29

12.3K 1K 106
                                    




🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀






DARMA UTAMA HIGH SCHOOL

Zaidan mendatarkan wajahnya begitu mobilnya sampai diparkiran sekolah,
sebuah Lamborghini Veneno dengan warna hitam tunggangan favoritnya setelah motor sport kesayangannya.

Wajah tampan, tubuh tinggi, tatapan tajam belum lagi rambut yang mulai tumbuh panjang menambah kesan bad boy dan manly seorang zaidan, membuat kaum hawa se-darma utama terpikat pesonanya.

Abigaeil celingukan ke sekeliling, meremat tas sekolahnya.
mata kucingnya dibalik tubuh tinggi zaidan mengedar memperhatikan para perempuan yang berbisik bahkan ada yang sampai memekik kala zaidan melewati mereka, curi-curi pandang pada wajah datar zaidan.

" Nah, bulett... sampai lo mau gue anterin sampe kelas ga? " tawar zai ketika mereka sampai di persimpangan yang mana bila lurus kedepan kelas abigaeil, dan bila belok kanan dekat tangga kelasnya zaidana.

Abigaeil mengembungkan pipinya, menatap sengit zai.

" Abi ndak bulett ya..!" dengusnya

" Sana-sana~ idan pergi aja.
abi bisa pergi ke kelas sendiri" suruh abi ketika melihat beberapa mata masih betah menatapi keduanya. abi risih omong-omong.

" Idih ngusir "

" Y udah gue ke kelas, kalo ada apa-apa atau kalo ada yang gangguin lo kasih tau gue..oke.." ucap zai

Abigaeil mengangguk malas, mendengarnya melambaikan tangannya sebagai syarat menyuruh zai pergi.

" Bye-bye, abang pergi ya " zai nyengir mengusak rambut yang lebih muda sebelum beranjak dari tempatnya, merasa bangga karena sekarang ia sudah punya seorang yang bisa ia panggil adik.

Lantas cengiran zaidan membuat beberapa kaum hawa yang intens menatap interaksi kakak-beradik itu memekik heboh.

Ini momen langka melihat manusia semacam zaidan tersenyum...

Abigaeil mengangkat bahunya, mengabaikan mata yang menatap penuh tanya padanya.

Termasuk sepasang bola mata yang menatap tajam pada sosok mungil yang telah beranjak pergi.

Abigaeil tersenyum manis, duduk tenang di bangkunya seperti biasa tidak ada yang menyapanya didalam kelasnya. ia di jauhi tidak punya teman hanya karena ia dikenal sebagai siswa miskin anak beasiswa.

.
.
.

" Ray..."

Abrian mencolek lengan rayi yang tengah asyik memainkan game di ponselnya, mengabaikannya sedari tadi.

" Ray..?! " panggil ian lagi

" Hm.."

Menghembuskan nafasnya pelan mendengar suara rendah ray.

" Lo marah..? " tanya ian merasa ray mendiaminya.

" Gak, emang kenapa gue mesti marah sama lo..? " tanya ray

" Ya terus Lo ngapain diem terus ga respon waktu gue ajak ngomong.. dirumah juga gitu Lo nge-hindar " cerocos ian

Ray menaikan satu alisnya, menatap kesal abrian.

" Ya menurut lo aja, gue masih kesel ya. gara-gara lo gue sampe ingkar janji sama adek.." ujar ray sewot

Ian menghela nafas panjang

" Cuma karena itu doang, gue ngelarang juga kan buat kebaikan lo, gue ga mau lo dikeluarin dari basket cuma gegara anak itu "

Ray memejam mendengar ocehan abrian, pingin rasanya menyumpal mulut ian dengan sepatu miliknya.

ABIGAEILWhere stories live. Discover now