52

2K 303 39
                                    

🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀

.
.
.
.

Abigael terdiam di sisi kolam renang rumah, setelah hampir dua Minggu mendekam di rumah sakit akhirnya anak manis bungsunya Wishnutama itu bisa kembali ke rumah.

Ini pukul sepuluh pagi tidak ada siapapun di rumah semua tengah sibuk melakukan aktivitas nya masing-masing tersisa abigael duduk diam menatap pantulan wajahnya sendiri di air

Hhhhh

Kembali, helaan nafas panjang terdengar dari bibir kecilnya yang tampak kering dan sedikit pias tanpa rona dampak dari sakitnya mungkin bahkan kini anak itu terlihat lebih kurus dengan wajah sayu, kulit nya yang pada dasarnya putih pucat kini semakin kentara terlihat bahkan jika dilihat urat-urat di bawah terlihat jelas dengan sedikit diwarnai lebam-lebam yang entah karena proses pengobatan atau memang efek samping dari sakit itu sendiri.

Melihat pantulan dirinya sendiri membuat Abi murung, ia jelas merasakan perubahan pada tubuhnya sendiri bahkan ia bisa merasakan kinerja tubuhnya yang kian melemah tiap harinya abigael sadar sepenuhnya jika ia hampir sampai. Meskipun Papa dan dokternya mengatakan dirinya baik-baik saja Tapi Abi merasa justru sebaliknya.

Sebuah usapan pelan pada pundaknya Abigael rasakan membuat si empu kepala mendongak, ada Papanya berdiri di sampingnya menatap nya dengan penuh kasih

" Udah berapa lama di luar hm? adek, ga ngerasa dingin nak? kakinya direndam begitu? " tanya Andhika berjongkok di samping putra kesayangannya itu

Abigael tersenyum tipis seraya mengeleng kan kepalanya, jangankan dingin ia bahkan tidak dapat merasakan kakinya saat ini kembali kakinya mati rasa. Tidak papa itu sudah biasa dan biasanya hanya sebentar.

" Papa kok disini nda kerja? " bingung Abi melihat sang Papa seingatnya tadi pagi papa nya pamit untuk bekerja kenapa sudah kembali se pagi ini

Andhika balas tersenyum, sebenarnya ia punya banyak tumpukan pekerjaan yang menanti dirinya namun entah mengapa ia tidak bisa berkonsentrasi fokusnya terus tertuju pada bungsunya yang ia tinggalkan di rumah seorang diri tidak seorang diri juga karena masih ada banyak pekerja di sini yang sudah di wanti-wanti nya untuk ekstra menjaga bungsunya.
namun meskipun begitu ia masih belum bisa tenang maka ia putus kan kembali ke rumah untuk menemani putra kecilnya yang manis.

Benar saja sampai di rumah Andhika langsung menemui anak bungsunya yang berdiam diri di tepi kolam dalam jarak dekat Andhika bisa melihat punggung kecil dan terlihat rapuh itu tak bergeming dengan hadirnya lebih dekat lagi Andhika bisa melihat wajah sendu Abigael yang seolah menyimpan banyak duka

Perlahan di usapnya Surai lembut sang anak berusaha menarik atensi si empu, berhasil. Andhika kini bisa melihat wajah muram lengkap dengan tatapan sayu sang anak menatap nya bahkan bibir mungil yang terlihat tanpa rona itu berusaha tersenyum semanis mungkin menyambut dirinya.

Hati Andhika mendadak nyeri melihat betapa rapuhnya sang anak sekarang ini, sakit hatinya melihat sang anak berusaha terlihat baik-baik saja di hadapannya.

Andhika bergeming tatkala suara pelan sang anak menyapa pendengaran nya maka dengan senyum terbaik pula Andhika balas sambutan sang anak.

" Papa? "

" Hm? iya. Kerjaan papa udah selesai makanya cepet pulang lagian papa juga kangen sama adek " jawab Andhika

Abigael manggut-manggut saja kembali mengalihkan tatapannya pada kedua kaki kecilnya di dalam air, dahinya mengerut sebentar merasakan denyutan-denyutan samar yang terasa menghujam tubuhnya terutama lutut dan punggung.

ABIGAEILWhere stories live. Discover now