11. Brastapati

596 19 0
                                    

- mengandung adegan kekerasan, tidak untuk ditiru. Harap bijak, terimakasih.

Happy reading☠

Gedung bekas pabrik tua menjadi tempat pengganti untuk dua geng besar itu menuntaskan urusan mereka

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Gedung bekas pabrik tua menjadi tempat pengganti untuk dua geng besar itu menuntaskan urusan mereka. Mendengar kisah Wak Doyok tadi, membuat pikiran keras Avigar sedikit melunak dan terbuka.

Mungkin kali ini ia bisa mengehentikan perkelahian sebelum terjadi. Dan semoga Genta bisa diajak bernegosiasi.

Berbeda dengan lawan yang membawa senjata berupa balok kayu, tongkat baseball, tongkat besi dan lain sebagainya, geng yang dipimpin Avigar ini sepenuhnya bertangan hampa. Tak ada satupun dari mereka yang membawa alat penunjang tawuran seperti geng pada umumnya.

Avigar berprinsip, perkelahian adalah satu lawan satu dengan tangan kosong. Menggunakan senjata dan menyerang beramai-ramai adalah kekerasan dan pengroyokan semata. Tindakan pengecut yang menjijikan.

"Kenapa lo pindah lokasinya?" tanya Genta berdiri dihadapan Avigar yang memasang raut datar.

"Gue cuma mau ngasih kesempatan biar lo gak perlu bonyok."

Sebelah alis lawan bicaranya naik, tak mengerti maksud perkataanya barusan.

"Bisa kita selesaiin drama gak mutu ini sampe sini? Gue udah males berurusan sama lo."

"Bisa. Asal lo biarin gue deketin Vilona. Semua drama ini mulai karna lo, ya! Gak usah tutup mata!"

"Lo bisa cari cewe lain. Jangan Vilona."

"Kenapa? Lo siapa? Bokapnya? Apa urusan lo larang-larang gue."

Mendengar kekeras kepalaan Genta membuat kepala Avigar mendidih, terlebih lagi saat cowok berambut ikal itu menyebut kata ayah. Kenapa tak ia turuti saja perintah dan permintaanya itu.

Sejujurnya Genta tak perlu ijin Avigar, namum cowok itu selalu mengganggu usahanya dalam mendekati sang sahabat.

"Gue udah berusaha bicara baik-baik sama lo. Jadi mending lo ikutin kata gue. Lagian percuma, sekeras apapun lo coba, sampe kapanpun lo gak bakal dapetin Vilona. Lo cuma buang-buang waktu."

Avigar membalik badan. Cukup sudah ia membuang gas hanya untuk menjelaskan hal tersebut pada Genta ribuan kali. Ia sudah muak.

Genta tertawa sinis. "Oke kalo itu mau lo. Tapi sebagai gantinya, gue akan ambil pacar lo. Siapa namanya?" ujar Genta pura-pura berpikir. "Ahh ya, Jeva," sambungnya menyebalkan. Sengaja menyulut kemarahan lawan.

Tangan Avigar kini terkepal kuat, giginya saling menekan pertanda dirinya sudah diambang batas kesabaran menahan emosi.

"Cewe lo boleh juga. Dia gak kalah cantik dari Vilona."

Cukup sudah. Mulut Genta harus dibungkam dengan segara sebelum Avigar benar-benar meledak.

Cowok jangkung itu berbalik arah cepat. Menarik kerah sang lawan dengan kuat.

AVIGAR || ENDWhere stories live. Discover now