06

15.3K 1.2K 15
                                    

🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀


Pagi ini abigaeil sudah bersiap dengan pakaian sekolah barunya,
hari ini adalah hari pertamanya memasuki sekolah menengah atas.
gugup dan takut memenuhi perasaannya saat ini.
gugup karena sekolah barunya merupakan sekolah elit dan berkelas jarang sekali anak-anak seperti dirinya bisa memasuki sekolah elit semacam Darma utama.
berkat kecerdasan yang dimilikinya ia mendapatkan kesempatan bersekolah disana, melalui jalur beasiswa tentunya.
Dan takut jikalau ia tidak memiliki teman disekolah baru-nya
selain fathar tentunya, takut jika ia akan menjadi bahan bullying seperti sekolah lamanya.

" Anak Mama udah siap aja..."

Abigaeil melongok mendengar suara mama-nya diambang pintu kegiatan yang sedang memasukkan beberapa buku pelajaran kedalam tas-nya terhenti.

" Gimana? sudah siap dengan sekolah baru-nya..? " tanya Riani berjongkok menyesuaikan tingginya dengan abigaeil yang duduk di kursi belajar nya, lantas tangannya menangkup pipi gembul milik Abigaeil pipi putih sangat putih bahkan.

" Kok murung mukanya?
Abi ga suka Sekolah barunya? " tanya Riani lagi melihat anaknya mengembuskan napas berat dengan wajah tertekuk

" Bukan ndak suka mama, tapi Abi takut..." cicit abi pelan

" Takut? takut kenapa..." tanya Riani mengerutkan keningnya

" Takut ndak ada yang mau temenan sama Abi.. "lirih anak itu

" Takut Abi diejek anak haram lagi.. karena ndak punya papa~"
Cicit abi sepelan mungkin.

Deg!

Hati Riani mencelos, sakit sekali. rasanya mendengar suara pelan anaknya ketika membahas hal yang sangat dihindari oleh dirinya.

Nyatanya bungkamnya selama ini membawa penderitaan tersendiri bagi putra kecilnya.
akankah pilihan menghilang dari
wishnutama adalah yang terbaik...

" Hm..Hhg.."

Abigaeil panik sendiri melihat wajah sedih mama-nya, ini pasti karena ucapannya.
sudah beberapa kali mama-nya mengatakan untuk tidak membahas tentang papa,.

" Mm..Mama~ ma-af" bibir mungilnya mengerucut dengan kepala tertunduk

Riani tersadar dari pikirannya lalu tersenyum manis pada sang anak.

" Ga papa, abi jangan minta maaf~
ini bukan kesalahan Abi sama sekali.." ujar Riani lembut merapikan helai rambut si kecil dengan sayangnya.

" Justru harusnya Mama yang minta maaf~
maaf ya sayang mama belum bisa menjadi ibu yang baik buat Abi..belum bisa menjadi seperti yang Abi inginkan..maaf sayang.. maaf~"

Abigaeil mengeleng dengan mata berembun, sesak hatinya mendengar suara lembut mama-nya melihat wajah sendu itu.

Tangan mungilnya terangkat mengusap dataran lembut kulit wajah yang mulai berkeriput dimakan usia pertanda mamanya sudah cukup bekerja keras melupakan dirinya sendiri, pertanda bahwa cukup sudah yang diberikan oleh mamanya pada abigaeil.

" Mama~ ndak boleh ngomong begitu~abi ndak suka dengarnya...
mama everything buat Abi...ndak ada yang lain, mama itu Mimi peri nya Abi, papa-nya abi, kesayangannya Abi selama-lamaaaa~ nya~ Ndak ada yang lain~ " ujar abi serak menahan tangisnya, jangan lupakan wajah sendunya. mengeleng ribut kala mama-nya malah meminta maaf kepada dirinya.

Riani terkekeh kecil mendengar suara lucu anaknya lantas mengangguk pelan.

" Mama tau~" ujarnya menyatukan keningnya dengan kening sang anak menyalurkan betapa sayangnya Riani pada anaknya itu.

ABIGAEILTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang