Jebakan

3.5K 429 113
                                    

Aku update! Seneng kan kalian? 😌

Udah bela-belain update daripada ngerjain tugas masa ga di vote sih? Jahat 🚣

Btw. Bab ini mengandung overthingking yang mungkin akan merusak mood kalian. Jadi, siapkan hati awokawokawok.



3 hari tanpa Gulf di sisinya membuat Mew merasa ada yang kurang dalam kehidupannya. Dia mulai merindukan sifat manja Gulf, bahkan Mew merindukan kecemburuan Gulf yang terkadang membuat mereka bertengkar.

Mew merasa bosan. Jika Gulf ada disini, mungkin Mew bisa menghilang rasa bosannya.

Argh! Sepertinya Mew mulai terbiasa dengan Gulf.

Dia tidak bisa menyingkirkan Gulf dari otaknya. Sekeras apapun Mew berusaha, dia tetap gagal.

Sesaat setelah Mew memandangi foto Gulf di meja kerjanya, senyuman tipis terukir di bibirnya."Aku merindukanmu, anak nakal."

Mew tidak akan meminta Gulf kembali ke rumahnya lagi. Mew ingin Gulf kembali karena keinginannya sendiri. Mew tidak akan memaksanya. Pilihan ada di tangan Gulf.

Jika Ayahnya mengetahui apa yang dia lakukan, mungkin Mew akan mendapat teguran karena terlalu lunak pada Gulf.

Atau mungkin. Ayahnya tidak akan membiarkan Gulf berada di dekatnya lagi.

Ayahnya sudah pernah memperingatkan. Jika Gulf sampai membuatnya lemah, Ayahnya akan menyingkirkan Gulf dari kehidupan Mew.

Selain iti. Mew juga ingin memberi dirinya waktu. Mew masih bingung dengan perasaannya. Mew tidak yakin jika dia benar-benar mencintai Gulf. Terkadang, dia merasa perasaannya pada Gulf hanya sebatas obsesi semata.

Ini yang terbaik untuknya. Dia harus mulai melepaskan diri dari Gulf. Mew tidak ingin Gulf memegang kendali atas dirinya.

Mew menyandarkan punggungnya di sandaran kursi. Menikmati alunan musik yang menggema di ruang kerjanya.

Suara derap kaki seseorang membuat suasana indah dan damai itu rusak. Mew melirik seseorang yang masuk ke dalam ruang kerjanya melalui ekor matanya.

Pria itu menegakkan tubuhnya. Mey menghampirinya dengan membawa piring berisi buah-buahan yang sudah di kupas.

"Kamu belum makan sejak pagi, Phi." Mey menggelengkan kepalanya, meletakkan piring tersebut di atas meja kerja Mew.

Sejak pertengkarannya dengan Gulf, Mew tidak pernah menjaga pola makannya. Jika Mey tidak mengingatkan dan memaksa Mew, maka Kakaknya itu tidak akan makan.

Terkadang Mey heran.

Jika kepergian Gulf memang sangat mengganggu Mew, kenapa tidak membawa Gulf kembali saja?

Mew terlalu menjunjung tinggi ego dan gengsinya.

"Phi. Aku ingin mengatakan sesuatu." Mey menarik kursi, kemudian duduk di hadapan Mew."Kamu tidak ingin membujuk Nong Gulf untuk pulang?" Tanya Mey.

"Dia tidak ingin pulang. Kenapa aku harus memaksanya? Kamu ingin aku memohon?" Mew menggelengkan kepalanya."Aku tidak pernah memohon pada siapapun, Mey."

Mey berdecak."Yang satunya gengsi, yang satunya keras kepala. Permasalahan kalian tidak akan selesai jika kalian tetap mempertahankan ego masing-masing," tegur Mey sambil memijat pelipisnya.

Mew tiba-tiba bangkit dari kursinya. Mey mengerutkan keningnya saat Mew mendekatinya. Mey mulai mengeluarkan tatapan was-was ketika Mew memajukan wajahnya, mengikis jarak antara dirinya dan Mew.

"Ap-apa yang kamu lakukan, Phi?" Tanya Mey gugup.

Mew semakin mendekatkan wajahnya dengan Mey, membuat Mey spontan menutup matanya saat merasakan hembusan napas Mew. Hidung mereka saling bersentuhan.

MEWGULF (The Secret Of Mafia) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang