39

7.6K 693 54
                                    


🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀

Tiga bulan sudah, usai kejadian dimalam yang cukup pelik Bagi seorang wanita cantik itu.

Terbaring nyaman diranjang dengan berbagai alat penunjang kehidupan menempel ditubuh kurusnya, alat-alat yang membantunya untuk bertahan hidup sampai sekarang setelah diserang beberapa bulan lalu. bangunan rumah sakit yang dingin, kamar rawat yang semu bersih tertata bagaimana Setiap hari ada saja yang mampir ke sana untuk sekedar membukakan gorden kala pagi hari, membiarkan sinar matahari pagi memasuki ruangan. Bunga-bunga yang hampir setiap hari diganti menambah segar ruangan ini.

Ruang rawat ini memang cukup nyaman untuk ditinggali, hingga membuat wanita cantik itu betah terpejam ditemani bunyi bising dari mesin EKG dan masker oksigen yang terlihat berembun menandakan ia masih bernafas.

" Bagaimana dok? sudah, ada perkembangan? "

" Dia mulai sadar beberapa hari yang lalu, responnya mulai terlihat meskipun lemah tapi itu sudah merupakan kemajuan yang cukup baik."

" Melihat pergerakannya, saya yakin sebentar lagi dia akan segera sadar Tuan"

" Ah~ " helaan nafas lega di hembuskan, Andhika.

" Tetap lakukan yang terbaik dok, pantau terus perkembangannya...
dia harus sembuh" ucapnya lagi melempar pandang pada perempuan muda yang asyik terlelap disana.

Ceklek...!

" Sehan? "

Andhika membalik badannya ketika melihat si sulung.

" Pa, udah? kita harus ketemu dokter Tio..." ujar Sehan

Keningnya berkerut sebentar mencoba melirik sosok yang terbaring itu, bagaimana pun orang itu adalah salah satu sosok yang disayangi oleh adik kecilnya mungkin tanpa orang itu, adiknya tidak akan berada di sisinya.

Sehan belum sempat bertemu sosok itu, belum sempat berkenalan apalagi berterima kasih yang dia tahu sosok itu adalah seorang perempuan muda yang telah bersama Mamanya sejak dahulu.

Sedikit berdecak kala tubuh tinggi Papa dan dokter menutupi pandangannya.

" Dokter Tio sudah menunggu? " Andhika balik bertanya mengalihkan perhatian Sehan

" Iya" angguk Sehan.

Andhika mengangguk pula, bercakap sebentar dengan dokter lagi lantas keluar dilihatnya Sehan yang juga telah keluar dari kamar rawat itu.

" Mbak... Tyas boleh pulang gak? "

.
.
.
.
.

Kedua pasangan ayah dan anak itu berjalan beriringan menyusuri koridor diikuti dua tiga orang berbadan besar dan tegap berstelan jas rapi dibelakang sana, sedikit mengambil jarak dengan tuannya.

" Sudah ketemu dokter kamu, mas? " tanya Andhika, diantara langkah mereka

" Udah pa, ga papa udah dikasih obat bentar lagi ruam-ruamnya pada hilang kok" jawab Sehan

Andhika mengangguk sedikit melirik anak sulungnya.

" Lain kali perhatikan apa yang kamu makan, jangan sampai ini terulang.
Jangan sampai sakit mas"

Sehan mengangguk sedikit menyesal dengan kecerobohannya, hari ini Selain agenda menemui dokter pribadi adiknya sekaligus menemani sang Papa, menjenguk seorang tadi. Sehan juga harus menemui dokter kulit dan melakukan pemeriksaan kemarin ia tidak sengaja menkonsumsi sesuatu yang menyebabkan alerginya kambuh Untung bukan masalah besar dan dia bisa dengan mudah menanganinya.

ABIGAEILWhere stories live. Discover now