34

10.9K 966 107
                                    





🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀

Zaidana berjalan santai muka datar, menjurus ke tengil sih sebenarnya.
tapi entahlah bagi kaum hawa itu malah terlihat sangat cool, tampan dan gagah sekali.

Rambut yang tidak pernah ditata, dibiarkan urakan begitu saja seragam yang tidak pernah rapi dan kadang warna sepatu yang tidak seragam dengan pelajar lainnya.
berulang kali di tegur, diberi peringatan tak jarang hukuman tidak juga membuat pangais bungsu keluarga wishnutama ini jera, belum lagi para antek-anteknya yang ikut sengklek macam ketuanya.
hanya Damian sajalah yang terlihat paling normal diantara mereka, sometimes.

Kaki jenjangnya berhenti tepat di depan pintu sebuah kelas, netra bulatnya menggelap dengan tangan terkepal. Seringai tipis tersungging di bibirnya membuat teman-temannya yang sedari tadi menyimak mengerutkan keningnya, bahkan aming yang biasanya heboh terdiam seketika.

.
.
.

Abigaeil berjalan perlahan menuju meja guru, setelah mengumpulkan buku paket milik teman-temannya yang di pinjaman dari perpustakaan yang terdapat di dalam kelas mereka untuk kembali di tata disana, ini seharusnya bukan hanya menjadi tugasnya sebagai petugas piket kelas dihari ini. Tapi juga merupakan tanggung jawab teman piket nya apalagi buku-buku yang harus dikumpulkan itu banyak dan tentunya berat tapi mana ada yang mau membantu dirinya.
bahkan guru yang sedang mengajar di depan sana pun diam saja membiarkan anak manis itu berkeliling kelas guna mengambil buku-buku paket tebal itu.

Atas nama kekuasaan dan tentunya kekuatan uang, iya darma utama.
terkenal dengan sekolah elit yang dihuni oleh anak-anak orang kaya, konglomerat, anak pejabat, dan terpandang lainnya.
tidak ada tempat untuk siswa-siswi yang sederhana di sekolah ini terlepas dari seberapa pintarnya pun, bila sudah termasuk anak beasiswa maka bersiaplah menerima perlakuan tidak adil dari para penghuni yayasan ini.

Dan agaknya itu juga yang dirasakan oleh Abigaeil, bungsu keluarga wishnutama yang tidak diketahui sama sekali asal usul nya, yang hanya dikenal sebagai siswa berprestasi tapi juga sebagai siswa miskin" jelas saja status sosial yang jauh daripada teman-temannya yang lain kerap kali membuatnya menjadi bahan bullying, hingga kekerasan.

Anak manis itu meringis sedikit ketika kedua lengannya terasa sedikit kebas dan sakit sebab harus menahan bobot belasan buku paket tebal itu, dengan helaan nafas pelan ia berusaha tersenyum menyembunyikan wajah memerahnya dialiri keringat. Ingatkan ia untuk meminta Ray memijat lengannya nanti.

" Ugh... berat na.." guman Abi pelan sambil terus memperhatikan jalannya.

Namun

Brugg!
Srakkk..!!

Mata kucingnya membulat lucu dengan mulut terbuka sedikit.

" Ups.."

"Buku na... jatuh.."

Erik cekikikan di tempatnya kala melihat Abigaeil terjatuh menghantam lantai kala ia dengan sengaja menjegal kaki Abigaeil.

" ASTAGA! "

" Suara keributan apa itu?! "

Guru wanita bersanggul rapih, dengan kacamata bulatnya mengeram, bangkit dari duduknya ketika mendengar suara berdebum.

" Biasa buk, si cupu bikin rusuh" kompor salah satu teman erik, Dino.

wanita itu berkacak pinggang dibalik mejanya menatap tajam Abigaeil yang menunduk takut.

" Apalagi yang kamu lakukan?! kenapa bukunya bisa jatuh semua...! "

" ABIGAEIL! "

Abigaeil berjengit kaget kala mendengar guru wanita itu meneriaki dirinya.

ABIGAEILWhere stories live. Discover now