Kesepakatan

3.2K 378 47
                                    

Lunas Yee double up-nya. Jangan minta lagi yaa😌

Aku bingung mau nulis apa. Jadi aku kasi konflik ringan dehh wkwk.

Btw. Aku cuma mau ngasi tau. Kalau kalian emang enggak suka atau kurang srek sama salah satu karakter di cerita ini. Kalian bisa simpan opini itu di diri kalian sendiri. Aku udah mikirin cerita ini matang-matang, karakternya juga.

Kenapa cuma Gulf yang keliatan berjuang disini? Sebenarnya Mew juga kok kalau kalian baca cerita ini dari sudut yang berbeda 😭👍

Semua karakter bakal berkembang seiring bab. Jadi nikmati aja alurnya. Baik Mew atau Gulf bakal berjuang mempertahankan hubungan mereka di bab-bab selanjutnya. So. Nikmati aja ya gais😚💜

Btw, jangan lupa vote, komen, dan follow akun aku xixixi






Amerika, New York city.

Tepat setelah mereka sampai di New York. Mew langsung membawa Gulf menuju rumah Ayahnya. Jantung Gulf tidak tenang selama perjalanan, dia sangat gugup.

Apa yang akan dia katakan saat pertama kali bertemu dengan Max? Gulf harus bersikap seperti apa? Ahh, Gulf sangat gugup.

Mew menyadari kegugupan Gulf. Mew meraih tangan Gulf, menggenggamnya erat."Jangan takut. Tidak akan terjadi apa-apa."

Gulf mengangguk."Aku hanya sedikit gugup, Daddy. Apa yang harus aku katakan saat bertemu dengan Pho?"

Mew mengelus rambut Gulf."Kamu tidak perlu mengatakannya apa-apa."

Kenapa Mew mengatakan itu? Karena dia yakin Max tidak akan berbicara dengan Gulf. Mungkin jika Gulf yang memulai pembicaraan, Max akan mengabaikan Gulf.

Gulf menatap ke arah kaca mobil. Pemandangan indah di kota New York sedikit menghilangkan beban yang menumpuk di pikirannya."Pemandangannya sangat indah."

"Iya sangat indah," jawab Mew menatap Gulf dalam.

Gulf menoleh. Tatapan mereka bertemu."Apanya yang indah?" Pancing Gulf.

"Kamu."

Aish. Padahal Gulf sudah tau Mew akan menjawab seperti itu tapi tetap saja pipinya memerah mendengarnya.

Mobil Mew masuk ke area rumah yang sangat megah. Gulf menatap kagum rumah milik Max dari jendela mobil. Sangat megah, meskipun tidak semegah rumah Mew.

Benar-benar terlihat seperti istana.

Mew keluar dari mobilnya. Sedikit mengitari mobilnya, kemudian membukakan pintu untuk Gulf.

Gulf menggenggam tangan Mew erat ketika mereka berjalan masuk ke dalam rumah besar dan megah itu. Jantungnya semakin tidak terkendali. Perutnya mendadak mulas.

Aish. Sial.

Saat Gulf masuk ke dalam, dia sudah mendapat tatapan mengintimidasi dari Max.

Max menghampiri Mew dan Gulf.

"Seingat saya. Saya memintamu untuk datang sendiri," ujar Max dengan nada dingin namun tegas.

"Aku tidak bisa meninggalkan dia sendirian di Thailand, Pho."

Max melipat kedua tangannya di depan dada."Kamu yang tidak bisa. Atau dia yang tidak bisa sendirian disana?"

Gulf ingin bicara tapi kenapa mendadak bibirnya menjadi kaku. Gulf tidak bisa bicara, dia sangat gugup. Tatapan dan cara bicara Max mengisyaratkan jika pria paruh baya itu memang tidak menyukainya.

"Kita bicara lagi nanti Pho. Aku lelah, ingin beristirahat." Setelah mengatakan itu Mew menarik Gulf pergi ke kamar tamu yang berada di lantai dua.

"Sepertinya Pho benar-benar tidak menyukaiku," keluh Gulf setelah sampai di kamar. Gulf merebahkan dirinya di atas ranjang, menghela napas berkali-kali.

MEWGULF (The Secret Of Mafia) EndWhere stories live. Discover now