19

10.2K 778 21
                                    








🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀










Hari ini tepat satu Minggu setelah kepergian riani dari dunia ini dan tidak akan pernah kembali lagi.

" Ma...mas datang..."

Sehan menatap sendu gundukan tanah merah berbau harum semerbak bunga khas makam baru pemandangan pertama yang sehan lihat dari atas kursi rodanya.

Sehan baru saja keluar dari rumah sakit kemarin sore dan pagi ini langsung menemui mama-nya

Sampai sekarang ia masih tidak percaya jika mama-nya sudah pergi tanpa mengucap perpisahan terlebih dahulu
sesal kini turut sehan rasakan tapi apa bisa dikata nasi sudah menjadi bubur.

" Hai mama... mas sama adik-adik datang~ "

Iya, sehan tidak sendirian ia temani oleh semua adik-adiknya yang terdiam menatapi gundukan tanah merah itu tanpa kata namun gurat kesedihan masih jelas terlihat pada wajah tampan itu, termasuk ray dan zai yang mungkin juga turut merasakan kesedihan yang melanda saudara mereka.

" Maaf ya ma..mas sedikit telat buat nemuin mama"

Sehan menelan salivanya membasahi tenggorokan yang terasa tercekat sekali, begitu pula dengan adik-adiknya yang berusaha kuat menahan tangisnya agar tidak pecah, mereka sudah berjanji untuk tidak lagi menangisi kepergian sang mama.

" Ma... sehan dan adik-adik minta maaf sama mama pernah sempat membenci mama pernah tidak percaya sama mama...
papa sudah cerita semuanya.. alasan kenapa mama ninggalin kita waktu itu "

Abriansyaa memalingkan wajahnya menyeka air matanya, ikhlas hanya sebatas kata baginya.
omong kosong jika ia mengatakan sudah mengikhlaskan kepergian sang mama, nyatanya ia masih belum merelakan sang mama ia tidak menyangka jika takdir sebegitu jahatnya mempermainkan hidupnya.

Ia benci semuanya ia benci hidupnya ia benci pada dunia yang tega memisahkan dirinya dengan sang mama yang bahkan belum sempat ia rasai kasih sayangnya.

" Ma... tolong maafkan kami ma-af.." sehan sungguh kehilangan kata-katanya mengusap butiran air mata yang turun dengan lancarnya, sena dibelakang mas-nya tidak tinggal diam  mengusap bahu bergetar mas-nya.

Hingga hening menerpa beberapa saat hanya suara isakan tertahan yang terdengar baik dari mulut sehan, sena juga ray yang turut meluruhkan air matanya.
berbeda dengan tiga lainnya, zaidan yang ambil jarak dibelakang seno yang berdiri kaku melipat bibirnya abrian jelas hanya menatap sendu makam sang mama.

" Ma...kita ikhlas terimakasih sudah sempat Kembali.. terimakasih sudah melahirkan kami .. ini pasti berat kan, buat mama lalui sendiri, mama pasti lelah kan..?
jadi sekarang mama bisa beristirahat~
tunggu kami ma, tunggu mas nanti kita kumpul lagi disana jadi keluarga yang utuh..hiks.."

Sehan menutup kalimatnya meletakan sebuket bunga mawar putih diatas gundukan tanah itu.

" Kita pamit ma..semoga mama bahagia dan tenang disana.." ujar sehan

" Bang..? "

Sena menoleh pada abrian yang lebih dulu meninggalkan area pemakaman tanpa kata, disusul oleh sang kembaran arseno.

" Kak..?! " ray menatap sendu punggung dua saudaranya yang telah berlalu tanpa ada niatan untuk berpamitan pada si empu makam.

" Ray... gak pa-paa.. mereka masih perlu waktu untuk menerima ssmua ini.."

Kata sehan masih menatap gundukan itu dengan wajah berurai air mata.

Kata sehan masih menatap gundukan itu dengan wajah berurai air mata

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
ABIGAEILWhere stories live. Discover now