04

18K 1.4K 68
                                    

🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀

Riani berkacak pinggang dengan wajah dibuat se-marah mungkin.
matanya sembab sehabis menangis jelas saja bagaimana tidak
ia hanya terlambat beberapa menit menjemput anaknya, namun harus dibuat kelimpungan kesana kemari karena tidak menemukan anak manis itu dimanapun.
bahkan sudah bertanya kepada semua orang yang dijumpainya namun nihil keberadaan anak itu.

Riani dibuat khawatir, cemas dan takut terjadi sesuatu pada anak imutnya itu, memikirkan skenario terburuk terjadi pada abigaeil membuat dirinya hampir mati rasanya.

" MAMA ! " abigaeil berteriak memasuki toko kue kecil milik mama-nya, tidak banyak pembeli hanya beberapa yang ikut menoleh terlonjak karena suara pekikan remaja kecil yang baru saja memasuki toko.
Tyas di meja kasir tersenyum, menghela nafas lega melihat kesayangannya pulang dalam keadaan baik-baik saja tanpa kurang satu apapun hanya saja pipi tembem itu saja yang sudah memerah mungkin karena terik matahari diluar sana.

" Mama ?! " abigaeil Kembali memekik.

mengulum bibir plum-nya kala melihat tatapan tidak bersahabat milik mama-nya.
tanpa menjawab Riani langsung membalikkan tubuhnya masuk kedalam rumahnya mengabaikan raut sedih putra kecilnya.

" Mama~ "

" Masuk abigaeil..."

Oh sekarang abigaeil benar-benar takut mama, marah dan itu sungguh bukan ide yang bagus.
bisa-bisa ia tidak dapat jatah kue coklat kesukaannya... tidak-tidak bagaimana jika mama benar-benar marah dan membuang dirinya kejalanan seperti yang pernah diceritakan bibi bakpao?

" Abigaeil...? "

Suara tegas mama memutus pemikiran innocent anak manis itu.

Riani sampai didalam rumahnya, duduk di ruang tamu minimalis itu dengan tangan bersedekap di dada.
abigaeil mengerjapkan matanya memandangi wajah tertekuk milik wanita tersayang nya itu.

" Mama~ "

"Mama marah?
minta maaf mama~ " abigaeil memulai lebih dulu, dengan kepala tertunduk menatap lantai rumahnya.

" Tau apa kesalahan kamu abigaeil..?"

Tanya Riani penuh penekanan, abigaeil mengangguk ragu-ragu.

" Pulang lambat...ndak tunggu mama~
jalan-jalan sendiri,.naik bus sendiri~
maaf mama.." lirih abi mengigit bibirnya takut sekali dengan aura tidak biasa mama-nya.

Riani menahan nafasnya sebentar dengan mata membelalak mendengar pengakuan lirih anaknya.

" Astaga! Abigaeil?!" dengus Riani

" Kamu naik bus sendirian? astaga nak kamu tau itu bahaya??
bagaimana jika terjadi sesuatu, bagaimana jika ada yang ingin berbuat jahat... Abi kenapa tidak nurut apa yang mama bilang... naik bus sendirian saat kamu tau, kamu buta arah bagaimana jika tersesat..."

Riani mengeleng tidak percaya,.
memejamkan matanya kala pusing melanda kelakuan anaknya itu sungguh membuatnya mengelus dada banyak-banyak bersabar.

" Maaf ma..." cicit abi, tangannya bertaut gelisah.

" Enggak... mama marah sama Abi,
Abi nakal banget..mama ga mau punya anak nakal..."

Abigaeil mengeleng ribut mengangkat kepalanya memperlihatkan netra indahnya sudah memerah, menahan tangisnya.
Riani memalingkan wajahnya takut tergoda dengan wajah mengemaskan abigaeil.

"Maafin mama..Jan-gan marah-marah hiks.. maafan Abi mama~ hiks.. maaf jangan buang Abi..Abi janji ndak nakal lagi..janji ndak pergi-pergi sendiri lagi..sesat-sesat sendiri lagi..."

ABIGAEILWhere stories live. Discover now