48

9K 590 124
                                    











🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀

















Zaidan mengusap pelan bahu sang Nenek yang terlihat rapuh, setelah perdebatan barusan Neneknya malah ditinggalkan semua keluarganya di ruang tamu.
hanya tinggal Zaidan yang sedia menemani, mata bulatnya curi-curi pandang pada sang Nenek yang terlihat sedih?
atau tidak, soalnya raut wajah sang Nenek terlihat memerah sekarang terlihat marah.

" Kamu liat sendiri kan, Zai? bagaimana perilaku papa dan saudara kamu yang lain pada Nenek"

" Nenek kesini hanya ingin bertegur sapa, sekedar melepas rindu tapi kamu lihat sendiri kan?
apa yang nenek dapatkan... "

Tanya Wiranti sendu, bahkan kini tangan berkeriput nya mencoba menyeka air mata palsu nya.
membuat Zaidan merasa tak enak dan kecewa atas sikap Papa terutama saudaranya.

Apa tidak ada yang bisa melihat ketulusan nenek, dan kebaikan sang Nenek dikeluarga ini.
helaan nafas kasar dihembuskan nya terus berusaha menenangkan sang Nenek yang terlihat sedih sekali.
ia memang tak sepenuhnya mengerti tentang apa yang terjadi di masa lalu, yang jelas ia tahu jika mama-nya bukanlah orang baik lalu apa hubungannya kesalahan yang dilakukan oleh mama-nya dengan Nenek?
bukankah wajar saja jika nenek menginginkan yang terbaik untuk wishnutama

" Udah ya Nek, nenek jangan sedih lagi~ "

Wiranti tersenyum mengusap tangan kekar Zaidan yang melingkar di lehernya, Cucu kesayangannya itu bahkan tak melepaskannya sedari tadi

" Hmm, terimakasih. memang hanya kamu yang bisa Nenek andalkan... " katanya

" Oh iya Zaidan, dimana anak itu? "

Zai melepas pelukannya, melihat sang Nenek

" Anak? Hm maksud Nenek adek? " Zaidan balik bertanya

" Ah.. iya, dimana dia nenek tidak melihatnya sedari tadi "

" Mm mungkin masih tidur nek, soalnya kemarin sempat demam " jawab Zaidan cukup senang karena sang nenek mau bertanya tentang adik mereka

" Demam? dia masih sakit"

Agaknya Wiranti masih penasaran dengan rupa anak bungsu Riani itu, sudah semenjak lahir ke dunia Wiranti bahkan tidak mengetahui bagaimana bentuk wajah dari anak itu.
sedikit penasaran apakah anak itu musuh yang kuat, dan seberapa mengancam kehadiran anak itu untuk rencananya.

" Ya gitu deh Nek, adek sakit~ " jawab Zaidan disertai helaan nafas beratnya

Wiranti menyeringai tipis, tangannya dibawa mengusap punggung sang cucu.

" Tidak pa-pa, nanti juga akan sembuh kan? "

Zaidan mengangguk lirih, berharap memang begitu.
dia tidak tega melihat adik kecilnya harus kesakitan seperti itu

" Mm apa dia merepotkan? kau terlihat kacau setiap kali anak itu sakit"

" Repot?
ya jelas enggak lah nek, adek sakit gak sama sekali merepotkan...
dia adik zai, Zaidan akan dengan senang hati direpotkan nek " kekeh zaidan

Wiranti tersenyum saja, mendengar jawaban sang cucu dalam hati semakin penasaran dengan anak itu.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

" Papa"

" Hm.. ada yang sakit? masih pusing ya dek..?
tuh kan papa bilang juga apa, ketemu mimi freya aja yuk " Andhika khawatir sangat cemas, melihat anak bungsunya terkulai lemas mengeluh pusing

ABIGAEILWhere stories live. Discover now