15

10.7K 878 24
                                    

🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀




Arsena berjalan pelan menyusuri bangunan rumah sakit, sebelah tangannya menenteng paper bag yang entah apa isinya.
bisa dilihat jika si tampan itu tidak terlalu fokus pada jalannya, berjalan dengan kepala tertunduk menampilkan wajah murungnya bahkan beberapa kali hampir menabrak orang yang juga tengah berlalu lalang.

Beberapa kali helaan nafas berat terdengar dari bilah bibir merah mudanya.
seolah berat sekali beban yang diemban di pundak yang meluruh lesu itu..

Bruakk!

"Asshh..! "

" Maaf-maaf.. saya tidak sengaja! "

Arsena mendongak mendengar suara lembut menyapa telinganya, tangannya sibuk
membenarkan kancing jas-nya.

Lalu dengan gerakan pelan dari balik kacamata beningnya ia bisa melihat sosok yang tidak asing dalam hidupnya.

Sosok yang selama ini dicarinya, dirindukannya namun juga di bencinya kini...

Riani membola, tenggorokan terasa tercekat melihat siapa yang ada dihadapannya kini.

" Ar-se-na...? "

Sena menegang mendengar suara bergetar sang mama, memanggil namanya.
ada getaran tak jelas di dadanya, matanya memanas dengan dada bergemuruh.

" Sena~ ini kamu kan nak...? "

Riani mendekati arsena yang berdiam di tempatnya.

" Sena, i-ini mama~"

Riani menunjuk dirinya, air matanya kian memupuk siap meluncur kapan saja, hatinya berdesir melihat penampakan anak yang selama ini ia rindukan, yang selama ini yang hanya bisa ia perhatikan dari kejauhan.
namun hari ini,detik ini dirinya bisa berjumpa sedekat ini dengan salah satu anaknya..

Rasanya bahagia sekali, akhirnya setelah penantian lama ia bisa melihat anak kandungnya lagi. setelah sekian lama.

" sena~ "

Sena menekan semua rasa yang bergejolak di dada nya, menjauh kala sang mama mendekat kearah nya.

Reaksi tersebut membuat Riani berjengit, menelan salivanya.
apakah arsena tidak mengenali dirinya?
mengapa reaksinya dingin seperti ini.

" Ini mama nak... kakak tidak merindukan mama? "

Pertanyaan bodoh itu terlontar dari bibir pucat Riani, jemarinya saling bertaut gelisah dengan pandangan penuh harap pada salah satu anak yang begitu dirindukannya.

Arsena mengerjap pelan, menelan salivanya guna membasahi tenggorokan yang terasa kerontang
ini bukan mimpi, akhirnya setelah usia akhir enam tahun nya ia akhirnya kembali bertemu dengan sosok bidadari cantik yang telah melahirkannya kedunia, air mata memupuk di balik lensa kacamata yang dikenakan nya.

Ini nyata...ini bukan lagi ilusinya.
hatinya bergetar, senang, sedih, marah, bingung dan kecewa.
perasaannya campur aduk

Tolong...dia sungguh tidak ingin berada di situasi ini.

" K-kak~ "

Entah rasanya otaknya bekerja lebih cepat daripada hatinya.
menjauh kala tangan putih itu terulur hendak menyentuh nya.

Riani meluruhkan air matanya, ketika anaknya menolak sentuhannya.
hatinya sedemikian sakit, kala Arsena memalingkan wajahnya bahkan enggan bersitatap dengan dirinya.
diam-diam Riani menyalahkan dirinya, ini semua akibat dari keputusan di masa lalu, ia yang meninggalkan anak-anaknya membiarkan Mereka tumbuh dengan sendirinya tanpa dampingannya.

ABIGAEILWhere stories live. Discover now