jatuh bagaimana? lain kali jangan diulangi lagi...paham.." ujar Riani masih dalam posisi semula.

Abigaeil mendekat berjingkat sedikit guna menggapai wajah cantik mamanya dan

Cup...

Riani repleks menyentuh bagian wajahnya yang terasa basah setelah dikecup oleh sang anak, membuat hatinya berbunga kesenangan.

" Mama jangan ngomel terus, nanti tambah tua..."

Jleb...

Riani mendengus kesal mendengar ucapan polos sang anak.

ABIGAEILWhere stories live. Discover now