55

2.2K 329 56
                                    

.
.
.



Malam kian larut suasana semakin sepi dan senyap di rumah besar milik Wishnutama kian terasa.

Dibawah temaramnya lampu ruang kerja milik si kepala keluarga kini seorang pemuda tampan berdiri berseberangan meja jati mahal yang berpahat indah yang berfungsi sebagai tempat biasa si kepala keluarga berkerja jika di rumah, saksi bisu betapa kerasnya seorang Andhika Wishnutama bekerja, saksi atas gila nya ia pada pekerjaan nya tempat dia mana ia biasa menghasilkan pundi rupiah yang tak sedikit jumlahnya.

Terlihat dari betapa mewahnya ruangan ini berkonsep classic dengan sentuhan ornamen-ornamen unik yang dominan berwarna cokelat, dan gold.

Tempat yang sempurna dan nyaman tentunya.

Kembali lagi pada si pemuda bertubuh tinggi dan besar yang senantiasa menampilkan wajah datar dengan aura yang jika di lihat sekilas cukup menyeramkan tampak tiada ramah disana.

"To the point, Papa mau apa?"

"Kalo Papa mau hukum aku soal masalah kemarin silahkan, tapi aku ga akan minta maaf"

"Terserah Papa mau lakuin apapun sama aku"

Andhika menghembuskan nafas perlahan sudut bibirnya terangkat sempurna membentuk kurva senyuman menanggapi ucapan sang anak

Mendapati reaksi sedemikian dari sang kepala keluarga membuat si anak menaikan alisnya, bingung juga dengan sang Papa.

"Mau nge-wiskhy ga dek?"

Zaidan mengerjap mendengar suara sang Papa, arah pandang nya mengikuti sang Papa yang bangkit dari kursi kebesarannya menuju salah satu sudut di ruangan ini

Sebuah bar mini, lengkap dengan koleksi minuman haram sang Papa yang ia tahu harganya luar biasa itu bahkan beberapa harganya sangat fantastis jika hanya untuk sebuah minuman

Namun kembali lagi ada harga ada kualitas, ada harga ada rasa.

"Kebetulan Papa baru dapat whisky baru dari temen lama Papa langsung dari Paris"

"Mau coba ga dek? papa juga belum coba juga soalnya nunggu ada temennya."

"Mas mu ga bisa di ajak males papa dia suka ngomel soalnya, kak na hhh dia ga bisa minum setetes aja mungkin dia tipsy duluan" Andhika mengeleng seolah perihatin dengan toleransi alkohol sena yang anjlok sekali.

"Seno? Papa ga mau dia kaku kaya kanebo kalo kata Ray, Ian juga dia ga asik diajak ngobrol jawabannya Hem Hem terus. Rayidan? dia bagian terburuk kalo diajak minum dia kalo tipsy nyebelin banget, ngeselin pingin papa jual rasanya"

Andhika bergidik, membayangkan betapa menyeramkan Rayidan kalo sedang mabuk kelakuannya itu lho aneh sekali meskipun sehari-hari juga aneh tapi kalo sudah tipsy akan berlipat anehnya bayangkan saja.

"Kebetulan adek ada disini, mau minum sama Papa?"

Zaidan diam saja memperhatikan sang Papa yang mulai sibuk dengan minum nya bahkan menyiapkan beberapa buah sebagai cemilan.

Zaidan hanya bisa mengerjap bingung dengan tingkah sang Papa yang seolah tidak terjadi apapun, padahal Zaidan sudah menyiapkan diri menerima segala hukuman yang akan Papa nya berikan, ia tidak peduli mau itu secara fisik maupun verbal dia sudah menyiapkan diri dan mentalnya
meskipun tidak berbohong dia merasa gugup dan sedikit takut sebelumnya ketika Papa memintanya ke ruang kerjanya.

"Sini, malah bengong"

Ucapan sang Papa menyadarkan Zaidan melihat papanya sudah menata kudapan haramnya di atas meja, ragu sebenarnya untuk mendekat namun melihat senyuman teduh sang Papa membuat tubuh Zaidan seolah terhipnotis mendudukkan diri di samping sang Papa.

ABIGAEILTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang