38

10.5K 946 139
                                    


🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀







Abigaeil menatap lamat wajah papanya yang duduk dihadapannya, sesekali pada sendok berisi bubur yang di sodorkan sang papa.

" Kenapa liat papa begitu? "

Andika bertanya merasa terus ditatap anak bungsunya. Fokusnya masih pada mangkuk kecil berbentuk kepala beruang sangat lucu seperti pemiliknya. Abigaeil..

Merasa tidak mendapatkan jawaban dari Abi, andhika lantas mengalihkan pandangannya pada sang anak.
Bisa dilihatnya wajah anak itu yang masih pucat, mata yang berembun menatap sayu dirinya, hidung yang memerah begitu pula dengan pipi chubby seputih salju itu yang ikut memerah dan jangan lupakan keberadaan plaster penurun demam masih menempel di dahi yang tertutup poni itu.

" Adek kenapa hm? kenapa liatin papa gitu?
Bosen hm" tanya andhika, Abigaeil mencebik tak lama mengeleng.

Andhika diam sejenak menghembuskan nafas pelan.

" Lanjut lagi ya makannya"pintanya

Kembali mengulum bibirnya kala tangan mungil yang masih dipasangi infus pada lengan terangkat ke udara isyarat penolakan dari sang anak.

Ia paham anaknya kembali mood swing, dan ia hanya bisa tersenyum pasrah bersabar menghadapi perubahan suasana hati Abigaeil yang sulit di tebak.

" Makannya udahan? "

Abi mengangguk lagi, menundukkan kepalanya.

" Ya udah deh, padahal masih sedikit banget makannya" sesal Andhika meletakkan mangkuk yang masih menyisakan sebagian besar isinya.

" Kenyang~" jawab Abi pelan masih dalam posisi kepala tertunduk.

" Iya ga papa, nanti kalo laper lagi atau adek mau makan sesuatu bilang papa ya. " ujar andhika seraya mengusap kepala sang anak. Abigael mengangguk lagi mendengar ucapan papa-nya.

" Habis ini minum obat ya, biar cepat sembuh"

Abigaeil memayunkan bibirnya mengintip kegiatan sang papa, yang mulai menyiapkan beberapa butir obat dalam satu piring kecil. Jujur ia sangat muak dengan butiran butiran kecil itu, tapi mau bagaimana lagi dia hanya bisa pasrah toh tanpa benda itu ia mungkin tidak akan bertahan.

" Papa.."

" Hum" jawab andhika ketika mendengar suara serak Abi.

" Ndak mau berhenti sekolah"

Andhika menghentikan kegiatannya melirik si bungsu yang tiba-tiba berucap.

" Pokok na Abi nda mau berhenti sekolah. " ulang Abi lagi ketika papanya hanya diam.

Sang Papa menghembuskan nafasnya untuk yang kesekian ternyata anak itu mendengar perdebatan yang dilakukannya dengan anak-anaknya yang lain beberapa hari lalu. Tentang keputusan berhentinya si bungsu dari sekolah dan fokus pada pengobatannya saja.

Mengingat betapa rentanya kondisi Abigaeil, nyatanya collapse beberapa hari yang lalu harus membuat anak manis itu kembali mendekam di rumah sakit untuk menerima perawatan yang lebih intensif. Meskipun fasilitas medis yang dipindahkan kerumah itu tergolong lengkap tapi tetap saja tidak bisa membuat dirinya dan anak-anaknya yang lain merasa tenang dan puas.

Virus yang bersarang sebagai di tubuh tubuh sang anak, bergerak dari jinak berjalan ke ganas.

Itu adalah penjelasan dari dokter beberapa hari yang lalu

Membuat kondisi kesehatan si kecil menurun secara drastis padahal mulanya sudah membaik, akan tetapi tanpa alasan Abigaeil yang tengah berjalan usai dari kamar mandi mendadak kehilangan keseimbangan bahkan tubuhnya sempat mati rasa hingga beberapa menit dan parahnya bahkan hingga membuat tulang kering Abigaeil mengalami keretakan tanpa sebab. Sudah terbayang betapa kesakitannya anak manis itu bahkan sampai sekarang abigaeil masih kesulitan bergerak.

ABIGAEILOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz