33

11.9K 928 60
                                    

🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀

.
.
.
.
.
.
.

Angin berhembus pelan sore hari ini, sungguh nyaman tidak panas tidak pula ada tanda-tanda akan hujan.
dengan langkah pelan sesosok pria dewasa lengkap dengan setelan jas hitam berjalan pelan menyusuri jalan setapak.

Ditangannya terdapat segenggam bunga mawar putih yang sedemikian cantik dan harumnya
sebelah lagi membawa sebotol besar champange yang tinggal separuh.

Langkahnya terhenti teratur. Berhenti pada gundukan tanah berumput hijau yang tertata rapi.

" Hai...aku datang~"

Sebuah senyuman manis lantas ia lengkungkan terarah pada gundukan tanah itu.

" How are you? are you happy there?
i guess so"

Tanyanya tapi tentu saja tanpa jawaban, hanya angin sepoi yang mengerakan dedaunan disana.

"Don't you miss me? "

Andhika tersenyum sendu mendudukkan dirinya diatas tanah berumput, netranya berkaca kala meletakkan bunga mawar putih yang dibawanya pada gundukan yang telah menelan wanita yang pernah sangat dicintainya, juga wanita yang pernah disakitinya.
bukan perkara mudah baginya berada di sana seperti sekarang ini, dia hancur, rasa bersalah dan penyesalan nya selalu mencuat kala ia mengunjungi tempat ini. Segala kenangan indah dan buruk masa silam selalu menghantuinya tiap kali ada disini, katakanlah ia pengecut tapi begitulah adanya.

Ia takut mengenang masa lalu yang selalu mengingatkan ia tentang dosanya, tentang segala kejadian buruk yang pernah terjadi.

" I miss you so much riani... really
pasti kamu bahagia sekali, ya disana
.... seharusnya aku yang ada disana, bukan kamu " andhika menelan salivanya membasahi kerongkongannya yang terasa kering.

" Ini sakit sekali ria... aku... "

Andhika berhenti bersuara kepalanya tertunduk dalam, hingga sayup suara tangisnya terdengar. Menyakitkan

" Abigaeil sakit ria, sakit... kamu tau
jelas saja kamu ibunya yang melahirkannya seorang diri, membesarkannya iya kan rii.. kenapa tidak mengatakan yang sebenarnya ria, kenapa kamu lebih memilih meninggalkan ku... aku tau, aku terlalu jahat egois sampai akhirnya aku kehilangan kamu, kepergian kamu adalah hal yang paling aku sesali selama aku hidup ria...

Dan sekarang... perasaan itu muncul lagi.. ketakutan itu kembali lagi ria, kali ini aku benar-benar takut... aku tidak ingin kehilangan lagi ria, aku harus apa? aku harus bagaimana ria~"

Laki-laki paruh baya itu kembali terisak hebat, mencengkeram gundukan berumput itu.

"Tolong... tolong katakan pada Tuhan berikan aku kesempatan untuk menjadi seorang ayah yang baik, berikan aku kesempatan untuk merawat malaikat kecil kita dengan baik,.. tolong jangan pernah membawanya dari hidup ku ria.. tidak sampai aku sendiri yang pergi dari dunia ini..."

Andhika terisak hebat melepas semua gundah dihatinya, berharap setelah ini ia akan mendapatkan kekuatan untuk menghadapi getirnya hidup.

.
.
.
.
.

Ini seminggu setelah Abigaeil dirawat, dan sekarang anak itu mulai kebosanan. Kondisinya mulai membaik bahkan dokter sudah memberikan izin agar dirinya menjalani rawat jalan saja, tapi salahkan para pawangnya yang protektif sekali tidak mengizinkannya berbuat ini dan itu padahal abi kan sangat merasa bosan, dia rindu rumah dan juga sekolahnya.

" Adek? "

Abigaeil mengangkat kepalanya menatap mas-nya yang baru saja mendudukkan dirinya di kursi samping ranjangnya, Abigaeil tidak menjawab mengatupkan mulutnya rapat-rapat.
matanya menyipit, dengan tangan bersedekap di dada. Ia bahkan sudah tidak mengunakan infus lagi menandakan abi sudah "sehat" saat ini

ABIGAEILTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang